12

10 2 0
                                    

Alatha duduk bersila diatas rerumputan taman belakang sekolah. Padahal bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu tapi itu tak membuat Alatha beranjak sedikitpun dari sana.

Alatha menatap kosong kedepan. Bayangan-bayangan masalalu kembali mengusik pikirannya. Padahal beberapa waktu ini Alatha sudah tak kepikiran lagi, namun seperti tak ingin dilupakan begitu saja, bayangan itu kembali lagi perlahan-lahan.

Rivan yang melihat Alatha duduk dengan pandangan kosongpun hanyan bisa memperhatikan dari jauh, tak berniat untuk mendekat dan mengganggunya.
Mungkin Alatha memang ingin sendiri, pikirnya.

"cantik." ucap seseorang dengan tiba-tiba yang membuat Rivan langsung terkejut dan menoleh kesumber suara.

"maksud lo?" tanya Rivan tak mengerti setelah ia melihat siapa yang berbicara dan mengejutkannya 3 detik yang lalu dan ternyata itu Debian.

"dia cantik bukan? "

"ya, dan akan selalu begitu"

"dan lo suka."

"gimana mungkin gue gak suka? Bahkan lo sendiri juga suka." ucap Rivan dengan nada Sinis.

Debian menyeringai menanggapi tuduhan Rivan," ya gue suka, tapi beda dengan suka yang lo rasain."

"sayangnya gue gak percaya"  ucap Rivan sarkas.

"terserah lo sih ya, buat apa gue boong. Gue udah nganggap Alatha kayak kakak gue sendiri. Terlebih dia pacar Alm.Kaenan, lo taukan gue sayang banget sama kaenan? Dan gak mungkin gue ambil punya dia. Cukup gue jaga aja sampe ada seseorang yang bisa gantiin posisi kaenan."

"maksud lo ngomong kek gitu sama gue apa?" Rivan mengerutkan keningnya.

"gua rasa lo cukup pinter buat nangkep omongan gue," Debian menepuk bahu Rivan pelan kemudian berlalu meninggalkannya.

Sementara Rivan masih berdiri terdiam mencerna kalimat Debian yang begitu berantakan dan ambigu menurutnya.

Sebenarnya Debian bisa ngomong pake kalimat yang sesuai EYD gak sih, pikir Rivan.

Karena pusing sendiri memikirkan kalimat rusak yang keluar dari mulut Debian, akhirnya Rivan memutuskan untuk mendekati Alatha saja.

"dooorrrr" Rivan mengagetkan Alatha dengan menepuk pelan Bahu gadis itu.

"aaah, lo ngagetin tauk" Ucap Alatha dengan kesal.

"salah lo ngelamun ae,"

"suka-suka guelah, masalah buat situ?"

"ya nggak sih, "

"ya udah diem,"

"iya, btw lo kok belum pulang?padahal bel udah bunyi dari tadi"

"gakpapa, cuma lagi pengen sendirian dulu aja, lo sendiri?"

"enggak, nih guekan lagi sama lo jadi gak sendirian,"

Alatha memukul pelan lengan Rivan,"ogeb"

"kok lo bilang gue ogeb sih?"

"ya iyalah, masa gitu aja gak ngerti maksud gue,"

"maksud gimana sih la?"

"tau ah, bodo" ucap Alatha kesal, karena otak Rivan yang lama banget koneknya, mungkin dia pake kartu murahan makanya lelet. Dikira otaknya rivan kek hp android apa, dasar Alatha.

"yah kok ngambek sih,"

"..."

"Al,gue salah ya? ,"

"..."

"jawab dong al,"

"...."

"al, maaf kalo gue salah, gue tau kok cowok emang selalu salah," ucap Rivan dengan nada pasrah.

"hahaahahaha" Alatha memegangi perutnya karena sakit akibat tertawa.

"kok lo ketawa sih al, emang ada yang lucu gitu?" tanya Rivan dengan bodohnya.

"sumpah, muka lo lucu abis," ucap Alatha di sela-sela tawanya.

"lo gitu ya al sekarang sama gue, ya bully aja terus gue al, bully, gue mah apa atuh," ujar Rivan dramatis sambil memegang dadanya.

"njer, muka lo najizun pan," Altha menepuk pelan pipi Rivan.

"aww, kok lo gampar gue sih,?" Rivan memegangi pipinya yang di tampar Alatha, meski sama sekali tidak terasa sakit .

"lah, salah sendiri punya muka minta ditabok," Ucap Alatha tanpa beban.

Karena terlalu asik bercanda mereka hingga melupakan waktu yang ternyata sudah menjelang sore, akhirnya mereka berduapun pulang dengan Rivan yang mengantar Alatha.

*****

Ini adalah malam kesekian Alatha tanpa memikirkan Kenan, entah apa sebabnya, Alatha juga tak tau.

Yang jelas saat ini Alatha merasa tenang, mungkin karena hadirnya Rivan.

Rivan? 

Nama itu slalu hadir di fikiran Alatha akhir" ini. Mau di sangkal bagaimanapun nama itu tetap tidak mau hilang. Tapi meski begitu perasaan ragu masih ada di dalam benak Alatha.

"sayang,,, keluar gih kita makan malam" ucap Bunda Alatha dari balik pintu kamar, yang membangunkan Alatha dari dunka khayal.

"iya bun, " jawab Alatha dari dalam kamar

Selesai makan malam Alatha kembali ke kamarnya.

Lagi lagi ia memikirkan ada apa dengan perasaannya ? Kenapa Rivan selalu muncul ? Ah tidak, kenapa dia tidak bisa menghindari nama itu ? Ini benar - benar membingungkan !

Karen Terlalu larut memikirkan membuat Alatha perlahan-lahan mengantuk dan akhirnya tertidur .

****

Hay guysss, aku balik lagi nih

Duh, udah lama gak up di watty jadi bikin kangen,

Ini semu KareNa gue udahh kelas 3 SMA dan musti serius lagi belajarnya

Haduh capek belajar gue rasanya.

Udah segitu dulu ya teman, aku lagi gak ada inspirasi soalnya.

Jangan lupa VOTE and COMMENT guysss ter-❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

With Or Without Me [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang