Pagi itu dihantarkan dengan awal hari yang indah. Cuaca yang seminggu ini terus dihiasi dengan hujan lebat dan petir tak tampak sekarang. Matahari menyongsong hari tanpa ragu, berbagi sinar kepada orang-orang yang siap untuk memulai aktivitasnya. Namun, sepertinya hal itu tidak mempengaruhi mood seorang wanita yang tengah hamil tua itu. Sejak pagi ini dimulai, bahkan tak ada suara sama sekali darinya hingga kakinya menginjakkan kakinya di bandara.
"Kau akan benar-benar pergi?"
Itulah yang terus ditanyakan oleh Indah saat Supir yang mengendarai mobil yang ia dan Trace tumpangi menuju bandara. Lelaki yang setia merangkul sang adik hanya bisa memutar bola matanya jengah.
"Sudah kukatakan berkali-kali aku akan tetap pergi meski kau memaksakan dirimu untuk melahirkan detik ini juga, adikku."
Trace pun sejujurnya tak tega jika harus meninggalkan Indah yang sudah hampir mendekati masa persalinannya, tapi ia sudah berjanji akan melakukannya. Setidaknya ia sudah berusaha untuk membuat adiknya bahagia selama beberapa hari kebersamaan mereka. Lagipula, ia yakin ada seseorang yang tengah bersiap untuk merebut hati Indah kembali.
Hampir dua jam kurang perjalanan, akhirnya mobil yang mereka tumpangi sampai tepat didepan pintu keberangkatan, Trace turun terlebih dahulu bersama seorang yang tadi mengendarai mobilnya. Kedua lelaki itu sibuk untuk menurunkan koper bawaan Trace, sementara Indah berusaha untuk keluar dari mobil sedan itu meski dalam keadaan susah payah.
"Ayo!" Trace menarik koper disebelah tangannya, dan disebelahnya lagi ia gunakan untuk membimbing adiknya berjalan untuk mengantarkan kepergiannya. Keduanya terlihat begitu mesra, jika tak ada yang mengetahui hubungan diantara keduanya, bahkan laki-laki yang hari ini menjalankan sebagai seorang supir pun hampir meninju pria korea itu jika bukan karena alasannya berada disini.
"Sialan!"
Indah berjalan dengan susah payah diantara kerumunan orang-orang yang berlalu lalang dibandara siang itu. Wanita yang tengah hamil tua itu bersikeras untuk ikut mengantarkan kepergian Trace kembali ke Korea. Tentunya dengan sedikit bujukan dan rajukan maut yang dikeluarkan wanita itu kepada pria yang merupakan kakaknya itu. Ia tahu, kini kelemahan Trace terletak pada dirinya. Indah tahu jika Trace takkan kuat menahan dirinya lebih lama jika ia sudah merajuk dan marah padanya.
"Ji Eun-ah, jangan terlalu lelah. Please kembali saja ke rumah sesegera mungkin." ucap Trace lemah saat disadarinya wanita itu mengikutinya sampai ke batas pintu penumpang yang akan berangkat.
"Aku akan jalan-jalan. Aku bosan." Indah mulai kembali merajuk. Tak peduli seberapa banyak rayuan yang diberikan oleh Trace agar menghiburnya.
Hanya menggunakan daster dan jaket tebal, Indah bahkan tak memperhatikan penampilannya lagi. Ia sudah sibuk mengusap air yang keluar dari kedua lubang hidungnya. Sekotak tisu di mobil pun tak cukup untuk menampungnya.
"K-kau ... benar-benar kakak sialan. hiks... Beraninya ... hiks ... kau meninggalkan adikmu yang hampir melahirkan ini." ucapnya melankolis, kembali.
Trace memutar bola matanya, sembari mendesah pelan. Indah berubah menjadi sangat melankolis sejak ia mengatakan hari keberangkatannya. Wanita yang biasanya akan cuek dengan segala sesuatu disekitarnya pun berubah menjadi wanita lemah yang mudah tersakiti. Trace tahu jika itu bukanlah Indah. Wanita itu hanya memakai topeng untuk mencegah kepergiannya ke Korea.
"Kau ... " Trace menjatuhkan tas tentengnya begitu saja dan menangkup kedua wajah mungkin milik adiknya itu. Ya, adik meski Trace berat mengakuinya. Ditatapnya wanita itu penuh perasaan. Sejujurnya ia juga tak tega melihat wanita itu bersedih. Ia ingin sekali membawa Indah bersamanya. Namun, sesuai dengan janjinya pada Adrian, Trace akan membiarkan pria itu memperbaiki kesalahannya. Selama itu, ia berharap Indah tak menyesali keputusannya untuk menghapus pria yang ia yakini masih bersemayam dihatinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Vows For You ( COMPLETED in CABACA)
RomanceLelaki yang mengucapkan janji setia untukku adalah orang yang hanya beberapa kali aku temui dan dia adalah adik iparku. - Fransisca Indah Aku bersumpah untuk setia kepadanya, wanita yang seharusnya menjadi kakak iparku. - Adrian Aditama DILARANG KER...