" Bisa kita bicara sebentar? Aku sedang menuju tempat kerjamu. " Suara Myungsoo terdengar sedih. Namun kesedihan dalam nada bicara Myungsoo membuat Youngjae muak.
" ‘Bisa kita bicara sebentar?’ Apa kau masih punya muka untuk bertemu dengan Suzy setelah kau mengkhianatinya? Enyahlah dari kehidupan Suzy. " Youngjae mematikan telepon dan ekspresi kesalnya melunak begitu melihat Suzy yang tengah mengamatinya. Suzy ingat dengan ponselnya, dan hendak ke kasir untuk mengambilnya. Namun ia terpaku begitu mendengar Youngjae sedang bicara dengan seseorang menggunakan ponselnya. Dari rahang Youngjae yang mengeras menahan amarah, Suzy sudah tahu siapa itu. Kim Myungsoo.
Suzy berjalan menghampiri Youngjae dan mengambil ponselnya dari tangan Youngjae. Ekspresinya sulit di artikan. Youngjae berkata dengan tegas, "Maaf, tapi aku merasa itu tindakan yang tepat."
Suzy tersenyum hambar, seperti mengenang sesuatu yang menyakitkan. Walaupun tindakan Youngjae tadi terkesan seenaknya, sebenarnya ia sangat lega karena tidak perlu bicara langsung dengan Myungsoo. Ia takut, sisa-sisa perasaan cinta bodohnya akan mendominasi ketika mendengar suara Myungsoo.
Suzy tidak ingin menjadi lemah di hadapan Myungsoo.
Ketika mengalihkan pandangan ke luar minimarket, mata Suzy melebar begitu melihat Myungsoo sedang memandangnya. Entah apa arti dari tatapan itu, Suzy tidak bisa membacanya. Sudah beberapa lama ia tidak bertemu dengan Myungsoo, sekarang Suzy merasa sedikit asing dengan Myungsoo. Tepukan pelan di bahu menyadarkan lamunannya.
"Temui dia, tapi jika kau kembali ke sini sambil menangis, aku akan membuat perhitungan dengannya. " Ucap Youngjae tanpa berniat untuk melihat ke arah pandangan Suzy. Dari tatapan Suzy yang terluka, Youngjae sudah tau siapa yang sedang Suzy lihat.
Suzy keluar dan menghampiri Myungsoo yang mengajaknya duduk di bangku luar minimarket. Suzy duduk di seberang Myungsoo, otomatis ia bertatapan dengan Myungsoo yang menatapnya dengan nanar. Secepat mungkin, ia mengalihkan pandangannya ke arah jalan. Ia tidak sanggup menatap mata yang dulu membuatnya jatuh cinta begitu dalam.
"Sebaiknya kau tidak membuang waktuku terlalu lama. Cepat katakan apa yang ingin kau katakan dan pergi dari sini. "
Senyum tipis hadir di wajah Myungsoo, tapi Myungsoo merasakan hatinya terluka lebih dalam. Melihat orang yang masih ia cinta bersikap dingin kepadanya. Ia tidak menyalahkan Suzy, ia pantas mendapatkannya, mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Kejadian bodoh yang tidak pernah ia harapkan dalam hidupnya.
"Maaf. "
Kata itu akhirnya terucap oleh Myungsoo. Hening beberapa detik sebelum Suzy mendengus sinis dan berkata, "Apakah ini lelucon?"
Myungsoo tahu Suzy menyembunyikan perasaannya dengan bersikap dingin. Myungsoo sudah mengenal Suzy lama sekali, ia tahu Suzy tengah terluka sekarang walaupun dari luar ia terlihat baik-baik saja. Ia ingin menyembuhkan luka Suzy dan melindunginya agar bisa melihat senyuman Suzy yang entah sudah berapa lama ia tidak lihat.
Tapi, ia tahu ia tak pantas. Karena Myungsoo penyebab Suzy kehilangan kebahagiaannya.
"Aku tahu kau muak melihatku sekarang, aku tahu kau sudah todak mau mendengar perkataanku sekarang. Tapi, aku ingin meluruskan kejadian itu. "
Suzy mulai menatap Myungsoo dengan mata berkaca. Myungsoo tidak sanggup melihat iris indah yang biasanya selalu berbinar-binar itu menjadi redup dan begitu rapuh seperti sekarang.
"Apa kau berusaha membela dirimu sendiri? Itu tidak akan berhasil Myungsoo. Bagiku kau sudah tamat." Suzy menggenggam erat ujung bajunya sampai tangannya terlihat gemetar. Selain untuk menahan amarah, ia juga berusaha keras agar tidak mengeluarkan air mata.
Myungsoo menyadari itu, namun ia berpura-pura tidak sadar dan segera mengalihkan perhatian. Ia memilih untuk melanjutkan perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Crazy
FanfictionSemenjak putus dari pacarnya, Suzy merasa semua pria itu sama sama.Brengsek. Hingga suatu hari muncul lelaki baru dalam kehidupannya. Pria dengan perilaku anehnya yang ternyata tidak seaneh yang Suzy duga. "Aku sangat membencimu. Sampai-sampai aku t...