Masa Lalu

814 30 14
                                    

Seorang gadis tinggi semampai keluar dari pintu kedatangan luar negeri di bandara Soekarno Hatta. Wajahnya tetap cantik meski terlihat lelah. Sesekali senyumnya terkembang begitu ada mata-mata yang memperhatikannya. Tidak lama tangannya diangkat pertanda menyapa seseorang yang dikenalnya.

"So sorry Mat, kamu menunggu lama ya?"

"Tidak kok An, belum lebih dari setengah jam."

"Mana yang lain?"

"Tadi mommy cuma menyuruh saya menjemputmu, beliau ada di apartemen sekarang," ujar Mat pada wanita itu yang ternyata adalah Anne, wanita yang menjadi kejutan dari Mrs. Bruce. "Shane dan Dan sudah menghilang dari tadi pagi, entahlah mereka kemana. Sini kopernya biar saya yang bawa."

"Thank you, Mat."

Keduanya berjalan beriringan, Sesekali Anne melirik ke Mat yang terlihat lebih bercahaya di matanya.

"Kamu berbeda sekarang ya, Mat."

"Hah? Beda ya? Beda apanya, An?"

"Ya beda, lebih tampan," Senyum Anne mencoba menggoda.

"Hahaha, kamu bisa saja."

"Aku serius! Kamu tampak lebih dewasa, berwibawa dan terlihat wise."

"Kamu terlalu berlebihan, An. Kita bahkan baru ketemu lagi setelah 4 tahun," Mat menghela nafas, mencoba menghilangkan efek gugup yang ditimbulkan oleh pandangan Anne yang berlebihan.

"Hahaha.. Kamu benar, mungkin itu karena aku begitu kangen ingin ketemu kamu."

Mat memberikan senyum terkulum. Tiba-tiba saja ingatannya terlempar ke masa 4 tahun yang lalu. Masa di mana dia begitu dekat dengan gadis di sampingnya ini. Sampai pada masa mereka harus berpisah.

"Aku menyesal, Mat," Anne membuka percakapan ketika mereka sudah berada di mobil menuju apartemen Mat.

"Sudahlah, An. Itu sudah berlalu, dan saya tidak ingin membahasnya lagi."

"Aku minta maaf sekali lagi. Ribuan email permintaan maafku tidak ada yang kamu balas, Mat," raut wajah Anne berubah. Penyesalannya terlihat begitu nyata.

"Aku sudah melupakannya, dan tentu aku sudah memaafkanmu."

"Itu berarti kita bisa mulai lagi dari awal, kan?"

Mat tersenyum, pandangannya tetap fokus ke jalanan Jakarta yang sesekali harus membuat Mat menginjak rem mendadak. "Kamu lapar?" Mat mengalihkan tema, sedikit membuat raut penyesalannya berubah.

"Lumayan, aku belum makan sejak kemarin malam, aku kurang suka menu makan malam tadi di pesawat," Anne melirik Mat berharap Mat melihatnya, ternyata tidak. Pandangan Mat tetap lurus ke depan, hanya sesekali melihat spion. "Oh bahkan sekarang sudah jam 12 siang." Anne menunjuk jam digital yang tertera di atas tape mobil.

"Ya sudah kita makan dulu saja kalau begitu. Kamu mau makan apa?"

"Ide bagus! Dan sepertinya kamu harus menunjukkan tempat makan yang bagus di sini."

"OK," Mat membelokkan mobilnya ke arah sebuah mall di bilangan Jakarta Selatan.

***

Lia terlihat asyik melihat-liihat beberapa buku di salah satu toko buku besar di mall itu. Sesekali senyumnya keluar begitu ada bagian-bagian dari buku itu yang menggugah saraf tertawanya.

Setelah bosan, dia beralih ke lorong buku-buku novel. Beberapa novel berbahasa Inggris dibawanya menuju kasir. Untuk yang satu ini dia tidak berpikir soal kantong. Ada budget khusus untuk memperkaya pengetahuannya, terutama dalam berbahasa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Tak Memilih WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang