and the story goes...

2.5K 34 2
                                    

Matahari menyusut malu beranjak menepi, memberi giliran bulan kesempatan untuk bekerja. Seorang pria menghabiskan sisa kopi terakhir di balkon apartemennya. Dia urung beranjak demi melihat pantulan lembayung sore nan megah berwarna oranye. Mukanya tersenyum mengingat kejadian hari itu. Wanita yang dicap norak itu persis mengenakan kerudung warna oranye, persis warna yang sedang dia lihat di depan matanya. Bibirnya menyungging senyum untuk sesaat kemudian tersadar, betapa dia mulai merasa aneh dengan otaknya.

Demi menyingkirkan pikirannya, Mat meraih iphone nya dan mencari salah satu nama di kontaknya. Shane, satu-satunya nama yang tahu rahasia besarnya. Shane adalah kakak tertuanya, dan Shane tidak masalah dengan pilihan-pilihan yang dibuat Mat. Sebenarnya ada 2 lagi saudaranya, Kim, kakak perempuannya serta Dan, adik laki-lakinya. Mat saat ini berusia 27 tahun, selisih 6 tahun dengan Shane. 

Keluarga mereka bukan keluarga sembarangan, ayahnya adalah pengusaha hotel dan memiliki jaringan hotel di berbagai negara. Tapi Mr. Bruce meninggal 2 tahun yang lalu dan mewariskan kekayaannya untuk dikelola anak-anaknya. Mat menolak, dia tidak berminat untuk mengurus tektek bengek perhotelan, baginya kepuasan batin adalah ketika bisa membantu orang banyak secara langsung. Akhirnya, bisnis ayahnya dikelola oleh Shane dan Kim, sementara Dan masih kuliah, umurnya baru 18 tahun. Mrs. Bruce sendiri masih ada, dan tinggal bersama keluarga kecil Shane. Bagi Mat, keluarganya memang luar biasa. Shane, Dan, dan Mrs. Bruce kadang sesekali mengunjunginya di Jakarta, meskipun cuma 3 atau 4 hari. 

Percakapannya dengan Shane di telepon selesai. Satu permintaan Mat kepada Shane agar Mrs. Bruce bisa tahu rahasia besarnya sesegera mungkin. 

***

Lia baru saja selesai melipat mukenanya setelah sholat isya ketika ada yang mengetuk pintu kosannya. Siapa, pikirnya? Dia merasa belum ada tetangga yang terlalu dekat dengannya sejauh ini. Segera dia mengenakan kerudung kaosnya dan beranjak menuju pintu.

"Maaf Neng, Ibu datang malam ini. Ibu cuma pengen nanya, bulan depan Neng mau tetap kos di sini atau mau pindah? Soalnya ada yang minat dengan kamar ini, Neng. Kalau Neng mau terus tolong Neng bayar kosannya besok ya Neng, kalau nggak ya Ibu mau kasih ke yang lain aja."

"Iya Bu, saya akan terus di sini. Besok akan saya sediakan uangnya." 

"Oh ya udah atuh Neng, makasih ya, ibu permisi dulu," Bu Kostnya Lia berlalu menyisakan kebingungan di pikiran Lia. Uang dari mana? Sementara tak ada selembar uang pun di dompetnya. Hari ini saja dia hanya makan sekali.

Sebenarnya uangnya masih ada 315.000 kemarin sore, hanya saja Kang Yadi mengabari kalau Ibunya Lia meminjam uang kepadanya, katanya untuk makan sekeluarga. Alhasil Lia segera transfer uang 300.000 tersebut melalui Kang Yadi. Sisanya untuk ongkos dan makan dia hari ini. Lia sempat curhat masalah ini kepada Santi dan Santi bersedia membantunya mencari dana cash.

Hp-nya berbunyi..

Lia aku ada kerjaan untuk kamu, besok aku kasih tau kerjaannya ya.

Lia bersyukur sekali Allah langsung memberikan jalan keluar, meskipun tidak tahu seperti apa pekerjaannya. Dia coba membalas sms Santi tapi gagal terus. Ternyata setelah dicek pulsanya kosong, Lia hanya bisa menarik nafas pendek.

Cinta Tak Memilih WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang