9 - Pertemuan

81 6 0
                                    

*Arya POV*

"Berangkat?" Tanyaku bingung.

"Aku sudah berjanji pada ayahku untuk kembali. Tolong jaga ibu." Joong Ahn tersenyum penuh arti disana.

"Bagaimana dengan ibu yang menginginkan kau tinggal disini? Bagaimana... dengan Rea? Kau sudah bilang padanya?" Aku terpikir tentang ibu yang waktu itu berkata padaku tentang keinginannya, dan juga Rea yang saat ini juga dekat dengan Joong Ahn.

"Aku akan menjelaskan pada mereka secepatnya. Sudah ya." Joong Ahn pun menjawab dengan singkat.

***

10 Tahun Kemudian...

"Kapten, Panglima memanggil Anda."

"Ya, Saya akan segera kesana," ujarku dengan segera.

Aku bergegas menuju ruang Panglima. Tugas apa sampai-sampai Panglima secara langsung memanggilku seperti ini? Pasti tugas yang sangat penting.

'tok tok tok'

"Ya silahkan masuk" Panglima menjawab ketukan.

Aku masuk kedalam dan memberi hormat kepada Panglima. Panglima mempersilahkan untuk duduk di ruangannya. Ia sepertinya ingin membicarakan sesuatu namun juga ia nampak menunggu orang lain untuk datang ke pertemuan ini. Setelah 5 menit menunggu, akhirnya ia datang.

"Maaf Saya terlambat," ujarnya dengan nafas yang memburu sambil memberikan hormat kepada Panglima. Kebiasaan buruk yang tak pernah dirubah. Beruntung Panglima pasti memaafkannya.

"Kau habis berlari?" Tanya Panglima padanya.

"Ya ayah. Maafkan aku dengan kebiasaan burukku ini." Ujarnya merasa bersalah.

"Hahaha... Tak usah sedih seperti itu. Lagipula aku tahu bahwa kau tidak sia-sia dengan keterlambatanmu. Pasti kau merasa risih menjalankan tugasmu karena selalu aku ganggu kan?" Panglima mengeluarkan sikap kebapakannya.

"Silahkan kalian berdua duduk,"

"Tidak perlu, terima kasih Panglima" Panglima mempersilahkan kami berdua untuk duduk namun aku, sebagai prajurit sejati menolak hal itu.

"Baiklah. Kapten Arya, Kapten Rea, Saya mempunyai perintah untuk kalian. Kapten Rea, tolong temani saya ketika pertemuan dengan seorang petinggi militer asing 2 minggu lagi. Dan Kapten Arya, siapkan pengamanan bersama Kolonel Jarot nanti. Mengerti?" Panglima mengeluarkan perintahnya pada kami--Aku dan Rea--yang sepertinya sudah ia percaya.

"Ya, mengerti Pak!" Ucap kami bersama-sama.

Ya, Aku dan Rea sudah sama-sama menjadi kapten sekarang. Aku berhasil meraih cita-citaku untuk masuk ke Angkatan Udara. Dan Rea, aku tidak tahu apa yang merasuki pikirannya sampai-sampai dia masuk Angkatan Darat yang awalnya berpangkat lebih tinggi daripadaku. Dan Rea adalah senior paling mengesalkan juga paling mengerti diantara yang lainnya. Aku masih ingat ketika ia menolakku untuk masuk ke dalam seleksi Pasukan Khusus waktu itu.

*flashback*

"Kau mendaftarkan diri kesini tanpa bekal apapun? Kau memulai dari nol? Jelas aku tidak akan menerima dirimu disini." Rea menolakku dengan tegas.

"Tapi kenapa.. Letnan? Kau menerima yang lainnya." Aku melihat pangkatnya. Ia sudah jadi letnan secepat itu. Setelah kuingat dia kuliah terlebih dahulu lalu mendaftarkan diri disini.

"Kemana saja kau selama 4 tahun ini? Kau kemari dengan tangan kosong! Kau mau mengejar mimpimu kan? Jika begini maka karirmu akan terhenti hingga Sersan Mayor saja bodoh!" Dan aku pun tahu apa yang Rea maksudkan.

ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang