Chapter 1 : Lifeless Memory

118 13 11
                                    

Chapter 1 : Lifeless Memory

Dinding mengernyit. Sebuah sinar laser merah membuat lingkaran dengan diameter 1,5 meter dan melelehkan dinding.

~DUB...

Tembok berbentuk lingkaran terjatuh ke lantai.

"Bos sepertinya kita terlambat," ujar seseorang dari dalam robot, robot yang berlutut dengan lutut kanan sebagai penahannya, sepertinya robot itu setinggi 3 meter. Robot itu bewrrna putih, mata merah dan memiliki dua tanduk dikepalanya. Badannya terlihat agak ramping dengan beberapa bagian yang berbentuk seperti tulang. "Akira bawalah Alice dan naik ke atas tanganku." Robot tersebut kemudian menjulurkan tangannya dengan telapak tangan terbuka.

"Kau siapa? Bagaimana aku bisa mempercayaimu?" tanyaku gugup.

"Tenanglah, ayahmulah yang menyuruh kami kemari, tapi sayang kami terlambat," aku dapat mendengar suaranya dengan jelas sekarang, itu suara dari seorang perempuan.

"Buktikan! Aku tidak dapat mempercayai siapapun sekarang, apalagi orang asing sepertimu!" bagaimana bisa aku mempercayai seseorang dalam keadaan seperti ini, mungkin saja dia juga mencoba ingin membunuhku. "Alice kau bisa berjalan? aku akan menggendong ayah," ucapku sembari memegang pundak Alice yang masih tersandar di dinding.

"Akira, dia teman kita," ucap Alice lemah.

Teman kita? Aku memang masih tidak bisa mempercayainya. Tapi Apabila itu Alice ... walaupun aku baru pertama kali ini bertemu dengannya, tapi dialah yang telah menyelamatkanku dan dia berasal dari lab ayah.

"Kau boleh tidak mempercayaiku, tapi apa kau tidak percaya pada Alice, untuk ayahmu aku sudah menelpon polisi, merekalah yang akan mengurusnya. Cepatlah, aku punya firasat buruk, kita tidak bisa berlama-lama disini," ucap seorang wanita dari dalam robot itu.

Firasat buruk itu sebenarnya juga menghampiriku, sepertinya Alice lah yang sebenarnya mereka cari. Seorang penemu pasti akan dicari karena penemuannya dan itu pasti Alice. Karena Alice aku dapat memiliki kekuatan ini. Bagaimana dia bisa memberikanku kekuatan ini? Apa yang telah ayah lakukan padanya? Tapi apabila ayah memberikan nyawa untuknya. Kurasa dia benar-benar penting. Dan aku harus menjaganya.

Sepertinya para pembunuh itu akan datang lagi. Akan lebih aman apabila aku dengan mereka.

"Ayah maafkan aku karena telah meninggalkanmu," ucapku sembari melihat jasad ayahku. "Alice ayo kita pergi, aku akan menggendongmu." Alice benar-benar terlihat lemah, aku pun memutuskan untuk menggendongnya.

Sial.. ternyata tubuhnya sangat berat, lutut ku pun seakan goyah dan gemetar. Tubuhnya kurus, kan? Bagaimana bisa seberat ini. Aku mencoba sekuat tenaga untuk menggendongnya menuju telapak tangan robot besar itu. Setelah menaruh Alice di sana aku pun memanjat tangan robot itu, berdiri di samping Alice yang terbaring lemah.

"Okay, kita berangkat," tangan robot itu mendekat ke depan badannya, tubuhku agak goyah ketika tangannya bergerak. Robot itu kemudian berjalan dengan roda di telapak kakinya. Aku benar-benar baru tau bahwa dunia memiliki robot itu sekarang, bukan, dengan krisis energi seperti sekarang aku baru tau bahwa benda sebesar itu dapat digerakkan.

"Kita akan kemana?" tanyaku.

"Kita akan ke markas. Akira ambil ini," tiba tiba kokpit dibagian kepala terbuka sedikit dan mengeluarkan sesuatu kemudian menutup kembali. "Pakailah earphonenya."

Aku mencoba menangkapnya, dan memasangnya di telingaku. "Ini aku Akiyama kapten Anubis, aku turut berduka atas kematian ayahmu dan memohon maaf atas keterlambatanku."

Lifeless MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang