nando

49 3 1
                                    

Aku memulai hari pertamaku kembali kuliah dengan rasa tak karu karuan. Kembali bertemu dengan teman teman lamaku. Banyak dari mereka yang sudah memulai hidup nya dengan bimbingan. Yah semua sudah kulewati satu setengah tahun yang lalu.

"Loe tetap ambil judul tu nay?"tanya Monita salah satu sahabatku.

"Jadi...sudah sampai bab 4 mon...tinggal sedikit lagi. Bab 5 sudah di depan mata mon..."jawabku.

"Semangat nay...pasti bisa...tapi jangan lulus cepat cepat ya nay...gue kan masih proposal."pinta Monita.

"Helehhh...loe kebanyakan pacaran sih mon...kayak gue dong..."kelakarku pada Monita.

Skripsiku mulai ku perbaiki satu persatu. Bimbingan, revisi, bimbingan lagi semua kulalui dengan pasti. Perlahan aku mulai disibukkan dengan skripsiku, dengan teman temanku, dengan teman teman kos ku dan dengan seseorang yang selalu menemaniku.

Brukkkk...

"Maaf kak...maaf"ucapku

"Kakak?? Sejak kapan gue lahir dari rahim nyokap loe?"ucap seseorang yang tak sengaja aku tabrak.

"Iya maaf....saya nggak sengaja"jawabku.

"Makanya jalan pakai mata dong, masa matanya nggak di pakai"ucapnya ketus.

"Eh songong..."bentakku

"Loe tahu?? Yang namanya jalan itu pakai kaki, bukan pakai mata. Jadi mata loe selama hidup loe buat jalan? Pantas mulut loe lancang"bentakku lagi.

Nando...

Fernando Rama Putra. Teman kuliahku. Kami beda angkatan. Dia satu tingkat di atasku. Berasal dari kota yang sama denganku. Lewat pertemuan tak disengaja itu aku mulai dekat dengan Nando.

"Nay...pernah mencintai seseorang dan orang itu nggak tahu perasan loe?"tanya Nando.

"Ya enggak lah ndut...masa iya Naira jatuh cinta dan gayung tak bersambut...gue?!hahaaaa..."jawab Naira

"Gue lagi ngalamin nay...!"ucap Nando lirih.

"Loe...siapa ndut yang bikin loe galau plus baper ndut? Kasih tahu gue, biar gue bilang sama cewek itu biar...

"Loe ra...loe orangnya..."potong Nando

"Gue....

Naira terdiam sambil bingung mendengar jawaban Nando. Sudah 2 tahun ini, mereka bersahabat. Apa yang tidak Naira tahu tentang Nando. Semua hal tentang Nando, Naira tahu bahkan lebih dari Nando sendiri. Demikian juga sebaliknya. Nando pun tahu tentang Naira.

Nando. POV

"Kita sahabat sampai mati ya ndut. Jangan tinggalin gue kalau loe nanti punya pacar. Jangan lupain gue kalau loe lagi jauh dari gue. Jangan pulang ke Lampung sebelum gue lulus!"ucap Naira tegas.

Nando mengangguk sambil memainkan rambut Naira. Persahabatan mereka seperti pantai dan pasir. Dimana ada Naira maka disitu pula ada Nando. Walaupun dalam hatinya, nando tahu bahwa terselip rasa lebih untuk memiliki Naira. Nando sangat ingin menjadi yang terakhir untuk Naira. Tapi nando pun tahu bagaimana Naira menghargai arti sahabat dalam hubungan mereka.

"Loe juga...nanti loe punya cowok, loe lupa lagi sama ndut loe yang ganteng ini".

"Loe ganteng?! Sudah sudah lagi ndut...jangan bilang ganteng di depan hidung gue. Loe tahu kan siapa yang ganteng di hati gue?!"jawab Naira,

Sakit...rasanya sakit ketika tahu bahwa dalam hati Naira hanya ada nama Nara. Iya...gadis mungil yang selalu ada dalam ingatannya masih mencintai kekasihnya yang sudah lama habis ditelan bumi.

Gadis Di Balik SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang