Janji

26 3 2
                                    

"Hati hati ra! Jaga dirimu di tempat ini! Kabari papa sesering mungkin! Jangan terlambat makan!"titah papa tegas

"Iya pa...iya...aku akan jaga diriku baik baik! Papa jangan khawatir! Ada Abed juga..."ucap Naira sambil menunjuk ke arah Abed.

"Bed...jaga Naira baik baik ya! Kau punya nomor handphone om kan? Kabari saya kalau ada apa apa dengan Naira! Ingat bed...kalau sampai ada apa apa dengan Naira maka kamu orang pertama yang akan saya mintai pertanggungjawaban! Mengerti!!" tegas papa pada Abed.

"Baik om...pasti saya akan jaga mutiara om ini! Nyawa saya taruhannya om!"jawab Abed tegas.

"Ihhh apa apaan kamu bed! Saya sudah besar, jangan anggap saya nggak bisa jaga diri saya ya!"sanggah Naira sambil memperlihatkan senyum termanisnya.

"Ah...sudah...sudah..Nay...papa pulang dulu ya! Jaga dirimu sayang!"ucap papa dengan nada khawatir.

Naira tak menjawab tetapi langsung memeluk laki laki setengah abad yang selalu menemaninya dalam keadaan apapun. Sebenarnya sudah tak sanggup Naira menahan air mata yg menunggu jatuh di kelopak matanya. Tak ingin Naira berpisah dengan laki laki yang membuatnya mengenal cinta.

"Hati hati pap...Beri kabar setelah sampai!"ucap Naira membisikkan di telinga pak Wijaya.

Wijaya merapatkan pelukannya. Betapa rapuh anak gadisnya dalam balutan baju tertutup cardigan tipis. Wijaya tahu bagaimana risau hati Naira ketika hari ini datang. Tapi Wijaya menghargai keberanian Naira untuk menyelesaikan masalahnya.

"Bye sweetheart..."ucap papa sambil mencium kening anak gadisnya.

"Hati hati om...salam kenal buat tante di Lampung!"ucap Abed.

Wijaya segera menyalami Abed dan meninggalkan tanah Papua dengan pesawat kecil khusus yang hanya terbang pada saat saat tertentu.

"Papamu sayang sekali padamu ya nay!"

"Papa segalanya buatku bed. Bahkan lebih dari apapun. Kami bersitegang hanya beberapa kali. Termasuk tentang Nara. Papa tidak marah bahkan tidak berkomentar apapun, tapi papa langsung bertindak dengan membawaku jauh ke Batam. Di Batam itulah segalanya dimulai bed!"ucap Naira sambil melihat pesawat yang nembawa pulang papanya.

"Iya...Nara bercerita tentang Batam. Nara bisa memimpikanmu di setiap malamnya dan merasakan kehadiranmu di setiap helaan nafasnya nay. Itu yang dia ceritakan padaku. Tapi Nay kalau boleh tahu kenapa Om Wijaya begitu mengkhawatirkanmu?"tanya Abed heran.

"Banyak bed...mari kita pulang. Nanti di perjalanan aku ceritakan perihal kekhawatiran papaku"

"Nay...banyak hal dan banyak orang yang harus kau kenali di tempat ini!"

"Iya bed...maka besok bisa kau ajak aku ke distrik distrik di area resort? Aku mau kenal setiap petinggi petinggi yang ada di distrik kita. Bahkan kalau bisa aku mau silahturahmi dengan kepala suku atau adat yang terdekat"

"Siap Nay...lalu apa yang ingin kau ceritakan?"

"Jadi hari pertama aku sampai di resort ini.....

"Begitulah bed...ayah mana yang tak khawatir ketika anak gadisnya di dera ancaman dan penolakan!"

"Nay...kamu tenang saja. Sesuai janjiku pada Nara, aku akan menjagamu sampai titik di mana aku harus menyerahkan segalanya."

"Janji apa bed?"

"ehm...sebenarnya gini nay...

Flashback on...

"Bed...nanti sore sepulang kerja datang ke ruang kerjaku ya, mau aku tunjukkan sesuatu!"perintah Nara pada saat makan siang

"Ruang kerja? Bukannya setiap hari aku ke ruangan kerjamu, tanpa kau suruh pun aku pasti akan ke sana big bos!"

Gadis Di Balik SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang