Sixth : Like I'm Gonna Lose You

24.2K 1K 23
                                    

So I'm Gonna Love you

Like i'm gonna lose you

I'm gonna hold you

Like i'm saying goodbye

Wherever we're standing

I can't take you for granteed

Cause we'll never know when

When we'll Run of the time

(Meghan Trainor ft John Legend – Like i'm gonna lose you)

..

Adrian berlari disepanjang lorong rumah sakit. Beberapa pihak medis yang mengenalinya nampak memperhatikannya dengan wajah penuh tanya. Tapi Adrian tetap tak memperdulikannya. Ia tak peduli seberapa banyak keringat yang keluar malam ini, yang jelas pikirannya tak tenang begitu mendapatkan kabar bahwa Indah kecelakaan. Entah apa yang dikatakan Ayahnya hingga ia berteriak kencang seperti itu dan Adrian tahu bahwa itu bukanlah pertanda baik.

Selain itu... Adrian pun cemas. Ia takut jika terjadi sesuatu terhadap wanita itu. Wanita yang bahkan belum genap sebulan menjadi istrinya. Ia ingat kapan terakhir kali berlari kencang layaknya orang gila seperti sekarang ini.

Ya, tepat saat Ana meninggalkannya.

Dan kini Adrian harus kembali melakukan hal yang sama ketika mengetahui Indah mengalami kecelakaan. Entah apakah dimasa nanti ia juga harus berlari seperti ini, mungkin.. saat anaknya lahir.

Sesampainya di ruang rawat inap yang diberitahukan ayahnya, ia nampak berhenti. Ragu lebih tepatnya. Tangannya yang hendak meraih gagang pintu pun berhenti diudara. Ia takut, bukan pada kemarahan ayahnya tapi pada apa yang ia akan lihat nanti. Ia takkan sanggup melihat wajah Indah yang meringis kesakitan. Membayangkannya saja membuat hatinya terasa seperti tercubit.

"Adrian.."

Dari belakang nampak Marcus yang tersenyum sendu kepadanya. Sahabatnya itu hanya menepuk pundaknya pelan tanpa bicara apapun lagi. Dengan lengan panjangnya, Marcus menggiring Adrian masuk ke ruangan dimana Indah kini tengah berbaring.

Disana, diatas kasur pasien itu, wanita yang ia kenali Indah tengah tertidur. Wanita itu nampak sangat nyenyak diatas sana. Kedua mata hazel Adrian bisa melihat beberapa luka memar pada wajah istrinya itu.

"Seorang pengemudi mobil yang mabuk tak sengaja menabrak tubuh istrimu, Adrian."

Pria itu seksama mendengarkan penjelasan Marcus dengan tangan terkepal kuat. Apanya yang tidak sengaja? Sudah jelas pemabuk itu mencoba membunuh istrinya.

"Tak sengaja? Dimana sekarang pengemudi itu? biar kuhabisi dia!" ucap Adrian Murka. Tubuhnya hampir saja beranjak dari kursi tunggu itu kalau saja suara lenguhan lemah tak terdengar.

"A..dr..ian.."

Mata hazel Adrian bertatap dengan kedua mata Indah. Wanita itu nampak sangat lemah dengan suaranya yang nyaris tak terdengar itu. Adrian yang mendengarnya langsung kembali terduduk. Diraihnya tangan sang istri yang terbalut perban itu. Ia tak pernah menyangka jika malam ini ia harus melihat istrinya terbaring dengan banyak luka di wajah mungilnya. Adrian ingin sekali memukuli dirinya sendiri karena sudah melupakan janjinya pada Indah.

"Aku disini.." Adrian menggenggam tangan Indah dengan sangat hati-hati. Seakan tangan wanita itu adalah sebuah benda yang mudah pecah.

Indah tersenyum lemah. Wanita itu seakan lupa akan amarahnya yang beberapa waktu lalu ingin ia lampiaskan pada Adrian. Melihat wajah pria itu yang begitu tegang membuatnya yakin bahwa Adrian sangat mencemaskannya. Apalagi mendengar kemurkaan Adrian. Ia memang bukan seorang psikolog, tapi setidaknya ia tahu kalau Adrian tak berakting semata didepannya.

A Thousand Vows For You ( COMPLETED in CABACA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang