10 - Pertemuan (II)

20 2 0
                                    

*Author POV*

Suasana pertemuan sangat cair tanpa kekakuan. Rea-lah yang membangun suasana itu. Setelah mengetahui bahwa partner kerjanya setelah ini adalah tentara Korea Selatan, Rea merasa sudah ada sesuatu yang mendorongnya untuk berperilaku lebih dekat terhadap mereka. Rea merasa ada sesuatu yang tertahan di kerongkongannya. Suatu tanya, yang selalu membuatnya penasaran. "Dimanakah Joong Ahn? Dia sudah jadi apa sekarang?" Ia menahan rasa penasarannya yang sepanjang pertemuan selalu ingin bertanya apakah mereka mengenal Joong Ahn nya.

Pertemuan resmi telah usai, namun para petinggi militer itu masih berada di ruangan. Berbincang penuh canda dalam setiap obrolan yang dilontarkan.

"She is not only my soldier, but she's my daughter." Ujar Jenderal Kim Hyo Jin sambil menunjuk Letnan Kim Hae Rin.

"Really? She's so beautiful. Rea is not only my soldier too, she's my daughter same like her." Ujar Jenderal Arnindra tersenyum pada Rea.

"Joneun, Kim Hae Rin imnida. Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda, Kapten." Ujar Hae Rin pada Rea.

"Reananda Geanela. Kau bisa memanggilku Rea saja, Letnan. Aku mendengar bahwa kau gadis yang berbakat, Letnan." Ujar Rea membalas perkenalan Hae Rin.

"Ya, aku seorang Dokter Militer, kudengar kau juga seorang Insinyur ya Kapten? Dan sepertinya kau juga mengerti bahasa Korea dengan baik." Hae Rin sepertinya banyak mencari informasi tentang Rea. Rea pun tersenyum mengiyakan.

Para Jenderal itu bercakap sambil membanggakan putri-putri mereka. Dan Jenderal Arnindra lah yang paling bangga karena Rea sudah berpangkat Kapten melebihi Hae Rin yang masih Letnan. Mereka berbincang seperti sangat mengenal dekat. Mereka saling membanggakan kelebihan masing-masing, sampai berbicara tentang orang kepercayaan mereka selain putri mereka sendiri. Para Jenderal itu membisikan sesuatu pada putri-putri mereka. Mempersilahkan seseorang untuk masuk ke ruangan itu. Prajurit Pengawal membuka pintu dan menyampaikan pesan kepada orang yang ditunggu. Dan kedua orang yang mereka tunggu pun masuk kedalam ruangan itu.

"Ini Dia, salah satu prajurit yang saya berikan kepercayaan lebih, Kapten Arya dari korps Angkatan Udara. Dia sudah berpengalaman dalam bidangnya. Kariernya melonjak dengan cepat." Ujar Jenderal Arnindra sangat membanggakan Arya. Ia berbicara dalam bahasa Inggris.

Rea malas melihat ayah angkatnya yang selalu membanggakan Arya, karena Rea tahu, Arya pasti akan menjadi sangat sombong setelah ini. Ia menunduk mencari aktifitas yang lain. Sementara itu, Jenderal Kim Hyo Jin juga memperkenalkan prajurit terbaiknya.

"Perkenalkan, dia juga salah satu prajurit terbaik yang saya miliki. Perkenalkan dirimu, Kapten." Ujar Jenderal Kim Hyo Jin dalam bahasa Inggris.

"Annyeong Hasimnikka. Saya Kapten Song Joong Ahn dari Angkatan Darat. Suatu kehormatan untuk bertemu dengan kalian." Rea secepat kilat melihat ke arah sumber suara. Rea terfokus pada sumber suara tersebut. Suara yang telah lama ia ingin dengarkan. Pemiliknya yang selalu ia rindukan. Mereka berdua terpana masing-masing. Mencari kerinduan di setiap sudut mata.

"Wah, kau sangat fasih berbahasa Indonesia ya Kapten?" tanya Jenderal Arnindra pada Joong Ahn.

"Ibu saya orang Indonesia, Jenderal. Jadi wajar jika saya sedikit fasih berbahasa Indonesia." ujar Joong Ahn merendah.

"Oh ya, ngomong-ngomong kalian sangat mirip Kapten." ujar Jenderal Arnindra pada Arya dan Joong Ahn.

"They're look alike right, General?" Arnindra pun menanyakan hal yang sama pada Jenderal Kim Hyo Jin.

"Apakah kalian bersaudara, Kapten?" Jenderal Hyo Jin bertanya pada Joong Ahn. Rea tersenyum mendengar hal itu.

"Ye, jung jang. (Ya Jenderal.)"

"Jinjja? Jeongmal?" Letnan Hae Rin tampaknya terkejut akan hal itu.

"Ada apa?" tanya Jenderal Arnindra.

"Mereka bersaudara, Yah." ujar Rea pada Jenderal Arnindra.

"Why you didn't look shocked, Captain Rea?" tanya Hae Rin pada Rea yang menyadari bahwa Rea tidak bereaksi padahal Rea jelas-jelas mengerti apa yang diucapkan oleh Joong Ahn.

"Wae? I think I don't need be shocked just for this fact." ujar Rea santai.

Mereka--Hyo Jin, Hae Rin dan Arnindra--bertanya-tanya. Ada apa sebenarnya dengan para Kapten ini? Mereka seperti pernah mengenal sebelumnya. Namun, dari pandangan mereka seperti ada sesuatu yang tertahankan entah apa. Namun, tak ada sepatah kata lagi yang mereka ucapkan selain perkenalan mereka. Rea yang mengakui mengapa ia tidak terkejut saat mengetahui Arya dan Joong Ahn bersaudara mengemukakan bahwa Arya pernah bercerita kalau Arya mempunyai saudara di Korea. Dan mungkin ini adalah Dia. Rea tak mengerti mengapa Ia mengatakan kebohongan tak berdasar ini. Apa ia ingin membalas Joong Ahn dengan penantian 10 tahunnya ini? Atau ia ingin membentuk suatu takdir yang berbeda.

"Mereka terlihat sangat serasi, Jenderal." ujar Arnindra pada Hyo Jin mengomentari kedekatan Joong Ahn dan Hae Rin. Rea mengamati mereka, kedekatan mereka hampir menyamai kedekatannya dengan Arya. Dan benar seperti apa yang dikatakan Ayahnya bahwa mereka berdua memang terlihat sangat dekat.

Rea hanya bisa tersenyum, mengembalikan takdir yang memang sudah digariskan. Rea—setelah mengetahui bagaimana keadaan Joong Ahn—mendesah lega dalam hatinya. Rea kini bisa berpikir tenang dan kini ia bisa hanya terfokus dengan kariernya.

***

Markas Angkatan Darat, Jakarta

Rea melihat kertas gambar rancangan baru gedung markas yang ia desain sendiri. Rea hanya merasa ada yang tidak pas dengan rancangannya itu. Seperti pikiran berputar-putar, kurang ini, kurang itu, kelebihan ini, tidak cocok seperti itu. Rea sepertinya ingin menjerit saja karena dirinya yang tidak karuan saat ini.

"Aaaarrrgghhhh"

Rea menjerit, Sersan Dhimas menghampirinya.

"Ada apa Kapten?" Tanya Sersan Dhimas padanya.

"Kau lihat ini? Apa yang salah dari gambar ini? Cepat bilang padaku!" Tukas Rea yang sudah sangat pusing sepertinya.

"Tak ada yang salah Kapten. Rancangan Kapten selalu bagus sejak dulu." Ujar Sersan Dhimas kalem.

"Lalu kenapa seperti banyak yang salah?" Rea mendengus kesal.

"Mungkin karena Kapten terlalu lelah, dan banyak pikiran. Istirahatlah kapten." Ujar Dhimas menenangkan.

Rea sepertinya mengerti kenapa dirinya seperti ini. Dia tak tenang. Rea, semenjak pertemuan itu, selalu terbayang bayang dan merasa gelisah. Dia selalu mengingat wajah Joong Ahn, yang dia lihat kini makin membuat pikirannya tak karuan. Ditambah seorang wanita yang terlihat sangat cantik dan intelektual berada disampingnya, dan terlebih lagi dialah putri sang Jenderal Korea Selatan.

"Apa yang kau pikirkan sih Rea?!" Rea merutuki dirinya dalam hati.

"Fokus Rea! Fokus!" Namun sepertinya hal itu tak mempengaruhinya.
Rea menyesal, jika tau seperti ini sekarang, dia tak perlu repot-repot memikirkan Joong Ahn dulu.

Dhimas bingung apa yang sedang dipikirkan kapten sekaligus temannya ini. Ada yang tidak beres, pikirnya. Ia tau jika Rea gusar seperti ini maka ada hal yang sedang dipikirkannya. Dan sepertinya Dhimas mengetahui hal itu.

"Joong Ahn." Ujar Dhimas dalam hati.

***

Haloooooo gaizzzzzzzz. Author comeback setelah sekian lama semedi salam goa. Hahaha.

Sebenernya draft bab ini udah lama bangeeeet ada di wattpad author, tapi dengan kesibukan author pada waktu itu, UN, dll. Setelah lulus author cari kerja dan kerja. Dan jeng-jeng sekarang author dah kuliah juga. Setelah bergonta ganti hp, akhirnya author inget juga kali author punya wattpad dah jrenggggg, inget lagi deh kalo masih punya utang cerita. Hehehe moga moga jangan lupa ya sama authorr.

Mianhae para pembaca sekalian.
Terima kasih masih mendukung tulisan author.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang