Twenty Nine : Kemarahan

14.6K 880 45
                                    

Mata Indah menangkap raut kemarahan di wajah pria yang kini tengah berdiri didepan pintu apartemennya. Wajah Adrian sama sekali tak menunjukkan keramahan yang beberapa bulan ini rutin diperlihatkannya. Sepasang mata kelabu miliknya pun nampak menggelap, hingga membuatnya tak lagi mengenali mantan suaminya itu. Entah apa yang merasuki pria itu sampai berbicara ketus seperti itu. Ini adalah kali pertama ia melihat pria itu terlihat sangat marah. Bahkan, Adrian sama sekali tak menunjukkan kemarahan seperti ini saat mereka berpisah dulu.

Pria itu melangkah maju, berjalan mendekati Indah yang terpaku ditempatnya. Tak ada senyuman, atau pun keramahan yang akan ditunjukkannya hari ini pada wanita itu, setelah menemukan fakta bahwa Indah memilih pergi bersama pria bernama Trace itu dan mengabaikannya. Adrian merasa bahwa wanita ini sengaja mempermainkannya. Indah tak pernah menghargai semua usahanya selama ini.

Ia tak terima itu.

"Jadi, bagaimana kencanmu dengan pria itu, Mantan istri? aku yakin kau cukup bersenang-senang diluar sana, bukan?"
Suara berat miliknya tampak begitu dingin. Adrian sudah tak memperdulikan bagaimana kondisi Indah yang tengah hamil tua saat ini. Pikirannya terus mengarah pada hal buruk mengenai wanita itu. Ia sudah gelap mata.

 Seketika Indah merasa dadanya panas mendengar kalimat itu. Ada kata tajam yang menyakitkan dalam untaian kata itu. Semuanya terdengar seperti dirinya yang baru saja melakukan tindakan fatal pada pria itu. Apakah salah jika dirinya pergi bersama Trace, pria yang bahkan jauh lebih menghargainya lebih dari siapapun juga.

Hal yang seharusnya didapatkannya dari Adrian, sebagai seorang suami malah didapatkannya dari lelaki lain. Apakah seperti ini respon Adrian ketika dirinya merasa sangat menderita?

Beraninya pria ini menginjak harga dirinya, pikir Indah.

"Kau sudah bertindak diluar batas, Ian. Kau marah melihatku bersama pria lain?" Indah berusaha mati-matian agar suaranya tak terdengar bergetar. Desakan dalam dadanya semakin membuat semuanya tak terkendali. Ia bisa saja menangis meraung didepan pria yang tengah menorehkan luka dihatinya. Luka yang diberikan oleh Adrian diyakininya sulit untuk disembuhkan.

Ia sudah terlalu mencintai pria ini. Indah sudah tak lagi memperdulikan bagaimana statusnya yang telah menjadi seorang janda demi membuat pria itu menyadari kesalahannya. Tapi, apa yang dikorbankannya selama ini sepertinya tak cukup untuk membuat pria itu mengerti. Adrian tetaplah Adrian, pria yang menolak mengenal cinta meski ia telah mengemis cinta.

"Kau bertanya aku marah?" Adrian setengah terkekeh. Senyuman pahit tercipta dibibirnya kala melihat kepolosan dibalik wajah mantan istrinya itu. Ia tak pernah menduga bahwa wanita itu masih meragukan kegigihannya untuk mempertahankan hubungan mereka. Ia rela meluangkan waktunya, menghabiskan segala yang ia punyai hanya untuk wanita itu. Agar Indah bisa kembali kepelukannya. Dan, kini ia menemukan wanita itu berpindah ke pelukan pria yang baru saja dikenalnya.

"Aku bertanya. Aku pantas menanyakan hal itu padamu. Sikapmu membuatku bingung."

Adrian tak kuasa menahan amarahnya. Dengan satu tarikan, pria itu berhasil membuat Indah terhuyung jatuh dalam pelukannya. Pria itu tak memperdulikan apa yang akan terjadi nanti pada kandungan wanita itu. Ia sudah begitu muak diperlakukan seperti ini.

"Kau yang membuatku bingung." Tangan besar miliknya menangkap dagu Indah dan memaksa wanita itu untuk menatapnya, meski dengan wajah penuh ketakutan.

"Adrian ..."

"Aku sudah melakukan segalanya untukmu. Aku sudah mengabulkan keinginanmu untuk berpisah. Aku juga ... Sudah mengabdikan hidupku hanya untukmu selama beberapa bulan ini. Tidakkah itu cukup menegaskan bahwa aku ingin kau kembali. Aku ingin istriku kembali."

A Thousand Vows For You ( COMPLETED in CABACA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang