(05) Efek Patah Hati

31 4 0
                                    

Siap jatuh cinta, berarti harus siap juga patah hati.
Cinta itu penuh resiko, jika tidak bisa disatukan harus rela jika dipisahkan.

***

Kenzo membuka matanya perlahan, mengerjap-ngerjap sejenak untuk memfokuskan pandangan. Seluruh badannya sakit semua, efek dari perkelahiannya semalam. Kenzo juga merasakan kepalanya disergap rasa pusing, sehingga memaksanya untuk tetap tinggal di tempat tidur.

Kenzo menarik selimutnya menutupi seluruh tubuh, membuatnya ingin memejamkan mata lagi. Pikirannya melayang ke peristiwa semalam, antara sadar dan tidak dia menghajar seorang pria yang tidak dia kenal di club malam, apalagi Gerald juga sedang show performance di sana.

Tiba-tiba timbul kemungkinan-kemungkinan yang menghantui otaknya. Mulai dari tersebarnya kabar perkelahiannya di club malam itu, sampai Gerlad menyebarkan berita tentang dirinya yang mabuk karena terpengaruh minuman haram itu.

Dia meraih ponsel di meja, mengetikkan beberapa kata kemudian menekan send.
"Jer, gue hari ini nggak masuk. Tolong gue nitip izin, bilangin sakit," tulis Kenzo.

Beberapa detik kemudian muncul pesan balasan, "Beres, semua aman sama gue," balasnya.

"Gimana keadaann lo Ken?" pesan menanyakan kabar masih dari Jerry.

"Udah mendingan, tapi kepala gue masih pening banget," itulah pesan yang dikirim Kenzo sebelum dia tertidur lagi.

Kenzo kembali mengerjap, mengumpulkan kesadaran dan bersandar di tempat tidur. Dia mendesah, menghembuskan nafas panjangnya. Jam dinding besar di kamarnya menunjukkan pukul 09.30.

Dengan langkah malas dia mengambil handuk di gantungan, kemudian masuk kamar mandi dan membersihkan diri.

Air dingin dari shower menerpa tubuhnya, sensasi dingin yang ditimbulkan membuat pikiran Kenzo sedikit tenang. Dia menikmati guyuran air itu dengan mata terpejam.

Dengan handuk masih melilit di pinggang, Kenzo melihat bayangannya sendiri di depan cermin. Di wajahnya nampak memar pada bagian ujung bibir kiri dan pelipis, efek perseteruan kemarin masih bersisa.

Sorot mata tajam, alis tebal yang hitam, hidung yang sedang tidak terlalu bangir juga tidak terlampau pesek. Setiap cewek pasti mengidamkan cowok seperti itu, ditambah dengan suara yang sangat memikat serta kepiawaiannya bermain gitar.
Itu semua ada pada Kenzo, vokalis Andromeda.

Satu hal yang tak diketahui orang, dia tidak mudah jatuh cinta.

Seusai berpakaian rapi, Kenzo turun ke lantai bawah menuju dapur. Aroma masakan mencuat ke penciumannya membangkitkan air liur dalam mulut Kenzo.

"Den Kenzo sudah bangun?" tukas Bi Kasih dengan raut menelisik.

Kenzo terkekeh, "Bibi nih lucu, kalau belum bangun aku nggak mungkin disini,"  terangnya dengan cengiran.

Bi Kasih mengamati wajah Kenzo dengan seksama, dia nampak kuatir "Wajah den Kenzo memar, mau bibi kompres pakai es batu?" tanya bi Kasih kemudian.

"Biasalah bi anak cowok," jawab Kenzo enteng, seolah baik-baik saja.

"Bibi cemas banget waktu tadi malam den Kenzo dipapah den Jerry masuk kamar. Bibi takut terjadi apa-apa," terang Bi Kasih, dia mendesah kemudian melanjutkan ceritanya, "Den Kenzo ngigau manggil-manggil nama Dera,"

Kalimat terakhir yang dikatakan Bi Kasih serasa menelusup paksa ke dalam hati Kenzo, bahkan sampai ulu hatinya. Perutnya melilit, hatinya ngilu luar biasa. Itu tentang masa lalu yang belum seutuhnya terabaikan yang tanpa sengaja dikulik oleh Bi Kasih.

TimelinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang