9. Lembar Baru

6 2 1
                                    

SMK TENGGARONG

" Maaf kak, dari sini ke kelas farmasi lewat mana ya?" Tanyaku pada kakak tingkat.
Dia memakai jas berwarna abu-abu, aku yakin sekali bahwa dia adalah panitia osis. Benar saja, ketika dia membalik badannya untuk melihat siapa yang mengajaknya bicara, id cardnya mengatakan bahwa itu benar, namanya Jonathan R., dan dia adalah panitia osis. Aku merasa lega. Setidaknya aku punya alasan mendasar yang tepat kenapa harus bertanya pada orang ini.

" Apa?" tanyanya.

" Ah.. Kalau mau ke kelas farmasi dari sini lewat mana kak?" ulangku memasang muka lugu seolah tadi sama sekali belum bersuara.

" Baru juga kemaren diajak keliling lihat seluruh gedung ni sekolah. Apa udah lupa?!!" cibirnya tajam.

Seketika beberapa orang yang memakai jas seragam dengannya menoleh sambil terkekeh.

" Aduh, maaf kak. Sayangnya saya sudah lupa. " balasku dengan menekan kata 'maaf' dikalimatku itu.
Aku sudah tidak tahan dengan basa-basinya. Yang ada dimatanya sekarang,  pasti aku adalah mangsa empuk.

Kulihat dia agak tersinggung. Sejalan dengan kekehan orang-orang dibelakangnya yang mendadak hilang entah kemana.

" ckck!! Rute dari sini, bakalan ribet. Di sebelah kanan ruang itu ada kertas besar denah sekolah ini. " ucapnya menunjuk satu-satunya ruang dibawah pohon asam besar.

" Terus??"

" ya tanya aja ke denah itu!! Amit-amit dah ni orang lemot amat!! "
'tanya'? ,Aku mengernyitkan dahiku bingung. Kulihat kekehan yang hilang tadi berubah menjadi tawa panjang. Dia pun membalikkan badannya lagi membelakangiku. Tanpa perduli dengan rasa terimakasih yang baru saja akan  kusampaikan.

" Terimakasih kak. " ucapku  tersenyum kecil. Orang itu tak menjawabku, melirikku pun tidak. 'Ah bodo amat.' Pikirku, lalu berjalan santai meninggalkan mereka yang semakin terbahak-bahak.

Ketika jarakku ke ruang itu tinggal beberapa meter lagi,
'TENGG.. TENGG..' suara lonceng mendadak menghentikan langkahku. Kuedarkan pandanganku ke lorong kelas disamping kanan ruang tempat denah itu diletakkan, semua orang berjalan cepat keruang kelas mereka masing-masing.

' Oh tidak !! Aku belum menemukan dimana kelasku berada!!'

Otakku tiba-tiba memerintahkan kakiku berjalan lebih cepat menuju ruang yang tepat beberapa meter dihadapanku itu. Lalu memeriksanya hati-hati. Sedangkan didalam sana jantungku membabi buta degupannya.

' ah dimana ya.. Otomotif, kimia analis, oh.. Bukan-bukan!! Farmasi. Ah, itu dia. Disamping kelas listrik. ' ucapku bermonolog ria. Syukurlah aku bisa cepat menemukan kelasku.
Aku langsung mengambil lari kecil. Kulihat lorong-lorong kelas sudah sepi. Untung saja para guru belum beranjak dari kantor. Aku agak tenang.
Lari kecilku melambat. Berganti langkah-langkah besar yang cepat. Itu kulakukan karena aku tak sempat mengecek dimana ruang guru berada. Ya, bisa jadi ruang itu ada tepat disamping kelasku bukan ?

Setelah satu lorong disamping kantin, lalu belok kekiri menuju satu lorong panjang, disanalah kawasan letak kelasku. Saat aku melewati lorong terakhir itu, kulihat seorang guru laki-laki berjalan cepat. Mungkin dia merasa sudah telat beberapa menit. Aku yang melihatnya kembali berlari kecil agar bisa berjalan disampingnya untuk sekedar menyapa. Karena kupikir aku akan butuh banyak koneksi, jadi apa salahnya jika langsung pada kalangan atas.

" Selamat pagi pak. " sapaku menganggukkan kepalaku sopan.

" Iya selamat pagi, " balasnya ramah,

" loh, kamu Dean bukan?" tanyanya setelah melihat wajahku betul-betul, seirama dengan langkah kakinya yang seketika pelan, hampir tak melangkah hanya untuk memastikan nama yang disebutkannya itu adalah aku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Landmark of 1983Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang