Kita

25 3 2
                                    

"Nay...esok aku pulang. Boleh aku bertanya sesuatu sebelum aku pulang?"

"Apa ra? Tanyalah...."

"Eumbb...masih belum adakah rasa itu nay?"

Naira hanya tersenyum dan mengangkat bahunya sambil berkata,"selama lima hari kau di sini bersamaku, tidakkah kau merasakan sesuatu?"

"Tidak...buatku kau tetap Naira yang tetap pada perasaannya denganku!"

"Terserah pendapatmu saja...aku tak mau menjawab...biarlah hanya aku dan Tuhan yang tahu perasaanku padamu. Jangan mati dulu sebelum aku jawab ya ra...Heheeee"canda Naira sambil menepuk lembut pipi Nara.

Nara membalas dengan menahan tangan Naira yang berada di pipinya. Lembut sekali. Hangat dan membuat Nara serasa berada di awan putih yang lembut dan menyejukkan. Tanpa disadari, bibir Nara berada tepat di depan bibir Naira. Harum nafas Naira mampu membuat Nara seperti terhipnotis.

"Ra..."ucap Naira lembut mengagetkan Nara yang tengah terbuai.

"Hem...

"Ra....maju sedikit lagi kupukul kepalamu dan kita tidak akan bertemu lagi"

"Hem...bicaralah terus...aku sedang menikmati harum nafasmu. Bicaralah terus"

"Nara....jauhkan tanganmu!"

"Tidak...selama kau belum menjawab pertanyaanku"

"Apa?"

"Apa kau masih belum bisa mencintaiku?"

"Haruskah kujawab?"

"Harus..."

"Kau mau jawaban apa?"

"Nay...ayolah..."

"Kau mau jawaban apa?"

"Jawaban yang menyejukkanku"

"Pergilah beli es dan masukkan kepalamu di es itu"

"Nay....

"Iya ra..."

"Jawablah rasa penasaranku ini nay. Paling tidak sebelum aku pergi jauh, aku sudah lega dengan perasaanmu padaku"

"Aku menyayangimu Nara"

"Apa nay?"

Naira segera menjauhkan wajahnya dari hadapan Nara. Tapi lagi lagi tertangkap oleh tangan lincah Nara yang menahan wajahnya untuk tetap berada di hadapannya.

"Naira Wijaya...apakah kau mencintaiku?"

"Tidak...aku menyayangimu"

"Nay..."

"Hemm..."

"Ayolah Nay...jangan buat aku frustrasi. Tidak bisa memilikimu sudah membuatku kehilangan segalanya nay. Tidak usah membalas cintaku cukup kau jawab pertanyaanku."ucap Nara lirih sambil tetap memandang wajah Naira.

Baru kali ini Nara memandang wajah Naira dalam jarak sedekat ini. Biasanya Nara hanya memeluk Naira dari belakang tapi kali ini setiap inchi wajah wanita yang membuatnya tergila gila berada tepat di hadapannya. Dengan jarak sedekat ini membuat Nara benar benar takut kehilangan semuanya.

Seandainya Naira miliknya
Seandainya Naira kepunyaannya
Seandainya Naira mau menjadi kekasih dan teman hidupnya
Seandainya Naira mau berbagi air mata dan senyum di sepanjang hidupnya
Seandainya....seandainya...seandainya dan seandainya.

Gadis Di Balik SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang