KAMU SENJAKU

19.3K 2.9K 303
                                    

Ilyana berdiri di depan lemari, bercermin merapikan diri. Gaun panjang bewarna hitam elegan di tubuhnya, make up tipis sesuai untuk penampilannya malam ini, tinggi badannya ditunjang dengan high heels. Rambutnya dinaikkan ke atas memamerkan leher jenjangnya sedikit acak-acakkan tapi justru membuatnya semakin cantik. Dia melihat ada sesuatu yang kosong pada lehernya.

'Ali sudah melakukan ini untuk kamu, Sayang. Izinkan aku melakukan satu hal untuk membalas kebaikannya,' batin Ilyana menatap dirinya di pantulan cermin.

Dia lantas mengambil kalung yang seharusnya menjadi milik Dinda namun kini menjadi miliknya karena Mega sudah memberikan itu padanya.

"Setidaknya aku bisa menghibur kamu, Li." Ilyana memasang kalung itu di lehernya. Sempurna!

Dia semakin cantik dengan kalung itu. Ilyana mengambil cincin yang Mega berikan waktu lalu ketika mereka di Jogja. Dia ragu ingin memakainya, akhirnya Ilyana pun memasukkan kotak kecil itu di tas kecil senada dengan warna gaunnya.

'Tuk tuk tuk

Pintu terketuk, Ilyana pun segera membukanya. Mega berdiri gagah di depan pintu, sudah rapi dan tampan dengan tuksedo hitam sama warna dengan gaun Ilyana. Rambut pendeknya tertata rapi disisir ke atas. Sejenak Mega termangu mendapati Ilyana berdiri anggun di depannya dengan seulas senyuman tipis. Mega menatap dia dari ujung kaki hingga ujung kepala.

'Cantik.' Mega berucap dalam hati. Bibirnya tersungging senyum simetri melihat kalung dengan bandul hati menggantung di leher Ilyana.

"Ali," seru Ilyana menyadarkan Mega.

"Eh, maaf. Sudah siap?"

"Sudah. Ayo!" ajak Ilyana tak sabar ingin mengetahui apa yang sudah Aliandra siapkan untuknya.

Mega mengarahkan lengannya agar Ilyana menggandeng dia. Sebelum melingkarkan tangannya, dia terkekeh dan menggelengkan kepala malu tapi tetap menggandeng tangan Mega.

Saat ingin melangkah Mega menahan, "Sebentar."

"Ada apa?" tanya Ilyana menatapnya bingung.

"Pintunya belum ditutup." Mega lantas menutup pintu dan menguncinya.

Mereka pun segera pergi menuju ke tempat yang sudah Aliandra siapkan.

***

Angin malam berhembus lirih menerpa tubuh mereka ketika menunggu kapal di dermaga. Entah apa yang akan Mega tunjukan hingga mengajak Ilyana ke tempat itu. Seraya menunggu kapal sandar, mata mereka dimanjakan dengan keindahan kota Amsterdam. Kerlap-kerlip lampu kapal yang mempercantik pelabuhan. Suasana romantis terasa ketika alunan musik biola dimainkan oleh seorang pengamen jalanan. Ilyana tersenyum memejamkan matanya menikmati setiap nada indah yang keluar dari gesekan senar itu.

"Kamu menyukainya?" tanya Mega.

Ilyana membuka mata, dia menganggukkan kepala dan seulas senyum tertarik indah dari kedua sudut bibirnya.

"Suasananya enak, tenang, damai dan ...." Ilyana menggantungkan ucapannya.

"Dan???" Mega menanti kelanjutannya.

"Romantis." Ilyana terkekeh malu-malu menutup mulutnya.

"Ini belum seberapa, lihat saja nanti kalau sudah di atas," sahut Mega menengadahkan wajahnya memerhatikan kapal yang merapat ke dermaga.

"Apa cuma kita yang akan naik ke kapal itu?" tanya Ilyana menoleh kanan dan kirinya tidak ada yang menunggu kecuali mereka.

"Huum, cuma kita yang akan menjadi penumpang di kapal itu. Harusnya kita berempat," jelas Mega.

PANGERAN BURUNG BESI (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang