Chapter 12

1.1K 77 0
                                    

"Untuk apa kau menghubunginya hah!" seorang lelaki membentak kasar perempuan itu.

Sedangkan si perempuan hanya menangis dalam diam, tak memberi respon.

"Jawab aku sialan!" bentaknya lagi menarik rambut perempuan itu kasar.

"Lepaskan aku..Biarkan aku pergi..Aku hanya mau pulang." jawabnya dengan terisak.

"Setelah aku merawatmu dengan baik disini, kau malah kurang ajar dan meminta hal aneh seperti ini? Ha! Kau lucu cantik! Kau pikir aku akan melepaskanmu? Tentu saja tidak!" katanya acuh.

"Aku mohon. Biarkan aku pulang. Biarkan aku kembali ke kehidupanku. Aku janji aku akan tutup mulut. Kumohon." Mohonnya sangat sambil merangkul kaki si lelaki.

"Hei, dengar! Aku tak akan menyakitimu jika kau tak membuat masalah, mengerti? Sekarang kembali ke kamar dan bersikaplah seperti biasa. Dengan begitu aku akan memaafkanmu, hm." Suruh lelaki itu lembut.

"Katakan..Apa..memang benar..kalau..Baekhyun yang..mencoba..membunuhku dan dia?" tanyanya bergetar takut.

"Sudah kubilang berulang kali. Baekhyun merusak mobil yang kalian gunakan malam itu. Lagi pula untuk apa kau menanyakannya lagi? Kau ingin coba untuk membela dan mempercayainya?" sedikit penekanan yang ia sisipkan pada kalimat yang diucapkan.

"Aku kehilangan kekasihku. Kau tentu tahu. Aku ingin bertanya satu hal padanya, kenapa dia tega melakukannya pada kami." Isaknya pelan membuat si lelaki yang tadinya masih kesal, memeluknya erat dan membawanya dalam kenyamanan.

"Ada aku disini. Aku yang akan melindungimu." Serunya mengelus kepala si perempuan yang bertumpu di bahunya.

"Maafkan aku. tak seharusnya aku berbuat kasar seperti tadi." Katanya lagi, menyesal dengan perlakuannya pada si perempuan yang mengangguk – anggukan kepalanya.

"Kita tidur eoh." Ajaknya sambil menggendong perempuan itu ke dalam kamar mereka.

.

"Kau yakin jika aku saja yang membawa mobil ini ke bengkel?" tanya Baekhyun pada sahabatnya yang sebentar lagi menikmati liburan natal bersama kekasihnya.

"Aku yakin kau bisa membantuku Byunee. Dia juga mempercayaimu. Lagipun aku meninggalkan mobilnya di apartemenmu bukan? Ayolah Byunee, kumohon." Pintanya dengan nada memelas yang sengaja dibuat – buat.

"Baiklah. Tapi berikan janjimu untuk mengenalkan aku dengan lelaki tampan yang tempo hari datang ke butik. Bagaimana?" tawar Baekhyun.

"Baiklah Byunee. Aku akan mengenalkanmu padanya." Setuju perempuan itu di sambungan telponnya.

"Aku akan membersihkan babymu ini." serunya memutuskan pembicaraan mereka.

.

"Sweetie." Panggil Kai lembut.

"Maaf. Hikss.." serunya lirih dan Kai masih bisa mendengarnya.

"Sweetie, uljima. Aku tak akan marah. Aku akan menunggu sampai engkau yakin dengan perasaanmu padaku." Katanya menenangkan.

"Tapi bagaimana dengan pesta pertunangan kita yang tinggal beberapa hari lagi." Tanya Luhan sedih memikirkan segala sesuatu yang telah banyak digunakan untuk hari pertunangannya dengan Kai.

"Aku tak keberatan jika harus diundur." Balas Kai dengan nadanya yang tetap lembut.

"Tidak. Aku tak akan menyia – nyiakan semuanya. Aku akan terus berusaha untuk melupakan Sehun dan belajar untuk menyayangimu lebih dari rasa sayangku padanya.." lirih dan pelan ketika Luhan menyebutkan nama Sehun.

Terbersit luka yang begitu dalam baginya jika mengingat semua yang berhubungan dengan Sehun.

Bohong jika Luhan tidak mengharapkan Sehunnya kembali.

Sehun, lelaki yang ia suka sejak pertama kali bertemu; lelaki yang membuatnya mengerti senang susahnya hidup; lelaki yang menyayanginya dengan segala kekurangan yang dimiliki; lelaki yang membuatnya bertahan untuk tak membiarkan orang lain memiliki hati dan perasaannya; lelaki yang sangat teramat ia cintai.

.

"Baek.." panggil Sehunn berulang di intercomm apartemen Baekhyun.

"Baek, buka pintunya sayang. Atau kau masih tidur? Aku masuk ya." Katanya memasukkan pin dan mencari Baekhyun.

"Baek. Sayang kau!" Sehun terkejut dengan kondisi Baekhyun yang terlihat menyedihkan, lesu dan tak bertenaga.

"Sayang, apa yang terjadi padamu?" Tanya Sehun khawatir, menggendong Baekhyun ke tempat tidur dan memberinya air putih untuk di minum.

"Sayang, minumlah." suruh Sehun sedikit memaksa dan Baekhyun menurutinya.

"Hiks.." Baekhyun menangis.

"Ceritalah padaku." Kata Sehun sembari membenarkan posisi duduknya di kasur itu.

"Dia..Dia menelpon..Dia masih hidup Hun..Dia membutuhkanku..Dia memintaku untuk..untuk menolongnya..Aku..Aku.." perkataan Baekhyun yang terbata membuat Sehun bingung dengan apa yang dibicarakannya, namun Sehun tak ingin mengambil resiko untuk mendengar tangis Baekhyun yang berlanjut.

Sehun menemani Baekhyun yang menangis sampai terlelap dengan sisa air mata yang mengering dalam tidurnya.

.

"Permisi Tuan. Ini foto yang sudah saya selidiki. Semua perpotongannya juga sudah saya susun sesuai dengan beberapa lembar foto yang anda berikan." Lapor manager Chanyeol saat dirinya merenungi kebodohan di bar tempo lalu.

"Terimakasih Lee." Ucap Chanyeol dan meminta managernya kembali bekerja.

Srak...

Satu persatu, foto itu ia lihat dan perhatikan, sungguh hanya hasil editan seseorang yang iseng.

"Kau bodoh Yeol! Ha kurasa panggilan Park bodoh yang sering kau ucapkan padaku terdengar lebih cocok sekarang." Ledek Chanyeol pada dirinya sendiri mengingat Baekhyun yang suka mengejeknya, Park Bodoh.

Believe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang