Rain

568 50 38
                                    

Hujan, hal wajar yang biasanya datang untuk menyejukkan bumi yang panas. Hujan, pembawa moment istimewa bagi penghuni bumi. Dulu, hujan disebut sebagai bumi yang menangis.

Pagi ini, hujan datang. Membawa banyak orang untuk mencari perlindungan.

Seorang gadis yang tengah bersenandung saat hujan sudah turun, bersenandung di bawah naungan atap sekolah.

Dan sebuah tangan yang cukup besar darinya menutupi mata binarnya, mencoba menerka siapa dia.

"Rain," tebaknya sambil melepaskan tangan nakal itu.

"Selamat pagi dan selamat menikmati hujanku, Lolita!" serunya dengan senyuman manis. "Semester baru ini kita duduk sebangku yah!"

Sebuah persahabatan yang dihiasi rintik hujan–hanya persahabatan yang menghalangi perasaan rahasia mereka sendiri.

Setiap hujan, selalu ada kejutan di setiap tetes air yang jatuh ke tanah, meresap melalui pori tanah dan menyuburkan tanah untuk menumbuhkan sebuah tumbuhan--seakan ini sebuah perasaan yang terpendam seiring bersama.

***

Line!

Rain❤
Hari ini aku ekskul, pulang duluan aja gapapa, kan?

Sorot mata kecewa terbentuk di mata gadis mungil ini, jari lentiknya menari-nari membalas pesan singkat tersebut.

Okay, Semangat yah!

Send.

Semua cerita berawal dari kejadian mengejutkan. Hujanpun turun sedikit demi sedikit mengguyur bumi, itu karena hujan sayang pada bumi.

Tangan mungil gadis itu sedikit membuka membiarkan tangannya menampung beberapa tetes air langit, matanya menangkap gumpalan awan hitam di atasnya namun dia tetap merasa bahagia.

Sebuah tangan menggenggam tangan gadis tersebut yang sudah banyak menampung air hujan, dan saat itu juga sebuah payung menghalangi air hujan untuk membasahi gadis tersebut.

"Aku nggak mungkin ngebiarin kamu sakit," tutur sahabatnya. "Aku mau tertinggal waktu untukku daripada tertinggal untuk melindungimu."

Senyum gadis itupun mengembang. "Kamu nggak perlu ngegombal di bawah hujan cuman buat nganter aku pulang."

Mereka berdua berjalan kaki dibawah naungan payung kuning, tangan Rain pun menggenggam erat tangan Lolita, ada semburat merah di pipi kedua manusia tersebut, sesekali mereka saling menatap dan tersenyum sipu.

Karena hujanlah yang dapat menyembunyikan alasan genggaman ini, seolah dia kedinginan, karena hujanlah yang dapat menyembunyikan perasaan.

"Cinta itu seperti hujan, entah kapan datangnya, entah kapan perginya, entah berapa lama bertahannya, entah berapa liter yang ditumpahkannya, tapi menyebar ke semua penduduk Bumi, dan tidak peduli ada yang suka atau tidak, walau bagaimanapun hujan tetaplah hujan, yang menyegarkan," batin Rain. "Aku sendiri bingung bagaimana perasaannya padaku saat kugenggam tangannya seperti ini."

...

It's RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang