JANJI SUCI ILYANA

18.7K 2.8K 329
                                    

Wajah Mega tegang, titik-titik peluh membasahi dahinya, gerah, dan udara panas di luar seperti menembus ke dalam tubuhnya. Meski ini bukan yang pertama, tapi tetap saja bibirnya berat ketika akan mengucap ijab kabul.

Baru saja dia pulang dinas beberapa jam yang lalu, belum sempat istirahat, ia langsung mempersiapkan diri untuk acara ijab kabulnya di kediaman David. Matanya pedih, sepet, badan lelah, letih, dan lunglai. Tapi dia harus menahannya, demi acara sakral itu berjalan lancar.

Ruang tamu di rumah David ditata sedemikian, hanya keluarga besar yang menghadiri ijab kabul. Semua duduk di lantai beralaskan karpet, terkesan sederhana, namun terasa nuansa sakral dan hikmat. Mega duduk di depan meja rendah menghadap David, dua saksi, dan penghulu. Debaran jantungnya tak karuan, seperti banyak genderang yang ditabuh siap berperang.

"Bagaimana? Apa sudah siap?" tanya penghulu menyapu pandangannya.

Ilyana terlihat cantik dan elegan mengenakan kebaya modern kombinasi adat Jawa bewarna putih dan bawahan batik hitam senada dengan busana yang dikenakan Mega. Dia sengaja memilih busana ijab kabul bewarna putih mencerminkan arti kesucian. Seperti kasih putih Mega kepadanya.

Dia duduk diapit Berlin dan Chusnul, Ilyana menunduk, masih sedikit kesal pada Mega karena pulang dinas mepet dengan waktu akad.

"Siap, Pak." Hampir semua menjawab mantap tapi pelan.

"Baiklah, saat akad berlangsung mohon ketenangannya," pinta penghulu. "Silakan Pak David, jabat tangan Pak Ali," imbuhnya.

David mengulurkan tangan menjabat erat dan mantap tangan Mega yang terasa dingin. Mereka saling beradu tatapan tegang menghadapi janji suci.

"Sudah siap?" tanya David tegas.

"Siap, Om," jawab Mega percaya diri.

"Baiklah, silakan." Penghulu mempersilakan David menikahkan putrinya.

"Bismillaahirrohmaanirroohiim. Astagh firullohhal'adziim, astagh firullohhal'adziim, astagh firullohhal'adziim. Asyhadu allaa ilaahaillalloh, waasyhadu anna muhammadarrosuulullooh." David mengucap doa sebelum mulai ijab.

Suasana tegang menyelimuti ruang tamu, Ilyana meremas-remas ujung kebayanya. Tegang, menahan amarah, serta jengkel pada Mega. Dia pikir Mega terlalu menganggap pernikahan mereka hal yang sepele dan tidak penting, karena Mega datang ke rumah David dalam keadaan pulang dinas masih lengkap mengenakan PDH dan belum sempat membersihkan diri.

Padahal yang terjadi, Mega sudah berusaha mati-matian untuk sampai di Jakarta tepat waktu supaya acara sakral mereka tetap berlangsung tanpa mengecewakan pihak mana pun termasuk Ilyana.

"Ananda Ali Mega Wirandra bin Wirandra Seto saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri pertama saya yang bernama Aruna Florence Ilyana dengan maskawinnya berupa cincin 10 gram dan seperangkat alat salat, tunai!" David mengucap ijab sekali tarikan napas dengan lantang dan jelas.

Mega menarik napas panjang sebelum mengucap kabul. Semua ikut menahan napas tegang, was-was jika Mega salah menyebut kabul.

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Aruna Florence Ilyana binti David Maula dengan maskawinnya yang tersebut tunai!" Mega dengan lantang dan lancar mengucapkannya.

"Barakallah fii umrik." Serentak semua menyahuti setelah Mega mengucap kabul. "Alhamdulillah," timpal semuanya.

Berlin dan Chusnul membimbing Ilyana dan didekatkan pada Mega. Dua insan yang telah sah menjadi suami istri itu duduk berdampingan.

"Silakan doanya, Pak Mega," ucap penghulu.

Mega dan Ilyana duduk saling berhadapan. Tangan Mega terulur menyentuh ubun-ubun Ilyana, tatapan meneduhkan Mega meluluhkan segala rasa yang Ilyana tahan sejak kemarin. Amarahnya menguap, tertinggal kebahagiaan yang menguasai rongga dada dia.

PANGERAN BURUNG BESI (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang