6 : cerita

963 150 16
                                    

"EH, masih belum ketemu juga?"

Lev yang bertanya, siang itu, kebetulan kecil saat Kei bertemu di kafetaria kampus dan ia sengaja mengambil tempat duduk di samping pemuda setengah Rusia itu. Ia mengesampingkan Koushi-san dan Tooru, juga Kenma, untuk bertanya hal mengenai—sedikit—masalah yang sedang dihadapinya. Namun beberapa detik setelah ia menyamankan posisi, Lev sudah lebih dulu menebaknya dengan telak.

"Shouyou, kan?" lanjut Lev tanpa diminta, pipinya terlihat mengembung seperti tupai. Kei menegur untuk memilih makan atau bicara dan Lev langsung menelannya tanpa kesusahan. "Kasihan sekali, ya, kau ini. Tapi Shouyou itu memang hebat kalau soal kabur, seperti monyet. Terlambat sedikit saja dia langsung menghilang, entah ke mana."

Kei berdecak kecil. "Juga?" katanya, "apa maksudmu dengan juga?"

Lev meliriknya, lalu mengedikkan bahu. "Yah, aku kira kau masih belum bertemu Shouyou dari waktu itu."

"Itu sudah lama,"

"Lalu sekarang bertengkar?"

"Kau—" Kening Kei berkerut dalam. "Shouyou cerita?"

"Bukan, Kenma-san yang bilang." Kaleng soda yang sebelumnya tidak tersentuh ia buka sampai suara krek halus berbunyi. Lev menahannya di depan bibir dan berkata. "Tapi Kenma-san sendiri juga ragu. Dia tidak tahu apa kau dan Shouyou benar-benar bertengkar. Kebetulan saja waktu itu Kenma-san ada di sana dan Shouyou keluar kelas dengan wajah cemberut. Duh, kalian ini, seperti pasangan saja."

Kei mengesampingkan adegan konyol seperti menyenggol pantat kaleng dengan keras sampai isinya tumpah atau Lev menelannya terlalu banyak dalam satu tegukan atau membiarkan pemuda jangkung itu menyemburkan sodanya karena gerakan mendadak yang ia lakukan. Biasanya ia sensitif soal sesuatu yang berbau tidak penting seperti yang Lev katakan tadi. Tetapi karena akhir-akhir ini mood-nya tidak menentu dan Kei berhenti berpikir hal yang macam-macam selain nilai ujiannya nanti, ia membiarkan.

"Sebenarnya apa sih yang kalian ributkan?" tanya Lev, memecah jeda yang sebelumnya mampir. "Aku mengenal Shouyou seperti kakakku sendiri. Dan dia tidak pernah seperti ini sebelumnya, aneh."

"Hanya masalah kecil, bukan urusanmu."

"Oke, kalau Tsukki tidak mau tahu sekarang dia ada di mana juga tidak apa-apa. Aku tidak memaksa." bibir Lev maju ke depan, terlihat seperti paruh bayi burung.

"Jangan cari masalah, Lev."

"Apa sih, kau sendiri yang cari masalah dengan Shouyou,"

"Lev,"

"Dan Shouyou itu kalau memang tidak mau cerita tidak akan cerita. Dia itu kadang menyebalkan."

"Lev,"

"Padahal aku kan tidak bodoh untuk—"

"Lev."

"Cih," Lev mengerang keras, "gedung teater lama belakang perpustakaan, cepat pergi sana."

Kei lekas berdiri. "Trims."

.

.

"Ah."

Salah sendiri juga, kalau Shouyou merasa tidak ada yang bisa disalahkan selain dirinya sendiri. Ibunya selalu bilang bahwa menghindar itu bukan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Barangkali ia bisa terbebas, tapi tidak akan bertahan lama dan kerap kali mendatangkan masalah lainnya. Ia menghitung hari dan berhenti di angka empat sejak pertengkaran kecilnya dengan Kei (juga tidak jelas, dan malah seperti drama queen, kalau kata Tooru) dan berpikir kalau ia terlalu kekanak-kanakkan. Tapi bukan itu sepenuhnya yang selama ini ia lakukan, sungguh. Kalau pun Kei memang ingin mendengar alasannya.

Toska [tsukihina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang