Naachan Point of View...
Okada Nana, nama itu di dapat karena aku lahir tepat di tanggal 7. Bagaimana menjelaskannya ketika aku tidak sepenuhnya suka dalam hidupku.
Seorang pecundang, dan kembali lagi aku masih melelui waktu dimana itu sulit untuk di jabarkan melalui kiasan kata.
Remaja, saat dimana aku berusaha menjadi diri sendiri dan mengikuti apa yang mengalir di diriku.
Cukup melelahkan, aku masih menarik nafas panjang menarik selimut tebal warna biru muda. Kamar tidurku tidak ada sama sekali aroma selain aroma coklat manis. Dengan sinar mentari yang sudah panjang menarik cahayanya dari ufuk timur.
Hari libur, mungkin belum terlambat untuk melakukan aktifitas di hari yang paling nikmat dihabiskan dengan tidur sampai tengah hari.
Aku masih menyisihkan sebagian pakaian dan mencari kaos yang pas untuk ku kenakan sebelum mandi dan meninggalkan tempat tidur.
Berdiri lalu segera meraih kearah cermin, mengamati setiap area tubuhku..rambutku yang mulai tumbuh memanjang..aku sangat terlihat berantakan.
Kegiatan setelah ini adalah menjemput Papa dan Mama ku di bandara, mereka pulang dari Moskow untuk entahlah mungkin rapat penting atau urusan yang lain.
.
.Hanya kaitan kunci dari kancing lengan baju yang ku samakan panjangnya satu sama lain, merias pelan wajahku. Menata ponsel dan memasukannya kedalam saku mantel tebalku.
Sedikit longgar untuk ku pakai, tapi setidaknya aku tidak akan kedinginana kota ini.
Jika ditanya apa yang akan ku lakukan ketika mereka datang mungkin jawabannya hanya satu, makan malam dan selalu saja harus mengikuti prosedur keamanan dari para bodyguard nya. Mereka selalu masing masing membawa banyak sekali pengawal. Itu terjadi sudah hampir sejak aku kecil..tidak heran masa kecilku sangatlah kacau.
Hanya gadis kecil pendiam dan cukup serius yang sama sekali menerima apa itu yang dinamakan keluarga. Dia hingga detik ini sama sekali tidak menyukai apa yang dinamakan keluarga.
Sepanjang jalan aku hanya menghabiskan banyak waktu menyebrangi pemandangan luar jendela. Bagaimana tiang listrik itu saling bergantian untuk berbaris dengan kabel listrik yang bergoyang.
Ini buruk, ini tidak ada kata baik sama sekali ketika mereka mulai menyuguhkan senyuman riang untuk ku. Melebarkan bibirnya di waktu yang cukup singkat, Mama dan Papa mereka sama sekali tidak saling menyukai.
Mereka adalah kesalahan di hidupku..mereka saling mengutuk karena pernikahan mereka yang sama sekali bukan mengenai soal cinta atau kebahagiaan. Dengan aku sebagai kesalahan terbesar mereka..adalah terlahirnya diriku di 'Nana' tanggal ke 7.
Mungkin ini yang di maksud pepatah bahwa tidak selamanya langit dan bumi saling menghadap satu sama lain pasti mereka saling menyembunyikan isi hati mereka karena ada batasan tertentu.
Hidup mungkin bukan mengenai cinta dan alasan, tapi hidup mengenai saling melengkapi.
"Daijobou? kau sakit Naachan?",suara lembut datang dari bibir mamaku yang kini telah duduk disampingku.
Masih di ikuti dengan lirikan mata Papa dari kursi depan.
Aku hanya menggeleng pelan seolah menolak untuk menatap wajah mereka, ini sudah lama sejak mereka bertengkar hebat 13 tahun lalu dan benar-benar membuat diriku merasa terbuang karena mereka hanya menganggap aku sebagai gadis yang sama sekali tidak mereka inginkan untuk terlahir di dunia ini.
Bibirnya kembali di tekuknya masih mengacak rambutku pelan, masih mentap bayanganku dari jendela aku tau mereka masih mengamatiku.
"Kau tidak suka kan makan malam dengan kita?",lagi kata-kata itu keluar dari mulut seorang yang telah melahirkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kataomoi Finally (End)
FanfictionOkada Nana si brengsek yang hobinya mesum dan gonta-ganti pacar harus terikat hubungan 'hitam' oleh teman masa kecilnya. Taniguchi Megu, si temperamen yang begitu menyukai perlakuan 'kasar' Nana. Dia selalu menyukai permainan borgol dan juga perlaw...