Thirty Six : Dia pergi ...

15K 811 28
                                    

Indah bangun tidur dengan rasa sakit yang luar biasa menyerang kepalanya. rasanya ia ingin menabrakkan kepalanya sendiri ke tembok, dengan dalih sakitnya akan hilang. Tapi, rasa sakit itu bukan berasa dari kepalanya saja melainkan dari hatinya juga. Sepanjang malam ia sadar betul bahwa dirinya terlalu banyak menangis. Matanya yang hampir membengkak seperti kelereng pun membuat wajahnya yang sudah tidak cantik, menjadi lebih tidak cantik lagi.

Wanita itu berdiri didepan kaca dan mematutkan dirinya selama mungkin setelah mengetahui kondisi wajahnya yang membengkak dimana-mana. Kalau ada orang yang patut disalahkan atas semua ini, Indah akan menyalahkan Adrian terlebih dahulu, baru Trace. Kedua pria brengsek itu sama-sama membuat harinya lelah. Andai saja Anna menawarkan tumpangan, Indah akan bersedia ikut kemana pun wanita itu pergi, sekali pun itu ke neraka.

"Indah."

Trace langsung membuka pintu dan memunculkan wajahnya terlebih dahulu. Dengan ekspresi tak bersalah, pria itu memasang senyuman seribu watt kepada wanita yang tengah memelototinya seperti induk singa. "Kau mau makan?"

"Ho... Setelah membuat wajahku jelek seperti ini, kau masih bisa menawarkan aku sarapan? bagus sekali, Trace. Aku sudah tak memiliki alasan lain untuk tidak membunuhmu. Kau tinggal pilih racun atau tikaman pisau." Ucapnya sengit.

Trace mulai membuka lebar pintu dan memasukkan tubuhnya. Sambil terkekeh ia berjalan ke arah wanita yang tengah hamil tua itu, dan mengusap rambutnya. Tatapannya menghangat kala ia menyadari jika hubungannya dengan wanita ini semakin dekat. Ia bisa menyentuh Indah tanpa rasa canggung sedikit pun. Ia tahu wanita itu marah, tapi Indah memiliki hati yang mulia untuk memaafkannya.

"Baiklah adikku sayang, apa yang bisa 'Oppa' lakukan untukmu?"

Indah tampak membentuk seringaian dibibirnya saat mendengar kalimat menggelikkan itu. Ia tak menyangka jika pria ini adalah kakaknya, dan ia akan memanggl Trace dengan sebutan "Oppa" seperti orang korea lainnya.

"Apakah aku akan mengucapkan juga 'Annyeonghaseyo'?"

Trace tak ingin mengganggu kesenangan suasana hati Indah. Biarlah Indah mengatakan sesuka hatinya. Itu lebih baik dari pada harus melihat wanita itu menangis, apalagi dalam keadaan hamil tua seperti ini.

"Ada apa?"

Pria berambut pirang itu tersentak saat melihat Indah mengibaskan telapak tangan didepan wajahnya. Ia melihat bagaimana binar keceriaan di kedua mata bulat milik wanita itu. Sungguh, melihat wanita itu bahagia saja sudah membuatnya senang bukan main. Ia sadar bahwa Indah masih memiliki kejanggalan di hatinya. Wanita itu mungkin ingin bertanya, sangat banyak, hanya saja Indah tak ingin membuka kembali luka yang mulai mengering itu.

"Aku akan kembali ke korea." Ucap Trace.

Indah terdiam ditempatnya. Senyum yang sejak tadi mengembang pun surut bersamaan dengan suasana hatinya yang menurun. "Kau akan pergi?"

Kebahagiaan sontak menghampiri Trace. Indah sepertinya terlihat murung mendengar kepergiannya. Itu artinya wanita itu sudah bisa menerimanya, hanya dalam hitungan beberapa jam saja. ditangkupnya wajah wanita itu ditangannya dengan lembut. Trace memaksa Indah untuk menatap kedua matanya.

"Hanya sebentar. Ada beberapa berkas yang harus kuurus terlebih dahulu, Indah."

"Lalu?"

"Setelahnya aku akan membawamu, serta bayimu setelah kelahirannya. Aku tak mungkin meninggalkanmu sendirian disini." Ucapnya sayang. Tak lama, Trace pun membawa Indah ke dalam pelukannya. Gerakannya sangat pelan. Trace tak ingin memaksa Indah, meski pada akhirnya tak ada penolakan apapun dari wanita itu ketika tubuh mereka bersentuhan.

A Thousand Vows For You ( COMPLETED in CABACA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang