Jimin berbaring di sofa sambil memijat-mijat tangan dan bahunya.
"Ah.. kenapa rasanya lelah sekali. Biasanya aku melakukan yang lebih berat dan tidak merasa selelah ini."
Setelah dirasa lelahnya sedikit berkurang, Jimin berdiri dan memandang bangga ke ruangan tengah yang sudah dihiasnya dengan sederhana untuk merayakan anniversary appa dan eomma nya.
"Kurasa ini sudah cukup. Sebaiknya aku mandi dulu sambil menunggu appa dan eomma pulang. Aku tidak sabar melihat ekspresi terkejut mereka berdua." Jimin tersenyum. "Aku yakin appa dan eomma pasti melupakan hari ini karena kesibukan masing-masing. Dan aku dengan senang hati akan mengingatkannya."
Jimin masih saja tersenyum saat membayangkan ekpresi terkejut dan bahagia (menurut Jimin) appa dan eomma nya. Walaupun sebenarnya Jimin tau, setiap tahun bukanlah respon baik yang Jimin dapatkan atas kejutan yang sudah susah payah dibuatnya, melainkan respon acuh tak acuh dari appa dan eomma nya.
Atau malah terkadang appa dan eomma nya memarahi Jimin habis-habisan karena merasa Jimin telah menganggu waktu mereka berdua dengan acara tidak penting yang Jimin buat.
Tapi sesering apapun appa dan eomma memarahi Jimin, sesering itu pula Jimin berharap bahwa suatu saat respon bahagia lah yang ditunjukkan appa dan eomma nya atas apa yang Jimin lakukan.
.
.
19.09
"Sudah jam segini tapi kenapa appa dan eomma belum pulang juga? Biasanya mereka sudah pulang satu jam yang lalu. Apa mungkin sedang sibuk ya.."
Jimin terus bermonolog sambil sesekali memandang kearah luar. Berharap appa dan eomma nya segera pulang.
Karena lelah berdiri dan mondar mandir selama hampir setengah jam, Jimin akhirnya duduk di kursi belajarnya. Memutuskan untuk menunggu appa dan eomma nya pulang sambil membaca sesuatu.
Jimin mengambil sebuah novel yang lumayan tebal dengan cover berwarna putih. Novel yang dibelinya dengan Taehyung beberapa hari lalu. Jimin juga mengambil handphone dan earphonenya. Membaca novel sambil mendengarkan lagu adalah kegiatan favorit Jimin.
Setelah memasang earphone dan memilih lagu-lagu kesukaannya, Jimin duduk di ranjang dan bersandar di bed head. Jimin mulai membaca novelnya, sesekali wajahnya menampilkan beberapa ekspresi, sesuai dengan jalan cerita yang sedang dibacanya. Kadang Jimin juga mengomentari di beberapa bagian cerita.
"Beruntungnya Ryu, dia punya segalanya. Orang tua yang selalu menyayanginya. Sahabat yang selalu ada di saat dia senang maupun sedih. Dan juga kekasih yang selalu menjaganya."
...
"Ah.. tentu saja. Mana mungkin ada yang sempurna di dunia ini. Seindah apapun kehidupan Ryu, pasti ada celanya. Tidak mungkin kan hidupnya selalu bahagia."
...
"Oh ayolah~ kenapa tidak bilang saja pada orang tuamu kalau kau sedang punya masalah? Coba dia mau bilang sejak awal, pasti masalahnya tidak akan serumit ini."
...
"Seandai-"
Ddrrtt ddrrt ddrrtt
Jimin mengerutkan keningnya saat melihat siapa yang menelpon.
"Tae? Tumben sekali anak itu menelponku di jam segini."
Lalu Jimin menggeser ikon hijau dan meletakkan kembali handphonenya. Tidak perlu mendekatkan handphone itu ke telinga karena posisinya masih memakai earphone.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family
FanfictionAppa, Eomma.. bisakah kalian menyayangiku walaupun hanya untuk beberapa bulan? - Jimin