"Kandungan anda tidak terlalu baik nyonya, kondisinya lemah. Resiko untuk kehilangan janin anda cukup tinggi. Saya yakin anda sudah beberapa kali mengkonsumsi obat penggugur kandungan. Apa anda sadar bahwa hal itu sangat berbahaya bagi janin dalam perut anda?"
Seokjin menunduk dan mulai menangis. Bagaimana mungkin dirinya mempunyai pikiran sepicik itu dengan berusaha merenggut kehidupan calon anaknya yang tak salah apa-apa itu?
"Selain itu anda juga tak menjaga pola makan. Tak pernah mengkonsumsi vitamin untuk ibu hamil. Kurang istirahat dan terlalu banyak pikiran. Tak berusaha menjaga kesehatan terutama calon bayi anda. Apa anda sengaja melakukannya?"
Seokjin tertohok dengan pertanyaan yang dilontarkan dokter itu. Tak bisa menyangkal, karena memang seperti itulah kenyataannya. Seokjin memang menginginkan bayinya lenyap. Tapi itu dulu, sebelum Jimin menyadarkannya apa arti kehadiran seorang anak dalam kehidupannya.
"Apa anda tau? Diluar sana baanyak sekali orang tua yang sangat mengingingkan hadirnya seorang malaikat di tengah-tengah kehidupan mereka. Seseorang yang tidak hanya akan mewarisi marga atau harta mereka. Tapi seseorang yang akan membuat kehidupan mereka semakin terasa sempurna, seseorang yang akan menjadi alasan untuk mereka bekerja lebih giat lagi, seseorang yang akan menjadi alasan mereka agar bisa cepat pulang kerumah, seseorang yang akan selalu ada dan mendukung mereka di saat senang maupun susah. Seorang malaikat yang dipercayakan Tuhan untuk mereka jaga.
Tapi tidak semua orang tua mendapat kepercayaan itu dari Tuhan. Ada yang harus menunggu bertahun-tahun untuk sekedar mendapatkan satu malaikat mereka. Bahkan ada yang sampai ajal menjemputpun mereka sama sekali tidak tau bagaimana rasanya melihat seorang malaikat yang dipercayakan Tuhan untuk mereka tumbuh. Semua hanya menjadi angan-angan bagi mereka.
Tuhan sangat berbaik hati mempercayakan seorang malaikat untuk anda dan suami anda rawat. Tapi apa yang anda perbuat? Berusaha melenyapkan darah daging anda. Sangat tidak manusiawi."
Katakanlah dokter itu bertindak tidak sopan terhadap pasiennya. Tapi siapa yang peduli? Semua ini dia lakukan agar pasiennya, Nyonya Kim Seokjin yang terhormat, sadar akan perbuatan bodohnya yang bisa saja membahayakan janin tak berdosa itu.
Melihat Seokjin yang masih menunduk dan terisak tak mampu mengeluarkan sepatah katapun, akhirnya Yoongi angkat bicara.
"Dokter, lalu apa yang harus kami lakukan untuk menyelamatkan janin Seokjin eonni?"
"Tolong jaga kesehatan. Lakukanlah apa yang memang seharusnya ibu hamil lakukan. Konsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk ibu hamil, jangan melakukan pekerjaan yang membuat anda lelah serta istirahat yang cukup. Yang terpenting adalah jangan sampai anda stress, karena hal itu sangat berpengaruh untuk kesehatan janin anda. Untuk saat ini anda tidak perlu menjalani rawat inap, cukup rawat jalan saja. Tapi kalau nanti ada apa-apa, anda bisa langsung ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut."
Seokjin melamun memikirkan perkataan dokter kandungan yang tadi ditemuinya, sesaat setelah merasakan sakit di bagian perutnya. Semua yang dikatakan dokter itu benar. Akan sangat tidak manusiawi sekali kalau sampai dia kehilangan janinnya, anak keduanya dengan Namjoon, sekaligus adik bagi Jimin.
Tak ingin membuat kesalahan dan menyesali perbuatannya untuk yang kedua kali, Seokjin berjanji akan menjaga kandungannya. Menjaga hasil buah cintanya dengan Namjoon, walaupun mereka melakukannya tanpa dasar cinta.
Maka apapun yang terjadi adalah Seokjin harus bisa menjaga anaknya, malaikat yang dipercayakan Tuhan untuk dia rawat. Bukan hanya Jimin, tapi juga calon bayinya.
.
Jimin mengerjap perlahan. Sudah lebih dari lima menit dia memandangi eommanya yang sedang melamun sambil sesekali menghela nafas. Benang dan jarum di tangannya pun terabaikan begitu saja. Membuat syal setengah jadi itu menjuntai ke bawah mengenai kaki jenjang sang eomma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family
FanfictionAppa, Eomma.. bisakah kalian menyayangiku walaupun hanya untuk beberapa bulan? - Jimin