23

2.2K 366 28
                                    

Kyungsoo sedari tadi tak dapat menyembunyikan senyumannya. Terlalu banyak hal lucu yang dijumpainya. Buktinya, sekarang ia sedang tertawa karena melihat kehebohan baik dari pihak pengantin maupun tamu yang sedang melaksanakan upacara adat. Salah satunya saling menarik ayam.

“Siapa yang dapat bagian paling besar, maka konon katanya dia akan mendapatkan rezeki paling banyak selama berumah tangga,” jelas Mia sambil tertawa. Saat selesai ditarik, Sandi lah yang mendapatkan potongan paling banyak.

“Tak heran, dia akan menjadi kepala keluarga,” sahut Kyungsoo sambil bertepuk tangan. Lalu kedua pengantin saling menyuapi.

“Dan mereka tetap akan saling berbagi,” tambah Mia sambil menunjuk temannya itu. Kyungsoo mengangguk saja, menyenangkan. “Kyungsoo, sebentar lagi akan ada *saweran.”

“Apa itu?” tanyanya bingung. Sontak semua tamu berdiri termasuk Mia. Kyungsoo mengikut saja.

“Kalau yang kau tahu pengantin akan melempar bunga, di sini, orang-orang yang di depan akan melemparkan berbagai macam jenis benda,” jelas Mia sambil menyimpan tasnya.

Kyungsoo mengerutkan keningnya bingung. Kalau bukan bunga, apa yang akan dilemparkan?

Do lalu mendengar *sinden yang kata Mia, itu adalah orang yang memanjatkan do’a lewat nyanyian. Pengantin ditutupi oleh payung yang cukup besar.

Semua tamu berteriak, begitupun dengan Chanyeol dan Mira yang entah sejak kapan sudah berkolaborasi.

“Chanyeol mungkin akan bersatu dengan Mira dalam pertarungan ini,” cibir Mia.

"Bertarung?

SRETTT!!!!!!!!

Orang-orang yang ada di depan melemparkan apa yang ada dalam bungkusan di tangannya. Kyungsoo menutup kepalanya lumayan kaget. Sedangkan Mia malah tertawa sambil berusaha menangkap apa yang dilempar. Kyungsoo melihat ke bawahnya, tepat ke rumput hijau.

“Apa? Beras?” gumamnya. Ia lalu melihat lagi permen, uang koin, dan juga kunyit. Kyungsoo mengangkat wajahnya dan menatap Mia meminta penjelasan.

“Jangan sekarang, kau ambil saja uang dan permennya!” teriak Mia disela-sela kegiatannya. Kyungsoo mengangguk, mencoba untuk menangkap beberapa uang dan permen yang berjatuhan. Tanpa sadar, keduanya berkolaborasi sambil tertawa bersama.

Acara *saweran sudah selesai. Kyungsoo dan Mia terengah-engah. Lelah karena sedari tadi tak berhenti tertawa.

“Tidak sericuh yang aku bayangkan. Mungkin karena tempatnya terlalu formal ya haha,” ucap Mia terlihat senang.

Kyungsoo menyondorkan permen dan uang koin yang didapatnya pada Mia. “Aku hanya dapat ini …”

Mia melihatnya lalu tertawa sambil berkata, “Hahahaha, kau hanya mendapat Rp. 1.500 dan itu pun receh semua? Aku saja mendapat Rp. 7000.”

“Aku kan tidak tahu apa-apa,” sahut Kyungsoo cemberut. “Lagipula, kenapa kita hanya menangkap dua benda ini saja?”

“Memang kau mau membawa ke Korea beras dan kunyitnya?” tanya Mia masih tertawa sambil membuka satu permen dari genggaman Kyungsoo. “Ini semua punya arti loh.”

"Oh?"

“Beras itu artinya ketika mereka berumah tangga, mereka tidak akan kesusahan dalam makan. Mereka diharapkan bisa terus makan enak bahkan sampai satu piring berdua. Untuk uang, mereka diharapkan tidak kesusahan dalam mendapat rezeki,” jelas Mia tak menatap Kyungsoo karena masih fokus pada permennya.

“Lalu?”

“Untuk Kunyit, mereka diharapkan agar bisa selalu bersama sampai maut memisahkan. Artinya, mereka harus kekal dan kuat dalam berumah tangga apapun yang terjadi,” Mia tersenyum dan mulai menatap mata lawan bicaranya. “Sedangkan permen, mereka diharapkan untuk selalu mempunyai kehidupan yang membahagiakan. Harmonis, dan juga manis. Seperti permen ini …”

Mia menyerahkan permen yang sudah dibukanya ke tangan Kyungsoo, masih mempertahankan senyumnya. Setelah memberinya kode untuk memakan permen itu, Mia kembali fokus ke depan.

Sedangkan Kyungsoo masih setia memandang Mia. Dadanya perlahan berdebar lagi.

***

Semua tamu kini tengah makan. Mia akhirnya Kyungsoo beri kesempatan untuk diam. Penjelasan terakhirnya ialah mengenai makanan. Apa itu sate, mustofa, rujak dan lain sebagainya.

Di tengah-tengah acara makan, Kyungsoo lalu melihat ke arah panggung.

Hhh~ sudah berapa lama aku tak menyanyi?’  batinnya.

“Kau rindu menyanyi?” Seakan kata hatinya terdengar oleh Mia, Kyungsoo menoleh. “Aku bisa menyanyi menggantikanmu. Karena tak mungkin kau menyanyi sekarang.”

Kyungsoo mengerutkan keningnya tak mengerti. Selesai makan, Mia menarik Mira untuk naik ke atas panggung. Begitupun dengan Rin sang pengantin wanita yang ia paksa untuk menyanyi.

“Aku akan menyanyi untuk kedua temanku ini,” ucap Mia sambil tertawa. “Dan untuk seseorang yang sedari tadi terus bertanya meluapkan rasa penasarannya.”

  Tentu saja kalimat itu dimengerti oleh Kyungsoo karena Mia sempat menggunakan bahasa Korea.

Lalu konyolnya, mereka bertiga malah menyanyikan lagu dangdut. Chanyeol dan Kyungsoo tertawa saja. Mereka jelas tak buta pada genre musik ini, yang hanya ada di Indonesia itu.

Hari itu menjadi salah satu hari yang tak dapat dilupakan sepanjang hidup mereka.

***

Malam sudah menyapa. Keempat orang itu pulang ke rumah. Mia yang sudah berganti pakaian, kini tengah duduk di depan rumahnya. Tiba-tiba, Kyungsoo datang dan ikut duduk di sampingnya.

Hening.

“Menyenangkan?” tanya Mia memecah kebosanan dan Kyungsoo mengangguk. “Syukurlah.”

“Terima kasih, ini pengalaman baru bagiku,” sahut Kyungsoo. Mia mengangguk lalu menyeruput teh hangatnya. “Besok, aku harus sudah bersiap untuk pulang ...”

“Aku tahu, jawab Mia lalu menoleh ke arahnya. “Kau pasti akan sibuk lagi di Korea.”

“Hmm …”

Kemudian, hening kembali.

“Jangan terlalu lama di luar, dingin.” Kyungsoo lalu beranjak dari duduknya. Mia hanya mengangguk dan melihat kepergian lelaki itu. Setelahnya, mata gadis itu malah menangkap permen di tempat yang tadi Kyungsoo duduki. Ada sebuah tulisan di sana.

*Terima kasih sudah membuatku nyaman ...*

Deg … deg … degdeg … degdeg!!

Suara detak jantungnya makin cepat. Mia menelan air liurnya dengan gugup. Ia hanya mamasukkan permen itu ke dalam sakunya.

“Apa, sih? Dapat darimana coba sticky note ini?” tanyanya gagap. Ia menyeruput tehnya dan melihat kembali ke pintu rumah. “Hhh~ kok panas, ya?”

Dan wajah Mia memerah. Bahkan sampai telinga.

Our Story ... May I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang