3 : absen

1.3K 174 6
                                    

FREKUENSI pertemuan mereka semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Kei memberi Shouyou alasan klise seperti permainan pianomu perlu diperbaiki, aku tidak bilang kalau itu buruk, tapi ujian itu berada dalam konteks yang berbeda. Awal untuk dua kali pertemuan dalam seminggu, berubah menjadi tiga sebelum genap di angka empat, dan dua hari yang lalu ultimatumnya ditambah menjadi enam kali (bahkan terkadang tujuh) dan minimal dua jam latihan setiap pertemuan. Ketika Shouyou bertanya kenapa Kei begitu gencar memberinya latihan yang intensif, pemuda pirang itu mengangkat bahu dengan gayanya yang songong.

"Aku tidak menyangka berpasangan denganmu akan sebegini merepotkan," kata Kei kelewat lugas, "kalau bukan karena ujian, mana sudi aku menyuruhmu latihan,"

"Wiiii, lihat siapa ini yang bicara, tuan pianis paling pintar sekampus," cerocos Shouyou jengah, lalu mendengus gusar. Ia membenturkan kening ke atas halaman buku tebal yang terbuka, aksara-aksara kecil seolah menari di matanya, berbicara tentang sesuatu yang disebut garputala atau tangga nada dan itu membuatnya pusing.

"Pahami buku di depanmu, Shouyou,"

"Wiii, tuan pianis Kei bicara lagi," suaranya teredam buku namun Kei membiarkan.

Tiga puluh menit yang lalu Kei mengirimi Shouyou pesan—ia lebih suka bilang perintah—untuk datang ke taman tengah kampus karena kebetulan sama-sama menganggur di jam yang kosong. Berbicara soal pembagian part atau semacamnya, meski Shouyou harus disambut dengan setumpuk buku teori yang menurut Kei harus ia pahami. Shouyou mengeluh, segala hal yang berbau tulisan itu bukan dirinya dan ia seringkali belajar dengan cara praktik atau pertemukan ia dengan piano dan segalanya lancar. Kei berkelit kalau Shouyou itu terlalu serampangan dan malah membuatnya semakin rumit dan kalau protes terus lebih baik ajukan pengunduran diri pada Ukai-sensei.

"Kei, kapan latihan,"

"Pahami dulu bukunya."

"Ayolaaaah Keeeiii, latihan sajaaaa,"

"Berisik! Tidak lihat di sini banyak orang?"

"Aku lihat kok, aku lihat," Shouyou mengangkat kepala, bagian pipi kirinya terlihat merah karena terlalu lama ditekan. "Oh, warnanya bagus. Baru lihat warna pastel seperti itu."

Sebelah alis Kei terangkat, lirikannya jatuh menuju Shouyou sebelum ia ikut mengalihkan fokus ketika sadar warna yang dimaksud pemuda itu mengarah pada hal lain. Seseorang memainkan fur elise melalui flute, pemainnya berambut gondrong dengan warna hijau terang di bagian bawah rambutnya, berdiri tidak jauh dari tempat mereka duduk, dan Kei bisa melihat bagaimana mata Shouyou berbinar antusias. Binar yang sebelumnya pernah ia lihat kali pertama mereka bertemu.

"Dia sengaja mengubah temponya," kening Kei berkerut, "apalagi sampai ditambah dengan... beatbox?"

"Seperti Cosmin Cioca,"

"Co—apa?"

"Cosmin Cioca. Kau harus lihat bagaimana dia bermain flute dan beatbox sekaligus, seperti gwaaah!"

"... terdengar tidak realistis."

Shouyou mendelik. "Kau ini senang sekali komentar soal kesukaan orang, ya,"

"Well, hanya mencoba berkata jujur. Jangan terlalu dipikirkan."

"Jangan terlalu dipikirkan," ejek Shouyou sambil menjulurkan lidah, Kei mengangkat tangan seolah-olah akan memukul sebelum Shouyou cepat menciut. Hanya gertakan kecil, gertakan kecil. Yang beberapa detik kemudian, suara nyaringnya kembali mengudara. "Latihannya kapan, Keiiiiii,"

Alih-alih menjawab, Kei membalasnya dengan decakan kecil. Satu tangan meraih ponsel yang tergeletak bisu, mengurai lilitan earphone di sekitarnya, sebelum ia memasangkan bagian kiri untuknya dan kanan dijejalkan pada telinga Shouyou. Jari Kei seakan paham harus berlabuh di ikon mana dan playist seperti apa yang diputar begitu layar disentuh selama beberapa detik. Shouyou sempat berceloteh tentang bagaimana kalau celo dipadukan dengan beatbox tapi Kei mengabaikan. Katanya, musik adalah perpaduan yang asing. Yang namanya harmoni itu bisa datang dari mana saja kalau memang terdengar cocok, warna-warna di matanya seringkali membuktikan. Kei tidak protes soal itu, tidak juga berkata kalau ia tidak mengerti bagaimana dunia Shouyou sebenarnya.

Toska [tsukihina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang