Book - Ranpo x reader

1.7K 191 18
                                    

Child! Ranpo x Child! Reader

***

Di bawah tumpukan buku, aku menemukanmu.


.
.
.

Dalam keadaan mengendap-ngendap, kamu jalan berjinjit, mengintip sana-sini melihat keadaan sepi. Kaki kecilmu melangkah pelan, seperti ninja, berharap tidak meninggalkan suara yang dapat membangunkan semua orang.

Seulas senyum mengembang pada wajah chubby-mu. Kaki kecil berhenti melangkah di sebuah pintu besar, bertuliskan perpustakaan.

Dengan perlahan, tangan meraih kenop pintu, memutarnya sepelan mungkin. Deritan pintu terdengar pelan saat kamu berusaha mendorongnya.

Segera melangkah masuk, kamu lantas menutup pintu dan tertawa jahat. Berbangga diri dengan apa yang baru saja kau perbuat. Mengendap-ngendap pada tengah malam, melanggar peraturan asrama yang mengharuskan penghuni tidur pada pukul delapan.

Kamu menarik nafas dalam, meresapi aroma-aroma buku entah itu tua atau baru, kamu suka semuanya. Bagimu, tempat ini adalah surga dunia.

Entah apa alasaanya, kamu suka buku. Beberapa kali kamu meminta pada pengasuh asrama, berharap kamarmu di pindahkan kesini, naas tidak di kabulkan.

Kamu yang senang, segera berlari kecil mengitari rak-rak perpustakaan. Mengambik beberapa buku dengan senang, duduk di salah satu bangku terdekat dan mulai membaca.

Keadaan tentu sangat sepi, kaca besar menjulang tinggi membawa cahaya bulan masuk melalui sela-sela. Angin malam bergerak pelan dan lembut meniup pohon rindang serta sedikit mengugurkan daun yang mulai rapuh.

Sayup-sayup, kamu mendengar suara plastik bergesekan. Jika saja itu benar-benar gesekan alami, kamu tidak akan semerinding ini.

Kraus

Fokusmu mulai teralihkan, bulu kuduk mulai menegang. Kamu terdiam, menajamkan indera pendengaran, berharap yang kau dengar hanya halusinasi saja, namun semua terdengar semakin jelas.

Kamu ingin berteriak, namun tertahan. Berdiri turun dari bangku, dengan modal nekat seorang bocah yang penasaran kamu berjalan mencari asal suara.

"Siapa itu?" suaramu menggema di perpustakaan yang besar ini, namun tak ada jawaban. Kamu kembali jalan perlahan, meniti setiap sudut perpustakaan.

Netra memicing tajam, memerhatikan sebuah pintu yang selalu tertutup, kini sedikit terbuka. Memperlihatkan celah dengan sinar yang menerangi.

Kamu ragu, untuk maju atau tidak, tapi penasaran juga. Akhirnya, dengan langkah yang lebih pelan dari tadi, kamu bergerak mendekat. Suara yang kamu dengarpun semakin jelas.

"Siapa disana?" katamu lagi, namun lebih lantang dan tegas.

Sesaat setelah kamu mengucapkan itu, terdengar hantaman benda, seperti sesuatu yang berat terjatuh. Memberanikan diri membuka pintu, Cahaya terang menyapa mata, membuatmu harus menyipitkan mata untuk menerima cahaya yang terang itu.

Tempat ini pertama kali kau lihat semasa hidupmu di asrama. Buku dimana-mana. Sama sekali tidak ada benda lain selain buku. Sepanjang mata memandang hanya tumpukkan buku yang terlihat.

Seperti surga buku di matamu. Melangkahkan diri, melewati buku-buku,  manikmu terus mengitari ruangan yang cukup luas tersebut.

Visimu yang tadinya ingin mencari asal suara aneh seketika lenyap. Toh, suara tersebut sudah tidak muncul setelah suara hantaman tadi.

Kamu pun berjalan dan terus berjalan, mengitari sudut ke sudut ruangan tersebut. Senyum hampir saja kembali menghias di wajahmu, sampai kakimu merasakan gaya gravitasi tarik ke bawah.

Menutup mulut kuat, kamu seberusaha mungkin untuk tidak berteriak. Sebuah tangan pucat muncul di bawah tumpukkan buku, memegangi kakimu. Menarik kakimu.

Dengan kuat, kamu berusaha menarik kaki sedikit menggoyangkannya berharap tangan itu terlepas.

"Siapapun tolong lepaskan," gumammu merinding, air hangat menyapa mata, sedikit darinya terbendung di sudut hampir tumpah.

"Hei, jangan takut," suara anak laki-laki terdengar.

Buku di bawah kakimu bergerak, tidak lama setelahnya sebuah kepala menyembul keluar.

"Gyaaa...!!" teriakan melolos keluar dari bibir kecilmu.

"Stt... Suaramu cempreng sekali, apa kamu penghuni asrama juga?" tanya bocah laki-laki itu. Kamu mengangguk dengan tangan menutup mulut.

"Kenapa kau bisa berada disana, aku jadi takut!" bentakmu,pada bocah laki-laki yang kini berusaha bangun dari buku yang menimpanya.

"Ini salahmu karena tadi menganggetkanku," bocah laki-laki itu merapihkan bajunya yang kusut.

"Namamu?" tanyanya.

"[Name]," jawabmu.

"Kenapa kau bisa kesini?" matanya yang menurutmu terpejam terbuka, menampikkan manik hijau berkilau meski enggan untuk kamu akui.

"Aku sedang mengendap untuk membaca buku, lalu kamu kenapa ada disini?" kamu balik bertanya.

"Aku tinggal disini."

"Benarkah? Enak sekali! Aku juga mau tinggal disini," katamu.

"Sana pergilah, kau hanya boleh kesini jika bawa makanan. Sho~ sho~" tangannya tergerak, mengisyaratkan kamu untuk angkat kaki.

"Tapi, aku masih mau baca disini," rengekmu.

Bocah itu kembali mendudukan dirinya, mengambil makanan ringan serta selimut yang tadi tertiban buku dan mulai membaca.

"Pergilah."

Kamu mengembungkan pipi kesal. Dengan cepat, kamu ikut duduk di sebelahnya, menarik selimut yang ia kenakan untuk menutupi dirimu juga.

"Oi, sudah kubilang untuk pergi kan," tangannya berusaha mendorong wajahmu menjauh.

"Kubilang kan tidak mau!"

Kalian berdua sama-sama keras kepala, sama-sana tidak ada yang mau mengalah. Perdebatan terus terjadi, sampai bocah laki-laki itu menyerah, ia kelelahan.

"Terserah saja padamu," ucapnya.

Ia memilih angkat tangan, lelah juga berdebat dengan dirimu. Kalian sama-sana keras kepala. Tapi tentu saja bocah ini sedikit memiliki rasa malas untuk berdebat.

Kamu tersenyum senang dan semakin bergerak menempel padanya. Manikmu ikut melirik pada buku dan mulai membaca buku yang cukup terbilang tebal.

"Oh iya ngomong-ngomong, siapa namamu?"

"Edogawa Ranpo. Ingat itu."

'Karena nanti kau akan mencari namaku untuk bantuan kehebatan dedukasi milikku'

***

Entre nous ; Bungou Stray  DogsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang