Part 6

6.4K 172 2
                                    

Ku lepaskan pelukan ku lalu aku segera pergi menuju kamarku yang posisinya tepat di depan kamar kaka ku, ya posisi kamar kita memang berhadapan dengan nyaris seluruh dinding kamar kami adalah kaca transparan dengan horden yg menjadi pandangan menarik setiap hari saat dulu aku masih tinggal di sini, memandangi dia pulang dari sekolah, main, hingga kuliah, dan kantor adalah hal yang paling kunanti nanti, seperti memiliki tetangga tampan yang bisa seenaknya ku peluk, cium dan ku ajak jalan jalan sesuka hati ku, pria yang sangat ku kagumi dan memprioritaskan kebahagiaan ku.

terakhir aku menatap kaka yg masuk kamar lewat sela sela horden tembok kaca kamar ku saat malam keberangkatan ku ke rumah nenek pertama kalinya saat itu, aku berharap dia bangun dan mengantarkan aku tp dia terlihat lelah dan akhirnya kubiarkan tidur tanpa mengantarkan ku kebandara.

Aku masuk ke kamar ku dengan tangisan tersedu sedu dan segera menutup pintu, terbelalak kaget bukan kepalang saat aku melihat kamar ku dulu yang masih beraroma seperti dulu dengan lemari, kasur, meja belajar, dan pajangan pajangan yang seakan tidak berpindah sedikitpun dari tempatnya saat terakhir ku rapihkan.

Ku buka kamar mandi yang terletak di dalam kamar ku, lagi lagi aku teringat jaman saat aku masih kecil aku pernah tidur dan mandi bersama kaka ku saat itu aku sangat takut karna ibu dan ayak pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis sekitar 1 minggu, dia merawat dan menjaga aku bersedia menunggu ku di depan pintu kamar mandi saat aku mandi ataupun hanya ingin buang air kecil, membawa semua playstation nya, gitar dan menbawa baju baju sekolahnya demi pindah kekamar ku yang hanya di depan kamarnya.

Aku lagi lagi menangis dan membasahi kepalaku dengan shower silver yang masih menempel pada dinding kamar mandi. Tak lama aku sadar dan berfikir. "Lalu kalau kaka mau menikah kenapa semua terlihat sedih dan setegang ini? Ini kan kabar baik buat keluarga? Atau kaka menghamili wanita lain?" Seketika banyak pertanyaan yang muncul dan aku merasa lebih panas dan sakit hati sekali mendengar pertanyaan - pertanyaan yang ku lontarkan sendiri.

Segera ku mencari handuk dengan keadaan baju yang basah dan keluar dari kamar mandi, ku cari koper ku tapi tidak kutemukan, aku baru sadar sedari td aku tidak membawa koper atau baju lain sama sekali, ku ketuk pelan kepalaku yang terasa bodoh ini dan segera menuju lemari pakaian ku dulu dengan pintu lemari terlapis kaca, kupandangi tubuh ku dan mata merah ku, kubuka pintu lemari dan menarik baju yang pertama ku temui.

"Laper lagi td berangkat ke kampus gk makan" ucapku dengan pelan sambil mengelus elus perutku yang terasa menipis ini.
Aku turun kebawah untuk segera pergi keluar dan mencari makan, sengaja aku tidak mau makan di rumah karna masih kesal dan agak mual.

Tak sengaja saat berjalan aku bertemu dengan kaka ku yang sedang berdiri di balik sofa, sedangkan nenek dan ibu duduk di sofa, "seperti ada yang sedang mereka bicarakan. Tapi yasudah lah paling tentang pernikahan kaka ku" dengan cuek aku bergumam dalam hati dan berusaha biasa tanpa mau menatap kaka ku lagi, karna takut bapernya tumbuh lagi.

Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang