Chapter 7 : Anubis, siap bertempur

40 4 0
                                    

"Sylvia, apa yang kamu lakukan? Kamu benar-benar adikku kan?"

Reyna benar-benar terkejut ketika orang-orang datang untuk melihat keadaannya, Sylvia langsung berdiri dan siap menancapkan sebuah pisau kelehernya.

"Tentu saja, aku adalah adikmu, karena itu aku harus membebaskan dirimu dari tempat ini. Kita bisa hidup berdua saja seperti dulu."

Beberapa orang kemudian datang termasuk Akira dan Hyerin.

"Kau, apa yang kau lakukan disini, cepat lepaskan Reyna."ucap Akira.

"Beri aku jalan, atau aku akan membunuhnya," balas Sylvia.

Akiyama kemudian memegang pundak Akira, sebagai kode untuk melepaskannya. Yang lain kemudian mundur dan membuat jalan kosong di tengah-tengah menuju pintu.

"Kakak, ayo jalan,"suruh Sylvia.

Mereka berdua kemudian berjalan menuju pintu, Akira hanya bisa melihat mereka. Dengan kekuatan kita, kita dapat menyelamatkannya kan? Pikir Akira. Tapi sepertinya Akiyama berpikir lain, dia tidak ingin membuat Reyna terluka. Musuhnya kali ini pengguna apocalypse, lagi pula banyak anak-anak disini. Akan sangat bberbahaya apabila terjadi pertarungan.

Sylvia dan Reyna melewati pintu gerbang markas, yang lain hanya bisa melihat mereka menjauh dari pandangan. Sylvia kemudian memukul bagian belakang Reyna dan membuatnya pingsan. Sylvia menggendong Reyna dan berlari menuju suatu tempat.

************

Reyna akhirnya siuman, sebuah lampu terang diatasnya menerangi matanya. Dia merasakan sebuah kasur empuk di bawah tubuhnya. Melihat kesekeliling, ini adalah, rumah ibu dan ayahnya dulu sebelum mereka harus pergi ke panti asuhan.

"Kakak sudah sadar?"Sylvia yang baru saja mandi keluar dengan hanya menggunakan handuk menghampiri Reyna.

Reyna kemudian duduk dan hanya dapat tertunduk sedih, "Iya. Sylvia, Ba-bagaimana kamu.. maaf sebenarnya, ku kira kamu sudah mati. Harusnya aku pergi mencarimu."ucap Reyna sembari tertunduk memegang kepala dengan tangan kanannya.

"Sebenarnya setelah apocalyse, aku di bawa ke lab dan diobati. Aku dapat hidup, tapi seluruh kehidupanku menjadi bahan percobaan. Tapi tak apa, aku akhirnya dapat bertemu kakak kan. Seperti dulu kita dapat berdua lagi sekarang, Sylvia benar-benar senang." Ucap Sylvia sambil tersenyum.

Reyna benar-benar susah payah untuk menggali kenangan bersama adiknya. Ini seperti hukuman. Tapi senyum Sylvia, seolah tak pernah hilang. Senyum yang selalu menyelamatkannya waktu hidup mereka benar-benar sulit. Kehilangan orang tua dan hidup bersama di panti asuhan. Hidupnya lebih hancur karena melihat adiknya hanya dapat duduk di kursi roda. Tapi sylvia masih dapat tersenyum waktu itu. Dia, benar-benar bersyukur dapat melihat senyum itu lagi.

"Bagaimana kamu dapat berjalan lagi?"

"Kakak mengingatnya? Yang ku tau seseorang yang telah menjadi korban apocalypse tak dapat di ingat lagi oleh siapapun. Mungkin kakak dapat mengingat beberapa hal. Aku sembuh karena apocalyse, seperti yang kakak lihat aku dapat berjalan, berlari, berputar-putar," sylvia memutar tubuhnya dengan sangat senang.

Reyna hanya dapat menangis dan sambil tersenyum kecil, adik kesayangannya datang kembali kehidupnya. Dia benar-benar bahagia sekarang. Sylvia yang melihat kakaknya terhenti, air mata juga mengalir dari matanya, dia kemudian menghampiri Reyna dan memeluknya.

"Ku pikir, ku-ku pikir, aku tidak dapat bertemu lagi dengan kakak, aku benar-benar takut. Tiap hari aku melihat teman-temanku mati, aku-aku-aku." Air mata Sylvia benar-benar deras sekarang.

Reyna hanya dapat mengelus rambut sylvia "Sudahlah, kamu bersama dengan kakak kan sekarang. Aku akan melindungi mu!"

"Iya.." ucap Sylvia sembali mengganguk di pelukan kakaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lifeless MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang