Prolog : Daun Yang Gugur

1.1K 38 8
                                    

Pagi datang memberikan udara paling menyejukan, untuk sekian kalinya berjalan sendirian dengan diiringi aroma penuh aspal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi datang memberikan udara paling menyejukan, untuk sekian kalinya berjalan sendirian dengan diiringi aroma penuh aspal. Ini hampir diseluruh penjuru kota, ya karena ini adalah Musim semi..anginnya memang lirih dan berbeda, dedaunan menjadi mengering lalu jatuh diterpa oleh angin, sedikit membentuk pola lingkaran di tiap jatuhnya seperti impian seorang para pelajar.
Hanya bisa membuka telapak tangan ku sedikit lebar untuk menangkap satu daun yang gugur  dengan cara yang paling mudah untuk menangkapnya dan lalu ku genggam. Rapuh, tampak ringan, dan lebih terasa basah karena layu. Entah kenapa aku tidak berfikir untuk menggenggamnya lebih erat, karena itu dapat menghancurkkannya.

Aku takut dengan semua ini hanya dengan berjalan sendirian, seaakan tidak mampu berfikir, dengan hati lebih mirip orang gila. Sejak tadi malam memang aku hanya menghabiskan sisa waktu dengan perasaan cukup bahagia, membuang semua tekanan dengan harapan Oktoberku akan memiliki warna baru.

Dengan cukup sopan juga aku membantu seorang nenek tua menyebrangi jalanan yang cukup ramai, ucapan terima kasih ini juga yang membuatku sedikit bahagia. Lagi aku sedikit menyapa di gang depan ketika seorang gadis kecil dengan kaki telanjang mencoba berjalan kearahku, ini juga yang membuatku selalu bersyukur. Biskuit keju dengan bungkus masih utuh entah sejak kapan berada di saku kemejaku ini..

dengan sedikit berjongkok ,lekas ku berikan kepada gadis kecil itu.
Itu aku, gadis kecil itu adalah bayanganku sendiri saat aku berusia sekitar 7 tahun.

Aku Okada Nana adalah seorang gadis jalanan bukan, lebih tepatnya juga preman pasar yang arogan.

Hingga suatu hari ada keajaiban datang untuk membuatku berdiri seperti ini. Bersekolah dengan seragam indah warna sedikit jingga gelap. Seperti gadis normal lainnya, rambutku dengan gaya khas pendek berbeda seperti gadi yang ada di bayanganku tadi.

Jalan terakhir yang mengarah ke penyebrangan jalanan besar itu adalah sekolah kami, megah namun tampak sepi. Banyak sekali pohon besar yang menutupi sebagian kelasnya. Daun yang gugur mengiri jalan menuju kelasku, lekukan senyum lalu hadir di bibirku.

Gedung ini tampak begitu kecil jika kalian memasukinya, semua siswi yang berjalan kedalamnya mirip seperti semut yang di tekan dan dipaksa kembali ke sarang nya..atau mungkin lebih mirip lebah yang kebingungan mencari sarangnya.

Aku menarik nafas dalam dan mencoba berlari sekuat tenaga ku masih lengkap dengan senyuman itu, menuju dan mengincar sarang lebah itu terlebih dahulu dibanding yang lain. Disini aku merasa sisi kehidupanku banyak mengandung banyak unsur adrenalin penuh debaran dan juga itu tidak membosankan. Sepertinya aku akan sedikit terlambat.

Rambut pendek ku seakan bergerak tertiup searah dengan datangnya hembusan angin. Tidak memperdulikan siapa dan apa yang mereka teriakan di koridor gelap samping pintu masuk. Aku masih sesak berlari menuju tangga lantai, dan akhirnya aku mencapai tangga kelasku ya ini adalah lantai di koridor ketiga di bangunan sekolah khusus perempuan wilayah Nagoya.
Dengan wilayah keempat terbesar di negara ini, Lebih tepatnya berada di prefektur Aichi letaknya yang berada di tengah-tengah antara dua kota besar sekaligus Tokyo dan Kyoto dengan sebutan daerah Chukyo.

Kataomoi Finally (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang