What?

211 42 0
                                    

^ Style yang dipakai Suzy di cerita ini.

"Wah, aku rasa beberapa hari ini aku akan memintamu untuk membayari makan siangku, Suzy." Hani memasukkan dompetnya yang nyaris kosong ke dalam tas sambil membuka pintu karaoke.

"Bodoh, makan siang di sekolah kita gratis." Balas Youngjae.

"Hei, itu kan cuma sindiran untukmu. Aku sedang sedikit sakit saja tadi, kalau tidak, sudah dipastikan kau yang akan membayar."

"Aku lebih hebat dalam hal menyanyi daripadamu. Jangan mencari-cari alasan."

Suzy ikut bicara, "Coba kau ikut Superstar K. Aku jamin kau akan keluar sebagai pemenang."

Youngjae kini menatap Hani dengan senyuman kemenangan yang semakin lebar, Hani menatap Suzy tidak percaya, "Kenapa kau berada di pihak bocah sarkastik ini? Jadi, apa arti semua drama korea yang kita tonton bersama itu?"

"Kau berlebihan," ucap Youngjae.

"Baiklah, karena kau sahabatku juga aku tidak akan berkomentar apapun lagi," Suzy mengangkat kedua tangannya.

Mereka berempat sampai di pertigaan jalan. Karena arah rumah mereka yang berbeda-beda akhirnya mereka berpisah sampai di sini.

"Baiklah, sampai jumpa besok. Ingat, hati-hati di jalan. Aku masih ingin melihat kalian semua," Hani melambai ringan.

"Kau mau melihatku? Akan ku kirim foto selfieku nanti," Youngjae berkata dengan datar.

Hal itu membuat Hani bergidik,"Aigoo, sejak kapan kau menjadi narsis seperti ini? Satu ronde noraebang berakibat buruk untukmu ternyata." Hani kemudian menyerocos lagi, "Aku duluan ya. Awas kau Youngjae kalau kau benar-benar melakukannya. Kau akan mati di sekolah besok," Hani kemudian berjalan meninggalkan mereka.

Youngjae ingin membahas tentang pertemuan Suzy dan Myungsoo tadi, tapi tidak jadi karena melihat Sungjae yang masih berada di samping mereka.

"Baiklah, aku akan pergi sekarang. Suzy, besok aku tidak mau melihat matamu bengkak, oke?"

Suzy tertawa mendengar perkataan Youngjae, ia tahu betul maksudnya, "Wajahku akan menjadi secerah Song Hye Kyo besok."

Youngjae ikut tertawa sambil menepuk pelan kepala Suzy, lalu ia melambai kepada Suzy dan Sungjae.

Setelah kepergian Hani dan Youngjae, Suzy baru menyadari Sungjae yang berada di sampingnya. Tidak biasanya, ia tidak banyak bicara semenjak dari toilet.

"Suaramu tidak habis, kan?" Suzy bertanya kepada Sungjae.

Sungjae sebenarnya dari tadi berpikir. Kenapa hatinya menghangat begitu melihat Suzy? Apakah karena terlalu sering bersamanya? Tapi Hani juga terkadang bersamanya, kenapa ia malah menyukai Suzy? Apakah perasaan ini benar-benar nyata? Atau cuma perasaan sesaat? Ia menjadi merasa serba salah kalau itu menyangkut perasaannya kepada Suzy.

Sungjae akhirnya tersadar kalau ia bertindak aneh sejak tadi, lalu ia kembali memasang ekspresi konyolnya, "Aku hanya sedang mencharge tubuhku saja."

Suzy memukul pelan lengan Sungjae, "Tidak lucu."

Sungjae melihat lampu pejalan kaki berubah menjadi hijau, lalu ia menyeberang, diikuti dengan Suzy.

"Hei, rumahmu searah denganku? Wah, kenapa kita tidak bertemu, ya?"

"Karena memang tidak searah."

"Hm? Jadi kau mau ke mana?"

Sungjae mengacak rambut Suzy gemas, "Tentu saja mengantarmu."

"Kau tahu? Aku selalu membawa alat kejut listrik. Aku akan baik-baik saja."

It's CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang