Disarankan beli buku versi terbarunya di IG @tokobuku_rexpublishing karena cerita lebih menarik dan komplit. Cerita di sini apa adanya, belum diedit, beda dengan bukunya.
***
Hiruk-pikuk ruangan itu memekakkan gendang telinga. Teriakan dan seruan menguasai gedung yang hingar bingar, lampu gemerlap, remang. Seorang gadis bertubuh ramping, rambut panjang, kulit putih dan tinggi badan 154 cm, meliuk-liukan mengikuti musik DJ yang terus menggema tanpa putus.
"Pulang yuk!" ajaknya merangkul bahu teman.
"Baru juga jam 2, sebentar lagi," tolak dia menghisap rokoknya dalam.
"Terserah, gue mau pulang!" Gadis itu berjalan sempoyongan.
"Tunggu!" Temannya mengejar mengikutinya keluar dari klub malam.
Pekerjaan mapan, lulusan S2 luar negeri, usia sudah matang, namun Aruna Florence Ilyana tak kunjung menemukan pendamping hidup. Seharusnya usia 27 tahun sebagai seorang wanita sudah sangat matang untuk berumah tangga, tapi sepertinya gadis yang sering disapa Ilyana ini justru sangat santai seperti tak memusingkan masalah jodoh!
"Lo mau langsung balik atau ikut gue?" tanya Fluor ketika mereka berjalan sempoyongan ke tempat parkir.
"Emang lo mau ke mana?" tanya Ilyana menyandarkan tubuhnya di pintu mobil setelah mereka sampai di parkiran.
"Gue mau jemput Abang Didit," jawab Fluor ikut menyandarkan punggungnya di mobil sedan bewarna merah mengkilap jika terkena sinar terang.
"Nggak ah! Gue mau pulang aja, besok masih harus kerja," tolak Ilyana seraya masuk ke dalam mobil.
Fluor menjengukkan kepala dari jendela mobil.
"Yakin lo? Lumayan cuci mata," tanya Fluor menggoda Ilyana.
"Cuci mata pakai sabun colek sana!!! Udah ah! Laki lo yang pulang, ngapain gue ikut jemput." Ilyana menyalakan mesin mobilnya.
"Hidih! Dasar cewek nggak normal! Gue aja sudah kepengin punya anak, lo malah belum mau menikah. Huh, kampret lo!" umpat Fluor menegakkan tubuhnya.
"Masa bodoh!!!" pekik Ilyana disusul tawanya yang keras menguasai ruang mobilnya. "Gue duluan ya, Fluor." Dia menginjak gasnya lantas meninggalkan Fluor.
Sahabat baiknya melihat mobil merah itu semakin jauh, dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya heran.
"Ilyana, Ilyana! Kapan sih lo mau nikah? Perasaan lo jadi cewek santai banget," gerutu Fluor.
Lantas Fluor masuk ke dalam mobilnya dan menuju ke bandara menjemput sang suami tercinta.
***
Kriiiiiiiingggg
Alarm jam berseru nyaring hingga mengagetkan wanita yang masih bergumul di bawah bed cover biru awan.
"OH MY GOD!!!!" pekiknya setelah membuka mata dan melihat jam. "Gilaaa gue telat!!!"
Tubuh ramping itu langsung melompat dari tempat tidur dan segera masuk ke kamar mandi. Cukup 10 menit waktu dia membersihkan diri, tanpa make up tebal dan tak sempat merapikan tempat tidur ia lantas berlari turun ke lantai bawah sembari menyisir rambut lurus nan hitam kemerah-merahan.
"Arunaaaaa!!!" pekik suara melengking memanggil dari ruang makan.
"Iya Ma!!! Aku datang!!!" balasnya berteriak melangkah lebar ke ruang makan.
"Sudah dewasa selalu saja bangunnya siang. Gimana kalau punya suami? Mau makan apa suami kamu?" omel sang mama setelah Ilyana duduk di kursinya.
"Mamaku sayang, siapa juga yang mau punya suami," sahut Ilyana tak acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN BURUNG BESI (Sudah Terbit)
RomanceBagaimana bisa Ilyana melamar pilot untuk menjadi suaminya? Mmm ... melamar? Bukankah seharusnya dilakukan seorang pria? Namun, kali ini Ilyana yang melamar Aliandra. Ancaman perjodohan orang tuanya membuat Aruna Florence Ilyana kalang kabut. Dalam...