Umurnya 26 tahun, setidaknya begitulah yang tercetak pada tanda pengenalnya. Umurnya yang sudah melewati seperempat abad, tidak semena-mena membuat pria itu dewasa dengan pikirannya. Hal simple yang di lakukan orang biasa pada umumnya, seperti; melewati passenger halter, terminal, atau menghafal rute jalan. Tak dapat di lakukannya. Otaknya benar-benar di dedukasikan untuk pemecahan kasus atau kejadian yang membutuhkan pemikiran luas.
Ranpo cukup bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Tidak pernah terpikir olehnya hal selain manisan, kasus dan manisan. Kehidupannya berjalan dengan mulus, sebelum partner kerjanya. Yasano, menanyakan perihal cinta kepada Ranpo.
Sungguh, tak pernah terpikir dalam 26 tahun kehidupannya masalah seperti itu. Ranpo awalnya cuek, jika saja Yosano tidak bertanya 'bagaimana pandangan Ranpo terhadap seorang perempuan.'
Setelah itu, Ranpo tidak dapat menghentikan otaknya untuk tidak mengomentari perempuan yang dilihatnya.
Di mulai dari anggota agensi. Pendapatnya Ranpo terhadap Naomi adalah sarkas, Yosano yandere yang tersembunyi dan [Name]. Ranpo tidak dapat berkomentar apa-apa untuk gadis yang satu ini. Dirinya tidak terlalu dekat, hanya beberapa kali berbicara itupun karena sang gadis yang memulai.
Bukan karena tidak ingin saling mengenal, hanya saja gadis itu adalah anggota baru dalam agensi. Membuat dirinya hanya sebatas saling kenal nama dengan si detektif.
Tapi, perkataan partnernya cukup membuat Ranpo sedikit sakit kepala, dan tanpa sadar mulai memerhatikan orang di sekelilingnya. Terutama [Name].
Ranpo sebenarnya tidak ingin ambil pusing, tapi perkataan Yosano terus berterbangan dalam benaknya.
'Bagaimana jika kau pergi meninggalkan dunia, tanpa meninggalkan anak yang akan mewarisi dedukasimu. Lagi pula Ranpo, kau adalah yang tertua disini, sudah umurnya untuk kau berkeluarga.' Ranpo hanya akan menganggapnya angin lalu jika saja Yosano tidak mengucapkan kata 'mewarisi dedukasi.'
Terima kasih pada Yosano--yang sudah memahami seluk beluk Ranpo--dan menjelaskan teori cinta padanya.
Perlahan, Ranpo jadi stress sendiri. Jika membeli tiket kereta saja terlalu sulit untuknya, bagaimana ia bisa memahami cinta. Pemahaman yang akan mudah di mengerti oleh makhluk lain terkecuali Ranpo sendiri.
Apa itu? Bagaimana perasaannya? Ranpo sama sekali tidak mengerti. Dan tidak ingin tahu.
Memikirkan semua itu, membuatnya sontak gugup jika berhadapan dengan seorang gadis--coret nama Yosano dan Naomi dari daftar gadis Ranpo, mengingat betapa aneh serta sadisnya mereka. Jika di lihat dari daftar kenalan perempuan terdekat Ranpo saat ini. Hanya bersisa [Name].
Cukup untuk Ranpo akui jika gadis itu lumayan manis,perawakannya juga bisa di bilang baik jika di lihat dari bibirnya yang selalu terangkat kemana pun ia pergi. Sifatnya yang ringan tangan juga menjadi nilai plus di mata Ranpo. Kekurangannya hanya satu, ia hanya menjawab singkat pertanyaan Ranpo.
Mari kita masukan point tersebut kedalam sisi negative karena dirinya yang selalu menjawab dengan panjang lebar, akan berubah menjadi singkat jika Ranpo yang bertanya.
Ranpo kembali merebahkan tubuhnya, kakinya kembali ia naikkan ke atas meja dan menikmati hembusan AC yang tepat berada di atasnya.
Ranpo sungguh pusing, amat pusing. Baginya ini sama sekali tidak keren. Tidak seperti detektif hebat yang terkenal.
Mungkin angka 26 yang tertera pada kolum umurnya hanya menjadi hiasan, karena faktanya Ranpo baru saja mengalami siklus keremajaan yang di sebut 'galau'.
Braak
Ranpo tersontak bangun, alisnya yang baru saja bertaut kesal kembali kendur begitu melihat empu yang mendobrak pintu.
'Itu orangnya' batin Ranpo. Orang yang telah menganggu pikirannya 2 hari belakangan ini.
Gadis itu datang dengan wajah memerah, rautnya nampak panik dan kakinya tidak bisa berhenti memutar-mutar pada ruang agensi.
Melewati depan meja Ranpo, tangan gadis itu merampas botol kaca Ranpo dan meneguk airnya sampai habis.
Ranpo hanya terdiam, temperamen tingginya seolah di hantam dengan palu agar tidak naik. Ia ingin kesal tidak bisa, ingin marah apalagi. Senang juga tidak. Alhasil Ranpo hanya berdiam dan melihat gadis di depannya menyeka sudut bibir yang sedikit meneteskan air.
"Terima kasih Ranpo-san, dan maaf aku meminum-minumanmu tanpa izin. Sungguh tadi aku terlalu kepedasan sehingga tanpa pikir dua kali mengambil minumanmu," katanya.
Ranpo mengangguk mengerti dan mengambil kembali botolnya.
"Se-sebagai permintaan maaf, aku akan meberimu beberapa manisan."
Kata-kata itu seperti sihir bagi Ranpo. Matanya yang selalu terpejam perlahan terbuka, menampikkan manik hijau zamrud yang jarang di perlihatkannya.
"Hahaha, tentu saja kau harus memberiku manisan, beri aku manisan yang banyak," kata Ranpo.
[Name] segera pergi dengan berlari kecil, tak lama ia kembali membawa kantung kertas cokelat penuh manisan bersamanya.
Di serahkan kantung cokelat tersebut dan di terima dengan senang hati oleh si detektif.
Wajah [Name] sedikit tertunduk, menutupi rona merah pada wajahnya yang sangat terlihat di kulit putihnya.
Mungkin ini terdengar aneh, tapi siapa yang tau? tidak ada yang bisa memaksakan perasaan. Terlebih perasaan gadis yang kini berdiri di hadapan pujaan hati.
Anggap saja mereka berdua bodoh, karena faktanya seluruh anggota agensi tau perasaan kedua insan yang kini saling berhadapan.
Jika yang satu terlalu pemalu, maka yang satu lagi terlalu bodoh untuk menyadari arti cinta.
"R-ranpo san, apa kau kurang enak badan? Ku lihat beberapa hari ini kau banyak pikiran," [Name] memberanikan diri bertanya.
"Hie... Ranpo sedang berpikir apa itu cinta [Name]-chan," bukan Ranpo yang menjawab, melainkan suara wanita yang tak lain dam tak bukan adalah Yosano. Dalang dari kegalauan Ranpo.
"Aku tidak memikirkannya!" Ranpo mengelak. Jika bukan karena sifat bocahnya, mungkin pria itu akan diam dengan semburat merah pada wajahnya.
Spontan saja [Name] tertawa, sifat kekanak-kanakan Ranpo membuatnya terlihat lucu, dan karena alasan itulah [Name] jatuh cinta pada Ranpo. Ops.
Mungkin Ranpo tidak sadar, alasan di balik dirinya tidak senang dengan jawaban singkat yang di berikan [Name]. Karena dengan jawaban singkat akan membuat percakapan mereka berdua cepat berakhir dan tak ada alasan lagi bagi [Name] untuk tetap berbicara dengan Ranpo.
Tapi sebuah debaran, melebihi kecepatan pukulan beduq kala buka puasa sudah Ranpo rasakan saat melihat [Name] tertawa kecil melihatnya.
Mungkin tidak sekarang, tapi nanti. Agar Ranpo mengetahui arti debaran yang saat ini ia rasakan.
Anggap saja, bagaimana cara Ranpo jatuh cinta menjadi rahasia kecil dalam catatan tuhan khusus untuk Ranpo.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Entre nous ; Bungou Stray Dogs
Fanfiction- Uncertain update Ini adalah cerita yang terjadi antara kita. Tentang Aku, kamu dan Dia. * Bungou Stray Dogs oneshoot! collection. BSD (c) Asagira Kaf(u)ka and Harukawa Sango.