A Call

305 55 0
                                    

"Aku tidak mau putus denganmu."

Sungjae mengacak rambutnya. Ya, kalian tidak salah baca. Sungjong adalah (mantan) kekasih Sungjae. Ketika Sungjae mengatakan akan putus dengannya, pria berambut blonde itu terus mengejar Sungjae dan memaksa Sungjae agar mengubah keputusannya.

Sungjonglah yang membuat Sungjae selalu waspada seperti dikejar seorang penguntit tadi.
Sungjae duduk sofa tak jauh dari Sungjong. Sebisa mungkin ia ingin menciptakan jarak dengan Sungjong.

"Dengar, Sungjong. Aku-"

"Aku tidak mendengar apapun, aku tidak mendengar apapun!" Sungjong berseru sambil menepuk-nepuk telinganya dengan kedua tangannya, memotong perkataan Sungjae begitu saja. Ia selalu keras kepala dan semaunya sendiri, hal ini membuat Sungjae kesal.

Sungjae menghela napas kasar dan menghampiri Sungjong kemudian menahan lengannya, mencegahnya untuk menutup kedua telinganya agar Sungjong bisa mendengar perkataannya. Ia  menatap Sungjong dingin,  "Sejak awal aku sudah bilang, aku tidak akan menjalin hubungan denganmu kalau saja aku tidak melakukan tindakan bodoh itu."

Sungjong tersentak, sejak dulu ia tahu Sungjae selalu bersikap dingin padanya. Tapi ini adalah tindakan Sungjae yang paling melukai perasaannya, pemuda itu menahan air mata yang hampir keluar dari matanya. "Tapi, aku menci-" Sungjae melepaskan pegangan tangannya pada lengan Sungjong, ia menggeleng tegas. "Kita berdua harus memperbaiki diri. Ini tidak benar. Kita seharusnya berpasangan dengan pasangan yang tepat, seorang wanita," Sungjae sengaja menekankan kata-kata terakhirnya agar Sungjong mengerti.

Sungjong bangkit berdiri. "Baiklah." Kemudian ia pergi tanpa sepatah katapun lagi. Tapi Sungjae belum tenang, justru karena sikap Sungjong yang mendadak jadi penurut itulah membuatnya semakin curiga.

Sungjae mengangkat bahu, memutuskan untuk tidak memedulikan mantan nya itu. Ia menekan sederet nomor di ponselnya, setelah tiga kali nada sambung, orang itu mengangkat teleponnya.

"Aku sudah menjalankannya sesuai dengan waktu yang kau minta. Tiga bulan. Sekarang aku sudah memutuskannya."

Orang di seberang telepon terkekeh pelan. “Bagaimana? Menyenangkan bukan?”

Tanpa basa-basi lagi Sungjae langsung mematikan sambungan, dan terkejut karena ponselnya terus berbunyi. Sungjong mengiriminya pesan di semua kontaknya, Line, Kakaotalk, SMS. Isi pesannya sama :

‘Aku tidak mau putus denganmu T.T Jangan putus ya ya ya? Aku mohon~ T^T’

Sungjae menghapus sms dengan gaya ketikan kekanakan itu, kemudian ia memijat pelipisnya karena merasa kepalanya sangat sakit. Sambil menuju kamar tidurnya, ia memblok semua kontak Sungjong termasuk nomornya. Ia juga mengganti password rumahnya agar Sungjong tidak bisa seenaknya masuk seperti tadi.

“Aku tidak akan mau berurusan dengan pria gila ini.” Sungjae berkata kesal sambil melemparkan ponselnya ke dalam kasur. Kemudian ia pergi ke kamar mandi untuk sedikit menyegarkan pikirannya.

"Wuah! Inhi makhanan phaling lezhat sejhagahat haya!” Suzy berkata dengan mulut penuh. Menurut Suzy, makan ramen setelah olahraga adalah yang terbaik, jadi mereka memutuskan untuk makan di kedai ramen tak jauh dari taman kota.

Youngjae berkata dengan datar. "Telan dulu makananmu, baru bicara. Aku tidak ingin kau memuncratkan isi mulutmu dan mengotori bajuku."
Hani tertawa melihat kalimat sarkastik Youngjae dan Suzy yang menatap malas Youngjae, seolah-olah ia tak peduli dengan ucapan sahabatnya itu.

Jika mengingat perkataan Youngjae di taman lalu membandingkannya dengan perkataannya sekarang, Hani tidak percaya bahwa itu semua dikatakan oleh orang yang sama.
Sedetik kemudian tawa Hani berhenti, ia mendadak teringat sesuatu lalu memandang Suzy yang tengah menyeruput kuah ramennya dan Youngjae yang sedang meminum airnya. "Hei, aku rasa aku pernah melihat pria aneh taman kota tadi, di sekolah."

It's CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang