Bagian 3 : Good night, Raya!

373 25 2
                                    

Di tengah keramaian lobby menunggu film dimulai, Cia terdiam menerawang. Ia mengaduk Coffe Cream Chocolatenya tidak jelas. Sejak di kampus tadi ia terus memikirkan mimpinya tadi pagi.

Ternyata saat Mama izin pamit dengannya, itu bukanlah sebuah mimpi. Mama benar-benar pergi ke luar kota. Tapi... Tentang cowok yang menakutinya itu hanyalah mimpi!

Dirka Araya Anggara. Nama itu juga selalu berkelebat di pikirannya. Nama itu adalah nama cowok yang ia temui di sampingnya saat menonton bioskop kemarin. Dan juga cowok yang membantu membenarkan ban mobil serta membawanya ke apartement cowok itu.

Siapa cowok itu sebenarnya?

"Mohon perhatian, pintu studio 1 telah dibuka. Bagi anda yang sudah memiliki tiket, harap segera masuk ke studio."

Suara pemberitahuan mengaung keras di lobby. Cia yang memang sudah membeli tiket hanya untuk dirinya sendiri pun akhirnya beranjak.

Kursi yang sama, dan tempat yang sama. Cia duduk di kursi favoritnya. Selama menunggu film dimulai, Cia masih terus memikirkan apa yang terjadi pada dirinya tadi pagi sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa film sudah dimulai dan dengan cepatnya berakhir.

Untuk pertama kalinya Cia tidak fokus pada film di saat film yang diputar adalah genre film kesukaannya. Action.

Perlahan studio pun mulai sepi, dan seperti biasa, ia menjadi orang terakhir yang keluar dari sudio itu.

"Cia."

Cia mematung tepat saat ia menuruni tangga terakhir. Ia mendengar suara berat dari kursi penonton di atas sana. Padahal ia tadi benar-benar yakin bahwa semua seat sudah kosong. Dengan keberanian yang tersisa, Cia menolehkan kepalanya dan... Di sana! Di tempatnya tadi duduk sudah ada seorang lelaki yang ia kenal. Dirka Araya Anggara. Raya!

Cia menelan ludah.

Gimana bisa tu cowok ada di sana? Kan tadi udah kosong?! Seru Cia syok dalam hati.

Cia melihat Raya tertawa nyaring yang menghasilkan gema di studio itu dan membuat Cia bergidik. Seolah tahu apa seruan yang Cia ucapkan dalam hati, Raya membalas. " Lo aja yang terlalu yakin kalau semua seat udah kosong. Buktinya...," Raya merentangkan kedua tangannya. "Gue aja masih di sini."

Cia ingin membuka suara tapi rasanya ada sesuatu yang mengunci pita suaranya agar tak berbunyi. Dan yang membuatnya ketakutan adalah, seketika seluruh tubuhnya tidak dapat bergerak. Sama seperti mimpinya!

Cia terus mencoba untuk melepaskan dari apa yang terjadi pada dirinya tapi semuanya percuma. Tidak membuahkan hasil.

Dari ekor mata, Cia dapat melihat Raya menyeringai. Dan detik itu juga saat Raya menjentikkan jarinya, sosok cowok itu langsung berdiri di hadapannya!

Meski terkejut setengah mati, Cia tetap tidak bergerak karena memang ia tidak bisa bergerak.

Raya tersenyum aneh dan dengan tangan kanannya ia menutup kedua mata Cia yang langsung dituruti gadis itu tanpa perlawanan.

* * * *

Raya menjauhkan tangannya dari wajah Cia. Kini mata gadis itu sudah terbuka lagi, namun tatapan gadis itu tidak terlihat memberontak seperti tadi. Tatapannya melembut seolah-olah ada kekuatan yang mempengaruhinya agar tidak merasa terancam.

Raya kembali tersenyum, ia menggandeng tangan Cia dan membawanya keluar bak sepasang kekasih yang bahagia. Dan Cia menurut!

Cowok berperawakan tinggi itu menuntun Cia ke sebuah caffetaria dan mendudukkannya di kursi yang berada di pojokan lalu ia pun duduk dii depannya.

PENUNGGU BIOSKOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang