Chapter 10

1.3K 88 0
                                    

"Pagi sayang. Apa harimu menyenangkan di sana?" sapa lembut seorang lelaki yang berbicara melalui ponsel.

"Aku masih menyelesaikan jahitanku. Aku senang disini. Bagaimana kabarmu?" tanya perempuan cantik yang menjawab biasa.

"Tak merindukanku?" tanya lelaki itu.

"Hmm, aku merindukanmu Sehun. Datanglah kerumahku." Pinta perempuan itu yang masih sibuk dengan pakaian yang sedang ia jahit.

"Aku ingin kau yang ke apartemenku Baek. Apa salahnya menghabiskan waktu di kota?" tawar Sehun.

Baekhyun tak menjawab dan tetap menjahit pakaian – pakaiannya.

"Baek? Aku akan menjemputmu dan kau harus ikut denganku ke kota hmm. Tunggu aku sayang. Love you." Tutup Sehun yang memutuskan sepihak.

Baekhyun yang berhenti dengan kegiatannya saat itu, bergegas mengetik pesan pada Sehun untuk datang sedikit lama karena ia butuh menyelesaikan jahitan untuk pakaian yang saat ini dijahitnya.

Sebuah gaun cantik berwarna pink cerah mengembang, membuatnya merasa sangat cantik -bahkan sungguh cantik- ketika akan digunakannya pada hari yang tepat.

.


Tin..

Klakson mobil Sehun berbunyi, menandakan Baekhyun harus ikut dengannya.

Baru kali itu, ia menuruti Sehun selama berada di Korea.

Ia memberanikan dirinya untuk menghadapi masa lalu yang memang sudah berlalu walau masih terbayang jelas dalam hidupnya.

"Kau santai sekali sayang. Tak mengenakan jaket?" sapa Sehun dengan sedikit perhatian yang selalu ia berikan pada Baekhyun.

"Aku belum kedinginan Sehun. Ayo jalan." Balasnya tersenyum tulus.

'Kau cantik Baek! Tak salah aku mengejarmu susah payah.' Pikir Sehun senang tanpa menghiraukan hubungannya yang lain.

.

"Sampai!" seru Sehun.

"Sayang. Kita sudah sampai." Katanya menggenggam jemari Baekhyun.

Baekhyun yang nampak terkejut dengan sentuhan itu, reflek menatap Sehun bingung.

"Kita sudah sampai sayang. Ayo." Ajak Sehun dengan Baekhyun yang mengangguk menurut.

"Sehun.."

"Ya sayang?" tanya Sehun lembut.

"Apa boleh kau antarkan aku pulang?"

"Apa maksudmu hmm?" tanyanya tenang.

"Apartemen. Nanti antarkan aku pulang ke apartemenku ya? Kumohon."

"Huh..Kukira kau minta diantarkan pulang ke rumahmu yang jauh. Tentu nanti sore aku mengantarkanmu pulang sayang. Sekarang kita beristirahat sebentar ya. Aku sedikit lelah menyetir." Keluh Sehun.

Baekhyun hanya mengangguk dan tersenyum dengan keluhan Sehun yang ia pikirkan adalah Chanyeol.

Saat pintu lift itu terbuka, Baekhyun dengan cepat menggenggam jemari Sehun dan memeluk lengannya erat, dia berubah manja seperti saat ia bersama Chanyeol.

Sehun mengusak kepala Baekhyun lembut dan mengecupnya singkat.

Baekhyun sungguh merasa sangat senang dan semakin mengeratkan pelukannya pada lengan Sehun yang ia kira adalah Chanyeol.

Tinggi dan tubuh yang terawat Sehun tak jauh berbeda dengan Chanyeol, seringkali ia merasa bahwa Sehun adalah Chanyeolnya yang kembali.

Namun kesadarannya kembali saat ia menyadari lantai apartemen itu.

Ia segera menarik tubuhnya dan melepaskan lengan Sehun bersamaan.

Sehun yang bingung dengan sikap Baekhyun yang merasa aneh, berdehem dan bertanya, "Ada apa sayang? Apa sesuatu mengganggumu?"

"Maaf. Seharusnya aku tak memeluk lenganmu sebegitu eratnya Sehun." jawab Baekhyun kikuk.

"Tentu tak apa sayang. Kau pacarku bukan? Aku tak masalah selama itu adalah dirimu." Senyumnya senang.

"Aku mencintaimu Baek. Selalu. Dan perlu kau ingat, aku tak akan meninggalkanmu karena alasan apapun." Tuturnya lembut dengan raut wajah yang terlihat sunguh – sungguh.

"Terimakasih Sehun." seru Baekhyun saat mereka sudah sampai di kamar Sehun.

"Baek duduklah dulu. Akan ku ambilkan air minum. Kau mau apa?" tanya Sehun.

"Ah, aku saja yang ambilkan. Kau yang seharusnya duduk Sehun. Kau yang lelah bukan aku, hmm?" tawar Baekhyun dan Sehun mengiyakannya.

"Kau hanya punya ini di kulkasmu? Kurasa aku harus mengisi banyak buah dan minuman sehat untukmu." Ledek Baekhyun melihat kulkas Sehun yang hanya berisi dua kotak kemasan jus jeruk dan beberapa botol air mineral.

"Aku jarang ada dirumah. Malahan aku lebih sering di galeri. Melukis dan melukis." Jawab Sehun seolah menyindir Baekhyun dengan kesehariannya.

"Aku akan tinggal disini dua hari sekali, asal kau pulang dan jangan membuatku menunggu." Putus Baekhyun matang.

"Benarkah?" Tanya Sehun terkejut.

"Ya tapi dengan syarat. Kita tak melakukan hal aneh dan izinkan aku untuk menjahit baju – bajuku di sini. Bagaimana?"

"Tentu saja sayang. Aku akan pulang cepat. Aku janji. Aku mencintaimu Baek!" peluk Sehun senang.

"Sekarang bersihkan dirimu dan tidurlah. Aku akan membangunkanmu untuk makan siang nanti." Suruh Baekhyun dan Sehun mencium kening Baek sayang dan meninggalkannya ke kamar.

"Maaf Hun. Aku masih belum bisa mengatakan bahwa aku mencintaimu." Sedihnya.

.

"Chanyeol~ssi. Maaf menunggu sedikit lama." Seru seorang perempuan cantik yang langsung mengambil duduk di depan Chanyeol.

"Tak apa Luhan. Aku senang bertemu denganmu. Kurasa aku tak perlu menanyakan bagaimana kabarmu." Canda Chanyeol.

"Apa aku terlihat semakin cantik?" tanya Luhan menilai dirinya.

"Tetap saja kau si cengeng!" ledek Chanyeol.

"Itu dulu Yeollie! Sekarang aku dewasa dan akan segera bertunangan!" elaknya.

"Wow! Benarkah? Hmmm aku ragu apa dia akan tahan dengan sikap manja dan kekanak – kanakanmu?" goda Chanyeol.

"Kau hanya belum tahu kalau lelaki ini mencintaiku dengan sangat!" katanya tak mau kalah.

Chanyeol terkekeh melihat ekspresi wajah Luhan yang sangat menggemaskan saat menunjukan wajah kekasihnya pada Chanyeol.

"Aku masih lebih tampan dibandingkan dia!" ejek Chanyeol.

"Aku hanya mencintainya bodoh!" ucap Luhan kesal.

Chanyeol tertawa senang mendengar Luhan mulai mengomelinya seperti biasa.

"Oh ya, bagaimana dengan hubunganmu dan Bee? Apa semuanya baik – baik saja? Kapan kalian akan menikah? Atau kalian sudah menikah diam – diam? Aku janji, aku akan datang di pesta pernikahan kalian." Tawa Luhan mengingat janji yang tak ia tepati saat Chanyeol mengundangnya untuk menghadiri pesta pertunangan sahabat kecilnya.

"Yeol. Kenapa kau terdiam? Apa dugaanku benar kalau kalian sudah menikah? Huh kau curang. Kenapa tak mengundangku? Masih marah padaku? Maafkan aku, eoh?" pinta Luhan manja dengan wajahnya yang dibuat seimut mungkin.

"Jangan bicarakan. Aku tak berminat." Katanya dingin.

"Yeol? Ada apa? Kau bisa ceritakan semuanya padaku. Aku disini Yeol." Kata Luhan seakan memahami perasaan Chanyeol.

"Kami..Aku..Dia..Kami..huhhh..." Chanyeol merasa sangat berat untuk menceritakannya pada Luhan.

Ia merasa belum siap untuk membiarkan orang lain tahu mengenai masalah pribadinya.

"Ceritakanlah pelan – pelan Yeol." Seru Luhan menggenggam jemari Chanyeol erat, menyalurkan sebuah perasaan tenang dan damai.

"Kami..."

"Sweetie. Maaf aku terlambat." Seru seorang lelaki yang memutuskan pembicaraan yang baru saja ingin dikatakan Chanyeol pada Luhan.

"Ah tak apa sweetheart. Perkenalkan dia sahabat kecilku. Park Chanyeol." Seru Luhan mengenalkan kedua lelaki itu.

"Park Chanyeol. Wah.. Sungguh beruntung aku bisa bertemu denganmu." Kata lelaki itu sedikit canggung.

"Senang bertemu denganmu juga kawan. Aku tak yakin kalau Luhan mendapatkan lelaki sepertimu yang sama tampannya denganku, hahaha.." tawa Chanyeol ramah.

"Kim Jong In. Kau bisa memanggilku Kai." Katanya memperkenalkan diri.

"Ah kurasa aku pernah bertemu denganmu." Tebak Kai.

"Benarkah? Hmm dimana ya? Aku tak ingat." Pikir Chanyeol.

"Ya, di bar milik temanku. Kalau tak salah ada seorang wanita cantik yang datang dan membawamu pulang. Tanpa terlewat untuk memaki dirimu yang mabuk dan seorang wanita yang kau cium malam itu." jelas Kai.

"Wanita yang kucium? Apa maksudmu Kai~ssi?" tanya Chanyeol bingung.

Believe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang