Thirty Five : Pelindung

12.2K 760 24
                                    

Adrian menyadari jika dirinya hampir tidak berkedip untuk beberapa saat. Antara sadar dan tidak, ia juga nyaris menahan napasnya sampai pada akhirnya ia menyadari kalimat yang meluncur dari bibir pria berambut pirang itu. Tak bisa dipungkiri apa yang didengarkannya beberapa detik yang lalu itu bagaikan hembusan angin yang biasa melewati dirinya. Namun, apa yang seharusnya bisa ia anggap sebagai lelucon tidak senada dengan raut wajah Trace yang tampak serius. Apa yang diucapkan pria itu seolah bukanlah kebohongan. Bahkan, Adrian bisa menangkap ada nada ketidaksukaan dalam diri pria itu.

"Kau mendengarku?"

Ya, siapa yang tidak mendengar kalimat tak kasat mata itu. Adrian hampir menyemburkan air liurnya sendiri mendengar pengakuan Trace yang seperti orang tak waras.

"Tidak mungkin." Adrian ingin tidak mempercayai pria itu. Ia ingin menganggap bahwa apa yang dikatakan pria itu adalah sebuah kebohongan. Tapi, sepertinya hanyalah angan jika ia sampai melakukannya. Trace sepertinya tampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

Trace menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia merasa antara puas dan jengkel melihat pria yang duduk dihadapannya. Ia sungguh tak menyangka jika Indah mempersuami seorang pria bodoh seperti ini. Ada rasa keegoan terbesar dalam dirinya yang enggan ia ucapkan. Trace merasa ia begitu sempurna jika dibandingkan dengan Adrian.

"Hahaha ... Kau pasti ingin menjebakku bukan? Aku tahu kau memang menyukai istriku sejak lama." Ucap Adrian setengah tak percaya. Pria itu bisa saja membohonginya atau sedang berusaha menipunya. Tapi, ia tak semudah itu pecaya dengan pengakuan Trace. Dari banyaknya pria di dunia ini, Trace mungkin termasuk dalam kategori pria bajingan. Sama Seperti dirinya.

"Mantan Istri." ralat Trace jengkel. Kalau bukan berhadapan dengan pria yang dicintai oleh Indah, mungkin Trace akan menyerang pria ini. Wajah Adrian cukup bagus untuk dijadikannya samsak dadakan.

"Aku tetap tidak percaya." putus Adrian tegas.

"Apa yang membuatmu tak percaya?" Tanyanya. Trace menantang kembali pria itu. Meski sejujurnya ia tak perlu memberi keyakinan apapun pada Adrian.

"Banyak." Tukasnya gamang. "Aku kira kau sedang mencoba untuk mempermainkanku, atau mungkin kau sedang mencari peluang."

Trace menyeringai. Ternyata selain bodoh, Adrian juga tipikal pria yang keras kepala. Pantas saja Indah lelah menghadapinya. Ia pun tak terkejut jika pada akhirnya Adrian enggan mengatakan perasaannya pada adiknya. Sudah pasti pria itu akan lebih mengikuti suara egonya dari pada suara hatinya. Kalau saja ia yang ada di posisi Adrian, Sudah pasti Trace akan menculik Indah yang sulit kembali padanya. Setidaknya Tuhan masih berbaik hati untuk tidak menempatkannya pada posisi Adrian, karena jika itu sampai terjadi Trace akan mengurung Indah selama sisa hidupnya.

"Aku tahu kau pasti sulit percaya, tapi aku yang kau bilang mencintainya pun tak ingin mempercayainya. Aku tak bisa menerima bahwa kami tidak bisa bersatu seperti kalian." Ucap Trace datar. Itulah yang dirasakannya. Sejak awal mengetahui kenyataan bahwa Indah merupakan adiknya yang selama ini dicarinya benar-benar memaksanya untuk membunuh perasaan cinta ini. Antara sakit dan hanya dirasanya bercampur dalam rongga dadanya. Ia ingin mencintai Indah dengan cara yang berbeda. Wanita itu adalah harapan baru baginya. Namun, ketika ia sudah meyakini itu semua, Tuhan malah membuat dirinya seakan dijungkir balikkan. Perasan cinta untuk Indah alih-alih menyenangkan, malah justru membuatnya hampir tak berdaya.

Adrian memperhatikan bagaimana gamangnya perasan pria itu. Setitik rasa cemburu membakar hatinya. Ia tak suka mengetahui bahwa ada pria lain diluar sana yang lebih memuja Indah ketimbang dirinya. Tatapan Trace yang tampak putus asa mengingatkannya akan tatapan Indah yang bertanya bagaimana perasaannya dulu. Ia tak tahu apakah dirinya harus merasa bersyukur atau tidak setelah mengetahui bahwa Trace sama sekali bukanlah penghalang baginya dan Indah untuk bersatu. Rasanya mendengar ungkapan itu saja sudah membuat perutnya melilit. Cairan asam yang berasal dari lambungnya entah mengapa ingin keluar seketika.

A Thousand Vows For You ( COMPLETED in CABACA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang