8

25 6 3
                                    

Alatha pov

Aku tau hidup ini terus berjalan, tapi bagaimana mungkin jalan yang kamu akan lalui mulus jika seseorang yang tadinya slalu menuntunmu untuk menjalani kehidupan yang terjal ini berhenti di tengah jalan, meninggalkanmu tidak hanya untuk sementara tapi selamanya. Pasti sakitkan rasanya? Begitu juga dengan aku, aku sangat teramat sakit merasakan semua itu. Jika aku bisa memilih lebih baik aku yang pergi daripada dia yang pergi. Hidup tanpa dia rasanya lebih menyakitkan ketimbang ditikam dengan belati tajamh!

****

Authir pov

Pagi ini Alatha bangun lumayan siang, karena memang ini hari minggu jadi tidak ada alasan untuk dia bangun lebih awal.
Ini sudah pukul 08.15 dan Alatha masih meringkuk di balik slimut tebalnya dan bed tidur yang menggoda siapa saja untuk tidur lebih lama di atasnya. Nyaman itu yang di rasakan Alatha saat ini, hingga suara nyaring itu mengintrupsi tidur tenangnya.

"ckckck, anak gadis jam segini masih tidur ya, bagus(!)" Derina menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memandangi Alatha dari tepi tempat tidurnya.

Alatha sama sekali tak bergerak menanggapi suara itu,ia masih terombang ambing antara mimpi dan kenyataan.

"heh, cepet bangun. Udah siang" Derina menarik-narik slimut Alatha.

"ck, apaan sih, gue ngantuk" ucap Alatha khas suara orang setengah sadar kamudian menarik kembali slimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.

"bangun kebo, hari ini kita jalan-jalan , lo gak lupakan? " ucap Derina gemas dengan trus menarik slimut Alatha.

"ck, 5 menit lagi," ucap Alatha menahan slimutnya.

"gak, gue maunya lo bangun sekarang trus mandi, dan kita capcus jalan" Ucap Derina memerintah.

"aish, iya-iya gue bangun, nih gue bangun" ucap Alatha dengan kesal, kamudian ia bangkit menuju kamar mandi.

Derina tersenyum puas melihat Alatha menuruti perintahnya.

"jauh lebih baik," ucap Derina lirih dan terus tersenyum melihat pintu kamar mandi Alatha.

Hari ini Alatha memakai kemeja putih tanpa motif dengan bawahan rok berwarna putuh tulang yang cukup mengembang sepanjang 5cm di atas lutut kemudian di balut jaket biasa warna abu-abu. Rambutnya ia gerai agar lebih terlihat simple tapi elegan dan menawan.

"waoo. Menakjubkan, kau terlihat selalu cantik dengan apa saja Al" ucap Derina terpesona dengan kecantikan alami Alatha.

"ck,dasar ms.alay" Alatha hanya mencibir gombalan Derina.

"aku serius Alatha. Kamu memang cantik. Sangat cantik" Derina mengedipkan sebelah matanya , dan itu sukses membuat Alatha mundur ketakutan melihat Derina.

"c'mon Al, aku hanya bercanda. Mukamu sunggug memalukan" ucap Derina di sela-sela tawanya.

"haish, sikapmu membuatku takut Der," Alatha mencubit lengan Derina,

"aw, gak nyubit berapa Al?" tanya Derina yang terlonjak kaget dengan datar dan menatap Alatha datar, seolah jika tatapannya ini bisa membunuh pasti Alatha sudah mati saat ini.

"salahmu sendiri Der," Ucap Alatha kemudian berjalan mendahului Derina keluar rumah dan menuju mobil Derina.

Derina hanya mengerucutkan bibirnya kemudian berjalan mengikuti Alatha di belakangnya dan masuk kedalam mobil di bagian kemudi.

*****

Sudah setengah hari Derina dan Alatha berputar-putar di mall, tentu saja itu keinginan Derina. Sangat mustahil jika Alatha yang menginginkan hal tersebut.

"Der, ke kafe dulu lah, gue capek" keluh Alatha, kakinya sudah pegal sedari tadi mengikuti Derina.

"yah, baru juga jam 11.30 Al, " Derina melirik jam di tangannya.

"gue capek Derina. Haus" rengek Alatha sambil mengelus tenggorokannnya.

Derina terdiam sebentar menimbang jawaban apa yang akan dia berikan pada Alatha dan sungguh berwajah mela sekali saat ini. Rasanya ingin tertawa melihat muka Alatha yang minta di kasihani seperti itu, benar-benar sangat jelek.
"ya udahlah ayok," Putus Derina setelah beberapa saat berfikir.

"hyeeee, lets go" Alatha bangkit dari tempat duduknya dengan semangat kemudian menarik Derina menuju salah satu kafe yang ada di mall tersebut.

"lo pesen apa Der?" tanya Alatha yang masih memilih-milih menu.

"emt, juz lecy sama beef steak, " ucap Derina singkat.

"ya udah mbak itu aja 2," ucap Alatha berikutnya.

Derina memandang Alatha kesal, bukannya yang sedari tadi memilih menu dirinya, lalu mengapa malah sama dengan pesanannya yang sama sekali tak melihat menu? Rasanya mulut Derina sudah gatal untuk mencibir-cibir Alatha.

Derina memicingkan mata menatap Alatha,"hehe, kenapa der?" tanya Alatha dengan polos.

"lo tanya kenapa?" Tanya Derina dengan suara kesal yang tertahan. Alatha hanya mengangguk polos .

"Ya Tuhan, apa salah hambaMu ini, tenggelamkan hayati di rawa-rawa bang" ucap Derina mendramatisir sambil mengelus dadanya, mencoba sabar.

"alay lu, abisnya tadi gue bingung mau pesen apa, ya udah gue ikut lo aja. " ucap Derina tanpa beban sedikitpun.

"untung sahabat lo," ucap Derina masih kesal.

Setelah itu makanan yang mereka tunggu datang juga.
Baru saja mereka mulai makan tapi sebuah deheman mengintrupsi kegiatan mereka.

"ekhemm"

Alatha dan Derina langsung menoleh ke arah suara itu, Derina langsung terkejut, beda dengan Alatha yang masih dengan muka datarnya.

"hay, kita ketemu lagi, kayaknya kita jodoh deh" ucap orang itu panjang lebar.

"mimpi lo" balas Alatha datar.

Derina masih menatap Alatha dan Rivan bergantian dengan ekspresi bingung, ya orang itu Rivan. Bagaimana Alatha bisa kenal sama Rivan, itu yang ada di pikiran Derina saat ini.

Tanpa menunggu di persilahkan Rivan sudah duduk di samping Alatha dan memanggil waiters untuk memesan makanan. Setelah itu dia berbicara dengan Alatha kembali. Tanpa Derina tentu saja, karena Derina sendiri tak tau dalam situasi apa saat ini, bahkan ia tak tau jika Alatha mengenal Rivan, bahkan mereka cukup akrab untuk saling mengobrol saat ini, yang Derina tau Rivan hanyalah salah satu siswa yang sering membuat pelanggaran di sekolahnya karena membolos.

*******

Happy Day, selamat membaca guys,

Jangan lupa vote dan comment kakak kakak cans n gans 😂😘😍

With Or Without Me [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang