"Sudahlah coba lagi lain waktu."
"HUAAAAAAAA... KENAPA AYAH SELALU BICARA SEPERTI ITU???"
Dasar anak keras kepala, ingin rasanya aku memberikannya pada orang lain, tapi dia anakku satu-satunya, membuatku membatalkan niatku untuk memberikannya pada orang lain.
"Ayah tau kan event itu hanya dilaksanakan 5 tahun sekali? Ayah juga tau kan aku sangat menantikannya? Ayah tau kan bagaimana persiapanku? Ayah tau kan? Tapi kenapa semua tidak terjadi sesuai keinginan? Apa semua usahaku kurang? HUAAAAAAAAAAA..."
"Yak! Diamlah! Mau sampai kapan kau menangis? Sudah 3 jam lebih kau menangis. Lihat baju ayah, aisshh."
"Ayah memang tidak pernah perhatian padaku, ayah tidak pernah mengerti aku, ayah jahat! Aku benci ayah!"
"Y-yak!"
Suara yang menggelegar dari pintu yang ditutup dengan kencang sudah tidak lagi membuatku terkejut. Selalu seperti ini, kapan dia mau berubah?
"Kenapa lagi dia?"
"Seperti biasa, seperti tidak tau saja adat anakmu, keras kepala. Sudahlah aku mau ganti baju."
"Eoh, keras kepala itu kan diturunkan darimu."
*
*
*"Heol! Kau gila ya?"
"Kenapa?"
"Sudahlah aku tidak akan mendeskripsikan keadaanmu sekarang. Memalukan."
Hell, apa yang dia bicarakan? Tidak jelas. Apanya yang memalukan? Seorang Lee Ryumi memalukan katanya?
"Apanya yang memalukan?"
"Hhh, masker mulut kuningmu, kacamata hitam bulat, ahh kau sedang kenapa hari ini?"
"Ohh, aku menutupi sesuatu."
"Apa? Oh aku tau, kau pasti..."
"Ya ya ya, bagus kalau kau tau."
"Tapi bisa kau lepas semua itu? Aku tidak mau jalan bersamamu seharian ini kalau kau masih memakai benda itu."
"Baiklah, baiklah, temani aku ke toilet."
Semoga kali ini wajahku akan lebih baik, semoga air di rumah dan di sekolah berbeda, berapa kali aku mencuci wajah di rumah masih sama bengapnya.
*
*
*"Jihoon-ssi."
"Kenapa?"
Aku menerima brosur yang diberikan Seokmin padaku, brosur perlombaan vokal di Seoul.
"Ya aku rasa anakmu itu mau ikut serta."
"Dia baru saja kalah di Vocal Event kemarin dan aku rasa dia masih marah padaku."
"Makanya kau kalau mengajarkan dia jangan galak-galak."
"Hhh, aku hanya bilang padanya untuk mencobanya lagi lain waktu."
"Terserah, yang penting kau harus mengajak anakmu ikut perlombaan itu, jangan sampai anakku yang masih bayi yang justru aku ikutkan."
"Kau gila?"
*
*
*Aku masuk ke dalam rumah setelah mengganti sepatu sekolahku dengan sandal rumah, aku melihat ayah sedang duduk di balik keyboard yang ada di ruang tengah, ia masih memakai baju kantor, aku yakin dia baru saja pulang. Tidak seperti biasanya, aku langsung pergi ke kamarku, aku masih kesal dengan perlakuan ayah kemarin, dia tidak peduli padaku, huh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SEVENTEEN FANFICTION] DADDY - Complete
De TodoSVT Members become a DADDY ©octorinav_ / 2016