Prolog

217 22 21
                                    

Aku menggesekan id card ku di loket pintu masuk statiun, dengan seragam putih celana hitam serta tas hitam sekolah, aku menuju sekolah menggunakan kereta listrik. Di dalam kereta terlihat anak yang tertawa sambil bergandeng tangan dengan ibunya. Seorang murid yang fokus pada handphonenya, para pekerja yang mulai lelah dengan pekerjaannya. Semuanya seperti sudah melupakan apa yang terjadi 10 tahun yang lalu. Padahal bekasnya masih sangat terlihat dari sisi kanan rel kereta. Setengah kota hancur akibat jatuhnya meteor 10 tahun lalu..

Tahun 2025 tepat 10 tahun yang lalu, meteor menghancurkan setengah kota akibahara. Setengah kota tersebut sekarang menjadi zona merah, semua bekas lokasi kejadian dikelilingi oleh police line. Menurut penilitian siapapun yang berani menginjakan kakinya di sana dia pasti akan mati.

Beberapa sekte mengatakan itu adalah azab dari tuhan. Manusialah yang telah membuat semua ini. Teknologi semakin maju, manusia semakin banyak, dan terlalu banyak yang dikorbankan. Industri yang selalu menambah langit menjadi hitam pekat, penebangan pohon untuk pemukiman, dan sekarang. Dunia menangis. Lapisan ozon semakin menipis. Pohon bahkan hanya bisa tumbuh di rumah kaca. Undang-undang baru, penebang pohon= mati.

Dunia benar-benar kacau saat itu, tangisan, penderitaan, Akibahara menewaskan separuh penduduknya. Termasuk ibuku.

Tapi sepertinya semuanya telah melupakannya. Aku bahkan benar-benar tidak bisa mengingat bagaimana wajah dari ibuku. Wajahnya perlahan-lahan benar-benar akan meninggalkanku.

Kereta berhenti. Akupun bergegas meninggalkan kereta.

"Akira. Akira apa itu kau? Kau ingat aku kan? Ini aneh, semuanya melupakanku," dia terlihat sangat panik, aku tidak mengenalnya dan bagaimana dia tau namaku?

"Kau siapa?" tanyaku bingung.

"Ini aku Sakamoto, kau tidak mungkin juga melupakanku, kan?"

Pupil matanya benar benar membesar dengan pelipis berkeringat, aku benar-benar merasakan bahwa dia benar-benar takut. Aku seperti mengingatnya. Tapi dia siapa? Kapan aku pernah bertemu dengannya?

"Maaf aku tidak mengenalmu, sepertinya kamu salah orang," cetusku.

"Kau pasti bercanda kan, kita bahkan sudah berteman dari kecil. Aku bahkan sering kerumahmu dengan keluargaku."

Tiba-tiba beberapa penjaga statiun datang menghampiri kami.

"Ada apa ini?" tanya salah seorang penjaga.

"Akira, tolong aku, aku tidak mau kembali kesana ..." kerahku semakin tertarik dan membuat leherku seakan tercekik. Sebenarnya aku sangat ingin menolongnya.

Para penjaga stasiun terlihat saling memandang kemudian salah satunya berbisik.

"Maaf sepertinya aku harus membawamu ke kantor polisi," kata seorang penjaga stasiun.

Ketika mendengar hal tersebut, orang yang bernama Sakamoto pun berlari. Dan kedua penjaga polisi mengejarnya.

"Maaf sekarang banyak orang gila karena kematian saat kejadian 10 tahun lalu, saya harap anda dapat mengerti tentang kejadian hari ini," ucap salah seorang penjaga sambil melepaskan topinya.

"Iya tidak apa-apa," kataku sambil merapikan kerah bajuku, sebenarnya aku merasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkannya. Tapi apabila dia benar-benar orang gila lebih baik aku melupakan kejadian hari ini.

"Terimakasih atas pengertiannya," ucap penjaga tersebut, membungkukan badan dan mencoba membantu mengejar orang tersebut.

Kejadian yang benar-benar aneh. Aku baru pertama kali mengalaminya. Tapi aku turut perihatin dengannya. Apabila tidak ada ayah. Mungkin ... Ketika ibu meninggal di depan mataku. Aku bisa saja menjadi sepertinya.

Lifeless MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang