LIFELESS MEMORY
Chapter 6 : Sylvia, Anubis adalah tangkapan yang besar
Sebuah laboratium berdinding putih terlihat gemerlap dengan peralatan canggih yang dia punya. Laser, CT scan, peralatan operasi, dan banyak sekali komputer canggih disana. Tapi gemerlap itu terlihat benar-benar menakutkan untuk orang-orang di dalamnya. Teriakan, tangisan, tak ada yang mendengar mereka. Kata tolong bagaikan hilang dari kamus. Tidak ada pertolongan di tempat ini. Semuanya hanya kesakitan. Percobaan pada manusia yang begitu mengerikan.
Seorang anak kecil berumur sepuluh tahun terduduk dengan memeluk lutut di perutnya. Dengan air mata dan penuh luka disekujur tubuh dia terus berharap ibunya akan datang meyelamatkannya. Sudah 30 hari dia disini, 30 hari yang benar-benar menyakitkan bagi seorang anak kecil.
"Sudahlah jangan menangis."
"Ibu, ibuku dimana?" jawabnya.
"Ibumu pasti sedang mencarimu sekarang, begitu juga dengan kakakku, ayo kita tunggu bersama," ucapnya sembari tersenyum hangat.
Seorang gadis 12 tahun dengan rambut pirang tersenyum manis untuk obat anak di depannya. Dia juga penuh luka, banyak sekali perban di sekujur tubuhnya. Tapi dia lebih tua darinya, itulah yang membuat dia tidak boleh menunjukan kelemahannya untuk anak itu. Kelamahan ketika dia menangis di setiap malam menahan rasa sakit dari percobaan yang mereka lakukan.
"Namaku Sylvia, namamu siapa?" Sylvia kemudian duduk disampingnya.
"Namaku Genta," balasnya sembari mengusap air matanya.
"Kamu lebih muda dariku kan, jadi panggil aku dengan Silvia-neechan, oke?"Sylvia kembali melontarkan senyumannya.
"em.." jawabnya sembari menggangguk.
"Coba tebak ini apa?"
Sylvia melakukan permainan dengan menggunakan karet yang dibuat berbagai macam bentuk.
Genta terlihat melihat dengan seksama, bentuk itu sebenarnya sangat familiar tapi dia hanyalah anak berumur 10 tahun, dia mencoba mengingat dengan keras.
"Menara Paris."jawabnya
Sylvia tertawa ketus, "Bukan menara paris, namanya menara E-IFFELe"
"Menara Effele?"
"Benar, menara nya memang di Paris, tapi namanya menara Eiffel, Kau mau kakak ajarin?"
"Mau."
Tangis Genta berubah menjadi senyuman sekarang. Rasa sakit di sekujur tubuhnya seolah tak terasa. Hari demi hari luka mereka terus bertambah. Beberapa hal mencengangkan didapat pemerintah soal Apocalypse, pemerintah mengetahui bahwa seseorang yang terkena ledakan Apocalypse dan dapat bertahan hidup dapat menyembuhkan luka mereka lebih cepat. Sel mereka dapat menjadi obat penyembuh luka yang sangat bagus. Karena itulah percobaan terus di lakukan. Seberapa jauh tubuh mereka dapat menyembuhkan, dan seberapa jauh manusia biasa dapat menerima sel mereka.
Sylvia terus menunggu kedatangan Genta seperti biasa, ditempat mereka pertama bertemu. Genta tidak datang di hari itu, mungkin dia mendapatkan luka yang sangat banyak hari ini, pikir Sylvia. Tapi bukan hanya hari itu, sudah seminggu sekarang. Ini benar-benar aneh. Dia mencoba menanyai salah satu anak yang sepertinya satu ruang lab dengannya.
"Kau bercanda kan?"
"Genta, tidak dapat menahan rasa sakitnya lagi, sepertinya sebentar lagi aku juga akan mati." Anak kecil itu menangis dengan sejadi-jadinya.
Genta, apa yang kamu lakukan? Kamu berjanji menunggu bersama denganku, kan? Apa yang akan ku katakan ketika ibumu datang kemari? Apa aku juga akan mati sebelum dapat bertemu dengan kakakku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifeless Memory
FantasyCeritanya update seminggu sekali. 2025 tepat 10 tahun lalu meteor meluluh lantakan setengah kota dari Akibahara. Dan sekarang sepertinya banyak orang yang sudah mulai melupakannya. Setidaknya itulah yang kulihat dari wajah orang-orang saat aku berad...