Rabu itu Mat tampak tidak melakukan aktivitas pekerjaan apapun di mejanya, matanya cuma bisa konsentrasi menatap pintu, Where is she? Tanyanya. Sesekali dia tampak merapikan dasi dan kemejanya, sesuatu yang jarang dia lakukan sebelumnya. Entahlah, semacam ingin tampak terlihat lebih keren. Sudah hari ke-5 Mat tidak melihat Lia, tepatnya sejak hari Sabtu. Sabtu dan Minggu karena weekend dan Senin-Selasa karena Mat ada pekerjaan di luar kota.
Selang beberapa lama Elin masuk. Tampak kekecewaan di wajah Mat.
"Tolong buatkan kopi untuk saya seperti biasa."
"Maaf Mr., Lia tidak masuk hari ini."
"What?! Kenapa tidak masuk?"
"Sudah sejak kemarin tidak masuk Mr., Lia sakit."
"Apa?!" muka tegang tampak di wajah Mat, lebih tepatnya wajah yang penuh kekhawatiran.
"Kenapa Mr., sepertinya Mr. khawatir dengan Lia."
"Owhh tidak tidak... Saya tidak khawatir. Sudah kamu lanjutkan pekerjaan di tempat lain saja."
***
Mat VOV
Damn! Bodoh bodoh! Kenapa aku merasa sakit seperti ini mendengar dia sakit? What's wrong with me? Apa yang harus aku lakukan? Tenang Mat, exhale inhale.
Pertama, aku harus tahu paling tidak nomor teleponnya, dan yang jelas aku tidak mungkin minta nomor dia dari teman-teman pantry-nya, bisa heboh. Kalau tidak dari mereka terus darimana? Berpikir Mat ayo. Aku tahu!
***
Tiba-tiba saja Mat sudah berada di ruangan Ms. Halley. Dia menyusup masuk seperti detektif, Ms. Halley tidak ada di tempat, kebetulan, senyum Mat mengembang. Mat memperhatikan satu persatu folder database yang ada di lemari dan dalam sekejap tangan Mat sudah membuka satu persatu file yang ada di situ. Folder-folder itu tampak berantakan dan wajah Mat tampak berubah ceria ketika file yang dicarinya ditemukan.
Mat segera mencatat nomor telepon Lia dan menyimpannya dalam kontak. File-file dirapikan kembali ke dalam folder. Setelah semuanya rapi kembali, Mat segera keluar dengan sukacita.
***
Lia VOV
Sakit ini kok tidak mau pergi sih? Demam saja sih, mungkin karena sabtu minggu kemarin aku mengambil pekerjaan di carwash, nyaris tidak ada istirahat. Kemarin ke dokter malah disuruh istirahat total, gejala typus kata dokter, dan yang bikin aku kepikiran sih nebus obatnya mahal! Kalau sudah kaya gini aku jadi tahu betapa sehat itu mahal.
Dari kemarin aku cuma tiduran, nyaris tidak bisa bangun. Untung saja tetangga kosan tahu kondisiku dan mau cape-cape dimintai tolong. Sumpah gak enak banget sama tetangga sebelah. Fuuuih, ini sudah jam 9.30 tapi aku belum minum obat. Ya gimana mau minum, belum ada nasi yang masuk. Mau minta tolong tetangga kayanya sudah pergi kerja, aku harus nyari makanan sendiri.
*Tiba-tiba hp lia berbunyi*
Nomor siapa ini?
"Hallo, assalamualaikum"
"Waalaikumsalam. Hey, I've heard kalau kamu sedang sakit."
Beuhhh orang ini, tahu dari mana nomor teleponku?
"Saya sudah membaik Mr., tidak usah khawatir begitu."
"Aku tidak khawatir, aku cuma kehilangan kopi-ku."
Asseemmm, jadi cuma itu saja?
"Sudah ya Mr., saya mau cari makan."
"Wait wait wait.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak Memilih Warna
Teen FictionGadis kampung dan cowok bule bertemu atas nama cinta. Well, terdengar agak mustahil. Tapi itulah yang terjadi pada Lia dan Matthew. Matthew sangat terpesona pada sosok Lia, sementara Lia masih berpikir pria bule itu sama semua, penganut free sex, ta...