1. Kontras

39 9 5
                                    


Hari itu, 2 Juni 1983.

Bus melaju kencang diantara jalan perkotaan yang senyap.

Lampu - lampu jalan meredup dan perlahan - lahan mati. Bukan dingin yang terasa sepagi ini. Tapi pengap yang menyeruak dari segala penjuru bus yang terlihat masih baru ini.

Maklumlah, bus yang beroprasi masih bisa dihitung jari. Angkot umum tidak akan sampai tepat didepan sekolah.

Hari pertama masuk sekolah. Rautnya masih dibubuhi senyum manis yang menawan. Sesuai tutur ibunya tadi pagi, agar tidak acuh dengan lingkungan baru. Sekalipun keadaan sedang ramai dan menyebalkan.

Para pedagang sayur, unggas, dan penjual ikan sedang sibuknya membenarkan bawaannya.

Salah satu disana sedang menghitung peruntungannya kemarin, yang dibungkusnya dengan selendang panjang.

Perempuan berambut cepak itu duduk di kursi belakang. Dibelakagnya lagi, dikursi panjang paling belakang.

Sekitar delapan orang laki - laki ber-almamater sama dengannya.
" SMK 12 Nusa Bhakti "
Mereka sedang asyik mengobrol tentang pertandingan bola dunia kemarin malam. Seperti anak muda (penggemar bola) pada umumnya.

Namun yang harusnya tidak dilakukan, mereka ngobrol terlalu banyak. Obrolan dengan nada tinggi harusnya tidak dilakukan ditempat umum. Terlebih di bus kota yang seramai sekarang.

Tapi seolah orang - orang tidak mendengarkan percakapan mereka.

Bus berhenti sebentar - sebentar untuk menurunkan juga menaikkan penumpang dari halte.

Itu sebabnya, bus penuh sesak.

Tap- Tap-Tap

" Hei. Cewek, "
Gadis itu hanya tersenyum membalasnya. Sementara cowok itu tetap menatapnya dengan posisi berdiri karena bus sudah penuh sejak dia naik dari halte.

" Nama gue Edo. "
Dengan pe-de nya, Edo memperkenalkan diri. Tetap dengan posisi berdiri, dan tanpa mengulurkan tangan kanannya yang menggantung berpegangan. Sedang tangan kirinya enggan keluar dari jaket jeans-nya.

" Nama lo siapa ? " tanya Edo. Mungkin cara berkenalan ini agak kurang sopan,

" Dean. "

" Jadi nama lo dean ? "

" kayaknya kita belom pernah kenal deh ?"

" iya emang belom sih, hehe. "

" oh.. " balas Dean dengan pikiran, ' hedehh, gue kira kita udah pernah kenal'.

" Kayaknya kita satu sekolah. Ya kan ya ?? "

Cowok itu melihat - lihat almamater dikemeja si perempuan manis yang duduk. Laki - laki itu menatapnya terlalu lama, saking terpesonanya. Dan sepertinya ada yang tidak suka.

Salah satu dari delapan orang itu diam dari obrolan ngalor - ngidulnya, lalu bangkit.

" Eh, ngapain lu. ?! " katanya dengan nada tidak senang.

" Kenapa emang. ?! " Balasnya angkuh,

" Anj*ng ! Jangan sok belagu lo !! Lo bukan siapa - siapa !! "

BUGGH -
Satu hadiah mendarat tepat di pipi kanan cowok ber-tag nama Yudhanta.

" Banyak bacot lu ! " katanya dengan nyiyir setelah menghantamkan tanggannya ke pipi Yudhanta hingga berdarah.

" Bangsat !!!! " kata Yudhanta menyadari darah mengalir ditepian bibirnya.

Dua orang itu saling pukul, sekali dua kali. Satu pukulan untuk Yudhanta, dan satu pukulan pembalasan lagi.

Landmark of 1983Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang