Bagian 4 : Miss him

295 23 2
                                    

Matahari menyambut baik hari Cia. Membuatnya mengernyit saat cahayanya masuk menjejal di sela-sela gorden yang menutupi jendelanya.

"Selamat pagi tukang tidur."

Secara mendadak Cia membuka matanya dan mendapati Raya sudah berpangku tangan di tepi ranjangnya.

"Aaaaaaaaaaaaaa!!" Teriak Cia nyaring. Ia terduduk dan melempar apa saja yang ada di kasurnya. Bantal, guling, boneka, dan lain-lain. "Ngapain lo di sini?!"

"Wow, wow." Raya berkelit beberapa kali untuk menghindari 'timpukan' barang yang melayang ke arahnya. Dan semua itu baru berakhir saat Cia kehabisan barang yang akan dilemparnya.

"Nggak usah pake ngelempar, kali! Emangnya gue hantu apa!" Cetus Raya tak terima.

"MEMANG LO HANTU!"

Raya terkekeh. "Oh iya lupa!"

Baru saja Cia hendak melempar jam wakernya yang sempat ia gapai, dengan gerakan cepat Raya naik ke kasur dan menahan tangan Cia. "Gue emang hantu. Tapi kalau ditimpuk sama benda keras, gue juga bisa bonyok kali!"

Raya menurunkan tangan Cia dan mengambil wakernya. "Liat." Raya mengetuk permukaan waker tersebut hingga menimbulkan bunyi. "Kalau kena kepala gue, bakal ada bola pingpong!"

"Habisnya lo tiba-tiba ada di kamar gue sih! Ya gue kaget lah!" Kesal Cia. Ia mendorong tubuh Raya sedikit lalu kembali bersembunyi di bawah selimut. "Gue kan masih ngantuk!"

Raya menggelengkan kepalanya dan kembali menyingkap selimut Cia. "Bangun! Lo ada jam kuliah pagi, Cia!"

Cia mengerang dan mencoba untuk mempertahankan selimutnya. "Gue masih ngantuuuuuuk, Raya!" Ia terus menarik dan Raya pun juga menarik. Dan tak lama kemudian, keduanya justru jatuh dari kasur secara bersamaan. Beruntung dengan gerak cepat Raya bisa berdiri sebelum jatuh ke lantai. Berbeda hal nya dengan Raya, Cia justru mulus jatuh ke lantai dengan pantat yang mendarat duluan. Bahkan selimut yang ia tarik pun ikut terjatuh dan menyelubungi tubuhnya.

"Auwwwww!" Cia berteriak nyaring dari balik selimut. Rasanya pasti mantap!

Raya yang melihat itu tidak kuasa menahan tawanya, dan jadilah ia kini tertawa sambil terbahak.

"RAYA!" Seru Cia kesal. Ia memusuti pantatnya yang dapat ciuman pagi dari lantai.

"Lo jahat banget, sih!"

Disisa-sisa tawanya, Raya menghampiri Cia. "Sorry, sorry. Gue kelepasan. Habisnya lo kocak abis sih!" Ia menjulurkan tangannya untuk membantu Cia dan disambut baik oleh Cia. Namun saat Cia mencoba berdiri, kakinya masih terlilit selimut. Alhasil, tubuhnya terguyung ke samping ikut menarik serta Raya yang tidak siap dengan perubahan situasi ini. Keduanya hampir jatuh ke lantai jika saja Raya tidak menahan punggung Cia.

Gorden kamar yang belum dibuka membuat ruang kamar Cia menjadi temaram. Ditambah dengan suara kicau burung dipagi hari yang membuat keadaan menjadi indah.

Masih dalam posisi yang sama, Raya menundukkan kepalanya ke arah wajah Cia. Tangan yang ia gunakan untuk menggenggam tangan Cia pun sudah berpindah ke dagu Cia.

Cia merasa ada yang bergemuruh dalam dadanya saat Raya memajukan kepalanya. Ia menatap kedua manik mata Raya yang semakin lama semakin mendekat. Dan detik berikutnya, ia merasa ada sesuatu yang lembab mengenai bibirnya. Tidak terlalu lama memang, namun sensasi yang ia dapatkan sangat berbeda. That is... Her first kiss!

Ketika sesuatu itu menjauh, ia mulai tersadar bahwa tadi dirinya sedang terpejam. Dan kini pipinya terasa Panas!

Raya membantu Cia berdiri sepenuhnya. Dan dalam ruangan yang suhunya tiba-tiba mendingin itu terjadi sebuah keheningan yang menyiksa.

PENUNGGU BIOSKOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang