(10) Intuisi Bahagia

22 2 0
                                    

Dua hal yang selalu beriringan adalah kebahagiaan dan kesedihan.
Harusnya semua manusia mengerti jika dua elemen itu akan tetap bersisian satu sama lain.

***

Kenzo memacu mobilnya dengan riang. Dia tak sabaran untuk segera sampai di suatu tempat yang sangat ingin dia tuju. Mobilnya terparkir rapi di sebuah pusat perbelanjaan IT di kota Surabaya. Ditangannya tertenteng sebuah kamera warna hitam. Kenzo naik eskalator untuk menuju lantai dua, dimana tempat yang dia tuju terletak disana.

Kenzo menyusuri lorong lantai dua, toko elektronik berjejeran di kanan dan kiri. Para pembeli tinggal memilih akan membeli barang di toko mana.

Langkahnya berhenti tepat di sebuah toko bertuliskan Potret Camera, toko itu melayani jual beli dan service kamera.
Kenzo tersenyum mendapati pemilik toko itu sedang santai membaca koran. Kenzo bergegas ke arahnya dan menyapa sopan pemilik toko itu.

"Serius banget om bacanya," seru Kenzo.

Pemilik toko yang tadinya serius membaca koran, mengalihkan pandangannya ke asal suara. Wajahnya berseri mendapati siapa orang yang memanggilnya.

"Eh, Kenzo, apa kabar kamu?" tanya pemilik toko sembari menepuk pundak Kenzo yang duduk di depannya.

"Om bisa lihat kan, sehat sentosa gini," terang Kenzo, menunjuk ke arahnya sendiri.

"Kemarin om habis nengok mama kamu, katanya beberapa hari yang lalu kamu menginap disana," jelas Satria.

Kenzo tertegun, "Iya om, kasihan nggak ada yang ngerawat mama ketika sakit,"

Satria seksama mendengarkan Kenzo, dia tahu betul perasaan keponakannya itu. Kenzo akan sangat protektif saat mengetahui jika mamanya tengah terbaring sakit.

"Tapi saat kemarin om kesana, keadaan mamamu sudah membaik Ken," jelas Satria.

Ada sedikit raut tenang di wajah Kenzo ketika mendengar kabar dari Satria. Kenzo terpaksa hanya menginap sehari di rumah mamanya. Sebenarnya dia ingin merawat mamanya sampai benar-benar sembuh, namun mamanya membujuk Kenzo untuk pulang keesokan harinya. Dengan berat hati dia menuruti permintaan mamanya itu.

"Aku butuh bantuan om mengenai ini," jelas Kenzo sembari menyodorkan kamera yang sedari tadi dia pegang.

Satria mengambil kamera dari tangan Kenzo, menelitinya dengan raut serius. Kerusakannya cukup parah, lensanya pecah, dan ada sedikit tergores di beberapa bagian.

"Ini harus ganti lensa dan sedikit perbaikan Ken," jelas Satria, meneliti kamera di hadapannya.

Kenzo menghembuskan nafas berat, "Tapi masih bisa diperbaiki kan om? nggak rusak total?" selidik Kenzo.

Satria nampak mengutak-atik kamera itu, rautnya serius, matanya tak luput dari bagian-bagian kamera di hadapannya.

"Kelihatannya masih bisa Ken, coba nanti om cek," terang Satria.

Kenzo menunjukkan raut lega, "Berapapun biayanya akan aku bayar om, asal kamera ini balik lagi seperti semula," pinta Kenzo.

Satria menatap Kenzo heran, cowok belasan tahun di hadapannya sangat mengharapkan bantuan darinya. Dia jarang melihat ponakannya itu memasang raut serius selain menyangkut urusan mamanya.

TimelinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang