Bab 1

5.3K 116 19
                                    

Bab 1

            Aku bermimpi.

            Mimpi di mana putih dan hitam terbentang sejauh mata memandang. Aku berdiri di antaranya, tepat di mana batasan yang membedakan putih dan hitam itu berada. Dan berada pada tengah lapang tersebut membuatku tersadar betapa kontrasnya warna pada kedua sisiku ini. Pada putih aku melihat cahaya. Pada hitam tak kulihat apapun kecuali kegelapan. Pada putih terdapat taman dan bunga dan peri. Pada hitam, ketika kuperhatian dengan saksama, terlihat sesosok makhluk paling mengerikan bermata merah dan bertanduk melengkung. Tangan makhluk itu meraihku.

            Aku tak bisa berteriak. Suaraku dicuri oleh kengerian yang menguar dari tubuh makhluk berbadan kekar itu. Aku pula tak bisa bergerak dari tempatku berpijak. Seakan-akan eksistensi makhluk tersebut melumpuhkan kesemua anggota tubuhku. Aku takut dan aku tak bisa berkutik. Mengerikan.

            Tangan itu mencapaiku. Sesaat, kupikir itu akan mencabikku menjadi beribu serpihan kaca. Tapi, ia yang tak kuasa keluar dari kegelapan, melontarkan padaku bujuk rayunya. Ia berniat membawaku ke kegelapan. Ia tak akan langsung menarikku ke dalam kegelapan itu. Ia melakukannya dengan perlahan, tak kentara. Begitu tak kentara sampai-sampai kau tak sadar bahwa dirimu sudah jatuh dalam kegelapan sempurna.

            Tentu saja, aku nyaris masuk bersamanya ke dalam kegelapan tanpa batas. Aku tertarik kasar ke arah putih, ke arah di mana gaya magnet itu menarikku mendekat. Begitu kuat dan menenangkan diriku yang cemas. Itu hati nuraniku, aku berasumsi. Menuju kegelapan, nuranimu akan mengetuk dirimu dan kemudian giliranmu yang memilih. Dan aku diberi pilihan:

            Makhluk itu bisa menarikku dengan mudah ke kegelapan sebab aku telah tergiur oleh bujuknya. Atahu, aku bisa berusaha melangkahkan kaki ke arah putih, ke arah cahaya.

            Aku lebih memilih untuk melangkahkan kakiku ke arah putih. Terutama aku lebih suka berjalan sendiri daripada ditarik dengan mudah oleh makhluk yang jenisnya pun tak kukenali. Kelegaan membanjiri jiwa ragaku. Setelah berhasil keluar dari cengkeraman makhluk bermulut manis itu, jantungku berdetak tiga kali lipat lebih cepat sebelumnya dengan ritme yang melegakan. Cemasku musnah sudah.

            Kemudian, muncul ragu. Aku yang tak tahu menahu ke mana kaki melangkah, menemukan hitam pada putih. Seharusnya aku menghindari hitam dan segera mengambil jalan putih yang lain. Namun, penasaranku akan hitam tak dapat dibendung lagi. Aku meragu. Dan kemudian kuputuskan untuk sekedar mengintip ke dalam hitam itu, ke dalam kegelapan. Hanya sekedar mengintip.

            Dan aku ditarik oleh seribu tangan berlendir serba hitam ke dalam kegelapan. Dengan paksa. Paksaannya bahkan lebih kuat daripada magnet yang menarikku ke putih. Hilang kendaliku atas tubuh dan aku terperangkap ke dalam hitam. Dipermainkan aku di dalamnya. Dilempar ke arah yang tak pasti. Setelahnya, aku dimakan perlahan oleh kegelapan. Aku musnah ditelannya.

***

            Aku terbangun dengan keringat membasahi permukaan bantal bulu angsaku. Mataku mencelak ke kanan dan kiri. Napasku tak beraturan, beradu dengan detak jantungku yang tak keruan. Kurasakan kedua telapak tanganku terluka tertancap oleh kukuku yang mengepal. Aku melukai diriku sendiri dalam ketidaksadaranku.

            Segera aku beranjak dari ranjang kayu bobrok, menuju cermin yang menggantung di sebelah lemari pakaian. Diriku sungguh berantakan. Rambut pirangku mengembang dan terurai ke arah tak wajar. Mata abu-abuku begitu besar akan ketakutan tak berujung. Dan merah akan air. Aku menangis. Itu menjelaskan mengapa hidungku merah muda mengeluarkan suara napas yang tersendat-sendat.

            Kuletakkan sepasang tanganku pada kedua sisi cermin, bertumpu padanya. Aku menunduk dan mencoba menjernihkan pikiranku kembali. Itu semua hanya mimpi. Makhluk itu tidak akan mengejarmu di kenyataan. Tidak akan terjadi karena pada kenyataan semua tak hanya sebatas hitam dan putih.

Born of FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang