Ketika waktu kau anggap tak pernah adil,
Memupuskan perlahan setiap kepingan harapan,
Di situlah dia membuktikan,
Sesuatu yang indah akan datang tepat waktu.
***
Gadis itu tertegun, menyesap sedikit coffee latte yang ada di hadapannya. Menyapukan pandangan ke sekeliling cafe tempatnya duduk. Tetap sama, tak ada yang berbeda. Kembali dia melirik arloji di pergelangan tangannya. Ah, waktu terasa sangat lambat saat itu.
Gadis itu tersenyum, mendapati sosok lelaki yang baru saja membuka pintu cafe, menghampirinya. Mata mereka bersitatap, singkat, memikat. Wajah gadis itu bersemu merah, malu, rindu, jadi satu.
Lelaki itu duduk di hadapan sang gadis. Menelisik setiap jengkal raut ayu yang tergambar, pipi tirus, bola mata hitam, alis mata yang sempurna, tanpa sapuan pensil alis.
Dia melihat semu merah di pipi gadis itu. Lelaki itu juga merasakan hal yang sama, bukan pipinya yang memerah, namun hatinya kian bergemuruh tak tahu komando. Berdebar, kian gencar.
Aroma parfum lelaki itu menguar ke penciuman sang gadis, black code, maskulin sekali. Rambutnya ditata rapi dengan pomade. Kaos putih yang dibalut dengan blazer warna krem itu membuat penampilannya sungguh memikat. Gadis itu tertawan dengan pesona yang dia tawarkan.
"Aku selalu menunggu waktu seperti ini," ujar lelaki bermata tajam itu, tetap menelisik jengkal demi jengkal wajah gadisnya.
"Kamu membuatku malu," balasnya singkat, dengan debaran hati yang tak terkendali.
Lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya, sebuah kotak kecil warna hitam. Membuka, kemudian menunjukkannya pada sang gadis.
Gadis itu ternganga, jantungnya makin berdebar, pipinya makin memerah, senyumnya ikut mengembang tanpa aba.
Apakah kali ini waktu akan berpihak padanya?
***
Ini karya pertama aku😄
Setelah terlalu nyaman dengan menulis cerpen yang hanya ngendap di laptop, akhirnya aku memberanikan diri menuliskan dan mempublish cerita ini.
Mohon maaf jika banyak typo, atau kata-kata yang kurang rapi.
Jangan lupa vote dan comment!!.
Semoga kalian suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Timeliness
Teen FictionKeputusan Faradiba Nadira untuk bergabung dengan ekstrakurikuler jurnalis SMA Angkasa, justru mengantarkannya pada cerita yang rumit. Berawal dari situ, Ferdinan, sang ketua ekskul justru menawan hatinya. Namun, tak disangka, Fara justru patah hati...
