6. Perkenalan

10 8 0
                                    

' Kapanpun itu, kasih tahu gue. Gue bakal dateng buat ngebantu dan ngedukung lo.. '

Kata - kata itu terus terngiang di telinga Edo.  Dia tak bisa menyembunyikan senyum bahagia itu diwajahnya. Kalimat Dean terkesan sangat klise menurutnya. Sebelumnya, dia tidak pernah secepat itu dekat dengan seseorang. Mengingat Edo bukan orang yang mudah percaya.

Setelah melewati kejadian kemarin yang sangat tidak terduga, akhirnya dia memutuskan untuk masuk sekolah pagi ini. Dia sama sekali tidak menyesal untuk menahan luka disekujur tubuhnya itu.

Tentu Edo sangat kesakitan.
Saat belum lama melangkahkan kaki masuk gerbang sekolah,

.

" Edo !!" ucap mereka terkejut.
Edo merasa terpanggil, langkahnya  terhentikan seketika oleh teman - temannya yang mendadak mengerumuninya.

" lo kok udah masuk ? Istirahat aja di rumah. Lo kan masih parah.. "

" iya do. Mending lo ke uks aja, kagak usah ke kelas. "

Edo tidak ingin pergi kemana- kemana. Dia juga ingin ada di kelas hari ini. Seperti hari - hari sebelumnya. Dia ingin menunjukkan betapa  kuatnya dia.

Sekalipun perban dan luka ada disekujur tubuhku, itu bukan masalah - batinnya.

" gue udah baikan kok. " ucap edo setelah sambutan riuh teman - temannya mulai reda. 

" Beneran ? Gue antar ke kelas lo !!. " Edo membalas dengan senyum dan anggukan. Kali ini, dia tidak bisa menghindar lagi dari bantuan orang - orang yang memerhatikannya.

Kerumunan itupun berjalan sealur mengawal Edo yang enggan dipapah.

" STOP !!" perintah salah seorang senior kelas 12. Mereka berhenti. Menoleh siapa yang memanggilnya.

Dia, bukan orang asing. Mereka pun menghindar dan mencoba memberi jarak seluas - luasnya agar dia bisa menghampiri orang yang ditujunya.

Kllkkk. Kkllkk. Kklllk.

Suara sepatunya memenuhi lorong. Suasana seketika menjadi dingin.

" Lo, Edo. Ikut gue, dan juga saksi kunci kemaren. Ikut gue sekarang. Dan kalian '
ia melihat arloji di tangan kirinya.
' kalian ngapain masih disini. Masuk kelas cepatt !!!" perintah orang dengan panggilan 'Kak Jeff' itu.

Mereka yang dimaksud langsung berlarian menuju kelas mereka masing - masing. Dengan mulut tak bersuara, kecuali sepatu berisik mereka.

Sekejap, tak satupun berada di lorong itu. Kecuali Edo, kak Jeff, Seno dan Zanuar.

" lo, apa gak bisa lihat gue ?! Gue masih kayak gini. Gue ogah diintrogasi !! " ucap Edo menyembunyikan tangannya dibalik saku.

" berani lo ya sama gue. "

" apa emang !" kata Edo menantang.

" stop kalian !!" titah Thalita baru datang.

" Edo, ikut kita !" sambung Talitha. Dengan tangannya yang terlipat.

Kaki anggun itu melangkah cepat menuju tempat para penguasa. Dibelakangnya, Kak Jeff, beberapa saksi kunci dan juga Edo mengikutinya. Entah sudah berapa pasang mata yang melihat dan terpaksa menundukkan kepala dihadapan mereka.

° Tempat para penguasa

Ditempat itu, ternyata para senior telah menunggunya. 

" Jadi, apa alasan kalian ngundang gue kesini ? " tanya Edo menelisik setiap mata yang memandanginya. Bukan, lebih tepatnya tiap perban dari lukanya.

Landmark of 1983Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang