Hujan dan Kaktus Berbunga

217 26 10
                                    

Rain melangkah jauh dengan sedikit hentak agar memperingatkan Lolita bahwa dia hadir.

"Apa-apaan kamu, Lolita? Sembarangan ngejawab perasaan orang, berusaha nggak sebercanda itu! Kamu cukup jawab Ya atau Tidak!" bentak Rain-sahabat Lolita.

Dahi Lolita mengernyit. "Aku nggak sembarangan mau jawab perasaan orang, aku cukup dewasa untuk berpikir dua kali, perasaan nggak sebercanda itu! Ya atau Tidak? Aku juga punya hati, apa yang mesti aku katakan dengan apa yang ada dipikiran dan hati harus sama."

Rain diam sejenak, dia merasa ucapan sahabatnya ini memang benar.

"Emang siapa yang kamu suka? Selama ini aku nggak pernah tahu kamu suka sama seseorang," tanya Rain.

Pipi chubby dan putih milik Lolita seketika memerah padam, dia tidak dapat menjelaskannya kepada sahabatnya itu-karena sahabatnya yang ia suka.

***

Seorang lelaki dengan celana olahraga yang ia kenakan dan payung kuning yang ia genggam sambil berlari mencari seseorang.

"Kena kau! Mau berusaha lari dariku? Kamu masih ada hutang jawaban padaku, Nona Leonita Yolanda!"

Rain menarik rambut pirang Lolita dan membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Aku tidak lari, Tuan Rain Kevano Aditya! Aku hanya berjalan pulang, apa itu salah?" tanya Lolita.

"Iya, kamu meninggalkanku dan jawabanmu-nah serta ini."

Rain mengeluarkan sesuatu dari dalam plastik, sebuah pot berwarna merah sirup yang berisikan kaktus yang pernah dia tunjukkan kepada Lolita.

"Ah, kaktus itu? Kamu mau ngancam aku dengan duri kaktus itu?" tebak Lolita dan hanya dapat gelengan kepala Rain.

"Kaktus ini minta dirawat sama kamu hehe, mau'kan?" tawar Rain. "Kaktus ini mungkin penuh duri, namun ada satu bunga kecil yang tumbuh tanpa peduli durinya-justru dengan adanya duri ini bunga tidak akan dihancurkan, sama dengan halnya kehidupan."

"Dan saat ini aku udah nggak peduli sama jawaban kamu," timpal Rain.

Ada semburat kecewa di hati Lolita bahwa sahabatnya sungguh tidak lagi mau tahu tentang perasaannya, Lolitapun mau untuk merawat kaktus kesayangan milik Rain itu.

"Aku ini hujan, yang menumpahkan cinta tanpa peduli ada yang suka atau tidak," jelas Rain.

Lolita menghela nafas sambil memeluk pot tersebut, Rain yang dihadapannya sambil memayungkan kedua kepala itu masih setia menunggu sahabatnya berbicara.

"Akhir-akhir ini aku menyukai sesuatu, Rain, aku suka hujan ... karena kamu ... karena kamu bernama hujan dan aku suka hujan, hujan itu berbeda dari cuaca lainnya, hujan itu penuh kesejukan dan terasa nyaman untukku, dan cukup membuatku senang, itu yang aku suka, aku sudah jawab yah," jelas Lolita.

Senyum Rain mengembang.

"Kalau begitu, aku berharap hujan setiap hari biar kamu merasa senang."

Lolita memutarkan bola mata.

"Nggak gitu juga kali, Rain, yang ada malah banjir."

"Kalau kamu suka hujan, berarti aku suka kamu karena hujan, karena hujan selalu membuatku teringat kamu dan kebersamaan kita, kamu itu berbeda dari yang lainnya, kamu itu penuh keceriaan dan terasa nyaman untukku, dan cukup membuatku senang, itu yang aku suka," balas Rain.

Bibir Lolita sulit sekali untuk mengucapkan satu kata-diam seribu bahasa. Lolita terkejut dengan apa yang ia dengar barusan-dengan mudahnya Rain menyatakan perasaannya. Lolita hanya dapat tersenyum mendengarnya.

...

It's RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang