Chapter 2 : Tim Carry
Apabila caraku dapat mengingat ibuku hanya dengan menghancurkan apocalypse maka, seperti ayah aku akan menghancurkannya! Sekarang sudah pukul dua siang. Setelah mandi dan mengganti pakaian aku berangkat menuju lapangan tempat tim Carry berkumpul, bersama Alice. Aku menggunakan baju kaus berwarna hitam. Dengan strip merah tebal menyilang dibagian depan dan tulisan warna hitam mengikuti di dalam strip merah. Anubis.
Aku akan menghancurkan apocalypse seperti keinginan ayah. Maka dengan berada di tim Carry, aku seperti berada di wadah yang tepat.
"Alice, apa kau bergabung Anubis karena aku?" tanyaku, aku memang masih belum terlalu mengenal Alice, akulah yang ingin masuk ke kelompok Anubis. Seperti perkataannya, aku memang tidak memiliki kekuatan apa-apa tanpa kekuatannya. Tapi apabila semua yang dilakukannya karena aku maka, aku sangat menjadi tidak enak.
"Iya, aku masuk ke kelompok Anubis karenamu,"
Tepat seperti perkiraanku. "Walaupun aku lemah, aku dapat belajar disini. Kau pasti memiliki keinginan lain yang ingin kau lakukan. Terimakasih telah menolongku, kau dapat meninggalkanku sekarang," suruhku dengan wajah sungkan.
"Sepertinya kau salah paham. Kita memiliki tujuan yang sama sekarang. Aku ingin menghancurkan apocalypse dan membuatmu mengingatku."
Eh? "Maaf, bisa ka katakan sekali lagi?"
"Sepertinya kita telah sampai," ucap Alice yang tiba-tiba sinar matahari menyorot mataku, aku mencoba menghalanginya dengan tangan. Dan seperti perkataan Alice kami telah sampai di lapangan.
Terlihat beberapa orang menembak menuju sasaran tembak berbentuk manusia yang memiliki beberapa lingkaran merah dibagian badan dan satu titik tepat di tengah kepala. Dengan sniper dan juga pistol. Terlihat juga beberapa orang berkelahi dengan tangan kosong. Reyna terlihat sedang berlatih bertarung dengan tangan kosong.
Lawannya cukup besar. Memiliki tinggi 182 dengan otot di sekujur tubuhnya. Aku tidak dapat membayangkan bagaimana Reyna dapat mengalahkannya. Ini lebih terlihat seperti kasus bunuh diri.
Reyna memandang tajam lawannya, "Apabila kau pikir dapat mengalahkanku dengan mudah, maka kau harus memikirkannya lagi," ucapnya.
"Aku memang harus menaruh waspada pada wanita pengendara Saitama. Tapi kamu hanya mengenderainya bukan. Hanya karena robot itu kau terlihat kuat."
"Kau, anak barukan. Sepertinya kau harus dilajari apa itu Attitude. Bocah.."
Bocah? Laki-laki itu terlihat lebih tua dari Reyna, apa dia mencoba memprovokasinya. Bukannya lebih bahaya apabila orang itu marah?
"Kau, kau hanya dekat dengan Akiyama, karea itulah kau dihormati disini kan. Rasakan ini," dia berlari kedepan dan mencoba meninju Reyna dengan tangan kanannya.
Reyna berhasil menghindar dengan lompat kebelakang.
"Cuman segitu, kah?"
Laki-laki itu tertunduk setelah hantamannya hanya mengenai angin. Dia berlari lagi dan dengan cepat dia mengubah posisi tangannya dan mencoba melakukan uppercut. Pukulan dari bawah yang mengincar dagu Reyna.
"Sepertinya kau masih belum belajar," Reyna tersenyum kecil, dengan sedikit memiringkan bagian atas badannya kebelakang. Pukulan itu kembali dapat dihindarinya. Reyna terlihat ternyum kecil. Dia melakukan gerakan salto kebelakang dengan kedua tangan sebagai tumpuan. Tangan laki-laki itu yang terangkat keatas setelah melakukan upper cut. Dijepit oleh kedua lutut Reyna. Reyna menyelesaikan gerakan salto ketika kakinya kembai ke tanah. Karena tangan laki-laki itu dijepit oleh lutut Reyna, tubuhnya pun terbawa dan terguling kedepan mengikuti gerakan salto Reyna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifeless Memory
FantastikCeritanya update seminggu sekali. 2025 tepat 10 tahun lalu meteor meluluh lantakan setengah kota dari Akibahara. Dan sekarang sepertinya banyak orang yang sudah mulai melupakannya. Setidaknya itulah yang kulihat dari wajah orang-orang saat aku berad...